Lompat ke isi

Kasepuhan Gelaralam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Kampung Adat Ciptagelar)
Masyarakat adat dari Kasepuhan Gelaralam sedang membawa padi yang telah di panen.

Kasepuhan Gelaralam adalah salah satu kasepuhan atau kampung adat yang terletak di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.[1] Sebelumnya, kasepuhan ini bernama Ciptagelar.[2] Pergantian nama tersebut sudah bukan hal yang 'aneh' lagi.[3] Sebab dari dahulu juga kasepuhan ini sudah mengalami perubahan nama seiring berjalannya waktu. Kasepuhan Gelaralam dipimpin oleh seorang kepala adat dengan sebutan abah. Adapun kepala adat Kasepuhan Gelaralam saat ini dijabat oleh abah Ugih. Di Kasepuhan Gelaralam, padi itu diibaratkan sebagai kehidupan. Jadi, ketika masyarakat ada yang menjual padi. Maka seakan-akan mereka menjual kehidulannya sendiri. Dari sejak tahun 1368, Kasepuhan ini sudah mengalami permindaha pusat pemerintahan sebanyak 19 kali. Ketika perpindahan berlangsung, bangunan yang pertama kali didirikan yaitu imah gedé.

Arsitektur

[sunting | sunting sumber]
Sebuah lumbung padi (leuit) di Kasepuhan Gelaralam.

Banyak sekali arsitektur yang ada di Kasepuhan Gelaralam. Di antaranya ada lumbung padi (leuit), rumah besar (imah gedé), ajeng wayang, saung jipéng, balai pertemuan, saung pameran, dan lain-lain.

Imah Gedé

[sunting | sunting sumber]

Imah gedé merupakan salah satu arsitektur di Kasepuhan Gelaralam. Bahkan imah gedé menjadi bangunan pertama yang didirikan ketika mengalami pemindahan pusat pemerintahan. Banyak sekali bagian-bagian yang terdapat di imah gedé. Seperti ruangan utama, kamar tamu, pawon gedé, pangdaringan, jeung paparaan.

Upacara Adat

[sunting | sunting sumber]

Di Kasepuhan Gelaralam banyak sekali upacara adat yang dilakukan. Mulai dari upacara adat huma/upacara adat besar, dan upacara adat yang sifatnya sosial. Cakupan upacara adat huma, seperti ngaseuk, mipit, nganyaran, serah ponggokan, jeung sérén taun. Sedangkan upacara adat yang sifatnya sosial meliputi nyimur dan salamet opat belasna.

Pertanian

[sunting | sunting sumber]
Ladang kering (huma) di Kasepuhan Gelaralam.

Sektor pertanian di Kasepuhan Gelaralam didominasi dengan menanam padi. Kegiatan menanam padi tersebut ada dua pola,[4] yaitu di ladang kering (huma) dan di ladang basah (sawah). Setiap keluarga memiliki lahan garapannya masing-masing. Kemudian disimpan di sebuah lumbung padi (leuit) milik sendiri. Setiap anggota keluarga memiliki jumlah leuit yang berbeda, tergantung berapa banyaknya hasil panen.

Makanan pada Acara Salamet Opat Belasna

[sunting | sunting sumber]

Kasepuhan Gelaralam tidak hanya terkenal dengan kearifan arsitekturnya. Tetapi kaya juga dengan makanan khas Kasepuhan Gelaralam, terkhusus pada acara salamet opat belasna. Adapun makanan tersebut, meliputi papais tiis, papais cau, papais unti, pasung, apem, tonggong kolot, awug jeung rurujakan (rujak buah, rujak kelapa, dan rujak timun).

Kebiasaan Masyarakat

[sunting | sunting sumber]

Terdapat banyak kebiasaan di Kasepuhan Gelaralam dan menjadi pusat perhatian bagi para tamu yang berkunjung. Pertama ada kebiasaan masyarakat Kasepuhan Gelaralam di bidang pertanian. Kegiatan pertanian tersebut sudah menjadi hal lumrah. Biasanya pertanian tersebut dilaksanakan selama enam bulan. Kedua ada kebiasaan mencari jodoh masyarakat Kasepuhan Gelaralam. Masyarakat setempat dibebaskan dalam mencari jodoh. Misalnya perempuan orang kasepuhan dan laki-lakinya orang luar kasepuhan, maka itu tidak jadi masalah. Ketiga kebiasaan masyarakat Kasepuhan Gelaralam dalam bergotong royong. Setiap ada kegiatan, masyarakat setempat selalu antusias melakukan kegiatan secara bergotong royong serta sudah memiliki tugasnya masing-masing. Seperti ada yang di huma dan di sawah. Keempat kebiasaan masyarakat Kasepuhan Gelaralam ketika ada kemusibahan. Ketika ada yang meninggal dunia, masyarakat setempat mengurus mayit tersebut sebagai mana dalam ajaran islam. Mulai dari memandikan, mengkafani, menshalati, dan menguburkannya. Ketika mau dikuburkan, pihak keluarga menunggu terlebih dahulu kedatangan sanak saudaranya. Kemudian menumbuk padi walaupun meninggalnya malam hari atah sore hari.

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ adminsinarpagi (2023-08-15). "Seren Taun Ke 655 Kasepuhan Adat Gelar Alam, "Nyorang Alam Katukang, Nyawang Alam Nu Bakal Datang"". Koran Sinar Pagi Juara. Diakses tanggal 2024-03-31. 
  2. ^ "Ciptagelar, Kampung Adat di Sukabumi yang Teguh Memegang Tradisi". kumparan. Diakses tanggal 2020-08-31. 
  3. ^ "Ulasan Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi Menjadi Gelar Alam | Radar Sukabumi". 2023-08-14. Diakses tanggal 2024-03-31. 
  4. ^ "Beras Kasepuhan Gelar Alam Sanggup Penuhi Kebutuhan Sedkade". 2022-12-19. Diakses tanggal 2024-03-31.