Lompat ke isi

1 − 2 + 3 − 4 + ⋯

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
15.000 jumlah parsial pertama dari 0 + 1 − 2 + 3 − 4 + ⋯. Pada grafik ini, bilangan bulat negatif berada di bagian kiri sedangkan bilangan bulat positif berada di bagian kanan.

Dalam matematika, 1 − 2 + 3 − 4 + ⋯ adalah deret tak hingga yang suku-sukunya merupakan bilangan bulat positif yang berurutan. Di samping itu, setiap bilangan bulat tersebut diberi tanda plus dan minus secara bergantian sehingga membentuk deret selang-seling. Dengan menggunakan notasi penjumlahan sigma, jumlah m suku pertama deret tersebut dapat dinyatakan sebagai

Deret di atas ialah divergen. Dengan kata lain, barisan dari deret tersebut, (1, −1, 2, −2, 3, ...), tidak menuju batas yang pasti. Meskipun demikian, pada pertengahan abad ke-18, Leonhard Euler menemui sebuah kejanggalan:

Penjelasan yang tepat mengenai kejanggalan ini baru dapat diperoleh beberapa waktu kemudian. Detailnya, per tahun 1890, beberapa matematikawan, seperti Ernesto Cesàro, Émile Borel, mulai menyelidiki metode penjumlahan yang dapat menentukan nilai deret-deret divergen. Hal yang diselidiki termasuk pembaharuan baru atas metode Euler. Sebagian besar metode penjumlahan ini menetapkan nilai atas deret 1 − 2 + 3 − 4 + ... sebagai 14. Salah satu metode yang tidak dapat menentukan nilai deret tersebut ialah penjumlahan Cesàro. Oleh karena itu, diperlukan metode yang sedikit lebih baik, seperti penjumlahan Abel.

Deret 1 − 2 + 3 − 4 + ... berkaitan erat dengan deret Grandi. Oleh karena itu, Euler mengelompokkan keduanya sebagai kasus khusus dari deret yang lebih umum, 1 − 2n + 3n − 4n + .... Dalam hal ini, n = 1 ialah deret terkait dan n = 0 ialah deret Grandi. Penelitian Euler mengenai deret ini memperluas karyanya pada masalah Basel. Kemudian, penelitiannya mengarah pada persamaan fungsional yang sekarang dikenal sebagai fungsi eta Dirichlet dan fungsi zeta Riemann.

Kedivergenan

[sunting | sunting sumber]

Menurut uji suku, suku-suku (1, −2, 3, −4, ...) pada deret tersebut tidak mendekati 0. Oleh karena itu, deret tersebut dinyatakan sebagai divergen. Kedivergenan juga dapat ditunjukkan secara langsung dari definisi deret konvergen. Detailnya, suatu deret tak hingga dikatakan konvergen jika dan hanya jika barisan dari jumlah parsialnya konvergen pada sebuah limit. Dalam hal ini, limitnya adalah nilai deret tak hingga tersebut. Untuk menunjukannya, jumlah parsial dari 1 − 2 + 3 − 4 + ... adalah:[1]

1,

1 − 2 = −1,
1 − 2 + 3 = 2,
1 − 2 + 3 − 4 = −2,
1 − 2 + 3 − 4 + 5 = 3,
1 − 2 + 3 − 4 + 5 − 6 = −3,

...

Barisan dari penjumlahan parsial menunjukkan bahwa deret tersebut tidak konvergen ke suatu bilangan tertentu. Dengan kata lain, untuk setiap limit x, terdapat suatu titik yang semua penjumlahan parsialnya berturut-turut berada di luar interval [x−1, x+1]. Dengan demikian, 1 − 2 + 3 − 4 + ... divergen.

Jumlah parsial tersebut mencakup setiap bilangan bulat tepat satu kali. Bahkan, angka nol (0) ikut apabila menghitung jumlah parsial yang kosong. Oleh karena itu, hal ini menetapkan sifat ketercacahan dari himpunan bilangan bulat .[2]

Heuristik untuk penjumlahan

[sunting | sunting sumber]

Stabilitas dan linearitas

[sunting | sunting sumber]

Karena suku 1, −2, 3, −4, 5, −6, ... mengikuti pola yang sederhana, deret 1 − 2 + 3 − 4 + ... dapat dimanipulasi dengan memindahkan penambahan suku demi suku sedemikian rupa sehingga memperoleh sebuah nilai. Singkatnya, jika deret tersebut dapat ditulis menjadi s = 1 − 2 + 3 − 4 + ... dengan s ialah sebuah bilangan, manipulasi pada deret tersebut akan memperoleh nilai s = ¼:[3]

Dengan menambahkan empat salinan deret 1 − 2 + 3 − 4 + ··· sekalgius memindahkan suku demi suku sedemikian rupa, penjumlahan akan menghasilkan nilai 1. Di samping itu, masing-masing ruas kiri dan kanan menunjukkan penjumlahan dua salinan deret 1 − 2 + 3 − 4 + ··· yang menghasilkan deret 1 − 1 + 1 − 1 + ···.

Jadi .

Meskipun 1 − 2 + 3 − 4 + ... tidak dapat dijumlahkan sesuai pada umumnya, persamaan s = 1 − 2 + 3 − 4 + ... = ¼ dapat dikatakan sebagai jawaban paling logis jika deret seperti itu harus diberi nilai. Dalam hal ini, istilah yang lebih luas untuk menentukan nilai "penjumlahan" deret divergen disebut sebagai metode penjumlahan atau metode keterjumlahan. Di samping itu, ada banyak metode yang berbeda untuk menentukan nilai sebuah deret divergen. Biasanya, metode-metode tersebut harus memiliki beberapa sifat dari metode penjumlahan biasa. Di luar hal ini, apabila diteliti lagi, manipulasi yang dijelaskan di atas sebenarnya membuktikan suatu hal. Pada konteks ini, apabila deret 1 − 2 + 3 − 4 + ... ditentukan jumlahnya menggunakan metode keterjumlahan yang linear dan stabil, jumlah deret tersebut akan bernilai ¼.[4] Lebih lanjut,

metode tersebut pasti menjumlahkan deret Grandi, yaitu 1 − 1 + 1 − 1 + ... = ½.[4]

Hasil kali Cauchy

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1891, Ernesto Cesàro menyatakan bahwa deret divergen dapat dijelaskan dengan teliti melalui kalkulus. Dalam hal ini, ia memperlihatkan bahwa, "Saya telah menulis (1 − 1 + 1 − 1 + ...)2 = 1 − 2 + 3 − 4 + ... dan menyatakan kedua sisinya sama dengan ¼."[5] Menurut Cesàro, persamaan ini merupakan penerapan dari teorema yang ia telah terbitkan pada tahun sebelumnya. Teorema ini merupakan yang pertama dalam sejarah mengenai penjumlahan deret divergen (lihat disini untuk penjelasan metode penjumlahan).[1] Secara matematis, kunci utama dari metode penjumlahan yang digunakan oleh Cesàro ada pada konsep perkalian Cauchy. Jelasnya, 1 − 2 + 3 − 4 + .... dapat dinyatakan sebagai perkalian (konvolusi diskret) atas 1 − 1 + 1 − 1 + ... dengan 1 − 1 + 1 − 1 + ....

Dalam praktiknya, perkalian Cauchy antara dua deret tak terhingga dapat dilakukan walaupun kedua deret tersebut divergen. Pada kasus an = bn = (−1)n, suku-suku hasil kali Cauchy dapat dituliskan dengan deret diagonal

Maka deret hasil kalinya menjadi

Jadi, metode penjumlahan tersebut akan menghasilkan nilai 1/4 untuk deret 1 − 2 + 3 − 4 + .... Hasil tersebut diperoleh dari perkalian dua deret 1 − 1 + 1 − 1 + ... (deret 1 − 1 + 1 − 1 + ... bernilai 1/2). Melalui penjelasan pada bagian sebelumnya, metode ini menyiratkan kesetaraan antara keterjumlahan 1 − 1 + 1 − 1 + ... dan 1 − 2 + 3 − 4 + ... apabila menggunakan metode yang bersifat linear, stabil, dan dapat dikalikan dengan perkalian Cauchy.

Metode penjumalahn di atas merupakan bentuk biasa dari teorema Cesàro. Dalam hal ini, deret 1 − 1 + 1 − 1 + ... dapat dijumlahkan (Cesàro-summable) dalam ranah yang lebih sederhana atau (C, 1)-summable. Di sisi lain, deret 1 − 2 + 3 − 4 + ... memerlukan bentuk teorema Cesàro yang lebih kuat.[6] Istilah yang merujuk untuk hal tersebut ialah (C, 2)-summable. Di samping itu, karena semua bentuk teorema Cesàro bersifar linear dan stabil,[7] nilai dari penjumlahannya bisa dihitung seperti cara di atas.

Metode khusus

[sunting | sunting sumber]

Cesàro dan Hölder

[sunting | sunting sumber]
Data tentang (H, 2) jumlah ¼

Untuk mencari nilai (C, 1) dari deret 1 − 2 + 3 − 4 + ... dengan menggunakan penjumlahan Cesàro, diperlukan penghitungan rata-rata aritmetika dari jumlah parsial deret tersebut. Jumlah parsialnya adalah:

1, −1, 2, −2, 3, −3, ...,

dan rata-rata aritmatika dari jumlah parsial ini adalah:

1, 0, , 0, , 0, 4⁄7, ....

Urutan rata-rata ini tidak konvergen. Oleh karena itu, deret 1 − 2 + 3 − 4 + ... tidak dapat ditentukan nilainya dengan metode penjumlahan Cesàro .

Ada dua bentuk terkenal atas perluasan metode penjumlahan Cesàro. Dalam hal ini, bentuk yang sederhana adalah metode (H, n) dengan n ialah bilangan asli. Pada kasus di atas, penjumlahan Cesàro memiliki bentuk (H, 1). Di sisi lain, bentuk n = 2 akan mengulangi penghitungan rata-rata. Detailnya, perhitungan di atas memiliki rata-rata genap yang konvergen ke ½. Di samping itu, semua rata-rata ganjilnya sama dengan 0. Karena itu, apabila menerapkan rata-rata atas rata-rata konvergen, (H, 2), rata-rata dari 0 dan ½ akan menghasilkan nilai sebesar ¼.[8] Jadi, 1 − 2 + 3 − 4 + ... adalah (H, 2) dan bernilai sebesar ¼.

Huruf "H" adalah singkatan atas nama Otto Hölder. Ia yang pertama kali membuktikan pada tahun 1882 sesuatu yang sekarang dianggap oleh para ahli matematika sebagai hubungan antara penjumlahan Abel dan penjumlahan (H, n). Pada konteks ini, deret 1 − 2 + 3 − 4 + ... adalah contoh pertamanya.[9] Fakta bahwa ¼ adalah (H, 2) jumlah dari 1 − 2 + 3 − 4 + ... menjamin bahwa itu adalah jumlah Abel. Hal ini akan dibuktikan langsung di bagian bawah.

Perluasan penjumlahan Cesàro yang umum dirumuskan adalah bentuk (C, n). Selain itu, penjumlahan (C, n) dan penjumlahan (H, n) terbukti secara matematis selalu memberikan hasil yang sama. Akan tetapi, keduanya mempunyai latar belakang sejarah yang berbeda. Pada tahun 1887, Cesàro hampir menemukan definisi atas metode penjumlahan (C, n) secara detail, tetapi ia hanya memberikan sedikit contoh. Dalam konteks ini, contoh yang ia berikan yakni penjumlahan 1 − 2 + 3 − 4 + ..., menjadi ¼ menggunakan metode (C, n). Namun, keberadaan metode tersebut belum bisa didefinisikan secara matematis. Akhirnya, pada tahun 1890, ia secara formal mendefinisikan metode (C, n) untuk menyatakan teoremanya. Detailnya, teorema tersebut menyatakan bahwa produk Cauchy dari deret yang dapat dijumlahkan (C, n) dan deret yang dapat dijumlahkan (C, m) adalah deret yang dapat dijumlahkan (C, m + n + 1).[10]

Penjumlahan Habel

[sunting | sunting sumber]
Beberapa bagian dari 1 − 2x + 3x2 + ...; 1/(1 + x)2; dan batas pada 1

Dalam laporan tahun 1749, Leonhard Euler mengakui bahwa rangkaian tersebut berbeda tetapi tetap bersiap untuk menjumlahkannya:

... ketika dikatakan bahwa jumlah deret 1 − 2 + 3 − 4 + 5 − 6 dst. adalah ¼, hal itu pasti tampak paradoks. Karena dengan menjumlahkan 100 suku pada deret ini, kita mendapatkan −50, namun jumlah 101 suku menghasilkan +51, yang sangat berbeda dari ¼ dan menjadi lebih besar lagi jika jumlah sukunya ditambah. Tetapi saya telah memperhatikan di waktu sebelumnya, bahwa kata jumlah perlu diberi arti yang lebih luas ...[11]

Euler beberapa kali mengusulkan generalisasi kata "jumlah". Dalam kasus 1 − 2 + 3 − 4 + ..., gagasannya mirip dengan apa yang sekarang dikenal sebagai penjumlahan Abel:

... tidak diragukan lagi bahwa jumlah deret 1 − 2 + 3 − 4 + 5 dst. adalah ¼; karena muncul dari perluasan rumus 1⁄(1+1)2, yang nilainya tidak dapat disangkal ¼. Idenya menjadi lebih jelas dengan mempertimbangkan deret umum 1 − 2x + 3x2 − 4x3 + 5x4 − 6x5 + &c. yang muncul saat memperluas ekspresi 1⁄(1+x)2, yang mana deret ini memang sama setelah kita menetapkan x = 1.[12]

Ada banyak cara untuk melihat bahwa, setidaknya untuk nilai absolut |x| < 1, Euler benar dalam hal tersebut Kita dapat menggunakan perluasan Taylor pada ruas kanan, atau menerapkan proses pembagian panjang formal untuk polinomial. Mulai dari ruas kiri, kita dapat mengikuti heuristik umum di atas dan mencoba mengalikan dengan (1 + x) dua kali atau mengkuadratkan deret geometri 1 − x + x2 − .... Euler juga sepertinya menyarankan untuk membedakan suku deret terakhir berdasarkan istilah.[13]

Dalam pandangan modern, fungsi pembangkit 1 − 2x + 3x2 − 4x3 + ... tidak mendefinisikan suatu fungsi pada x = 1, sehingga nilai tersebut tidak dapat disubstitusikan begitu saja ke dalam ekspresi yang dihasilkan. Karena fungsinya terdefinisi untuk semua |x| < 1, kita masih dapat mengambil limitnya ketika x mendekati 1, dan ini adalah definisi dari jumlah Abel:

Euler dan Borel

[sunting | sunting sumber]
Penjumlahan Euler yang menghasilkan ½¼. Pada gambar ini, nilai positif ditampilkan dalam warna putih sedangkan nilai negatif ditampilkan dalam warna coklat. Selain itu, pergeseran serta penghilangan suatu nilai (pengurangan) ditampilkan dalam warna hijau.

Euler menerapkan teknik lain pada deret tersebut: transformasi Euler, salah satu penemuannya sendiri. Untuk menghitung transformasi Euler, dimulai dengan barisan suku positif yang membentuk deret bolak-balik—dalam hal ini 1, 2, 3, 4, .... Elemen pertama barisan ini diberi label a0.

Selanjutnya diperlukan barisan selisih maju antara 1, 2, 3, 4, ...; ini hanya 1, 1, 1, 1, .... Elemen pertama barisan ini diberi label Δa0. Transformasi Euler juga bergantung pada selisih selisih, dan iterasi yang lebih tinggi, namun semua selisih maju antara 1, 1, 1, 1, ... adalah 0. Transformasi Euler dari 1 − 2 + 3 − 4 + ... adalah kemudian didefinisikan sebagai

Dalam terminologi modern, dikatakan bahwa 1 − 2 + 3 − 4 + ... adalah Euler dapat dijumlahkan menjadi ¼..

Penjumlahan Euler juga menyiratkan penjumlahan Borel, dengan nilai penjumlahan yang sama, seperti pada umumnya.[14]

Pemisahan timbangan

[sunting | sunting sumber]

Saichev dan Woyczyński sampai pada 1 − 2 + 3 − 4 + ... = ¼ dengan hanya menerapkan dua prinsip fisik: relaksasi yang sangat kecil dan pemisahan timbangan. Tepatnya, prinsip-prinsip ini mengarahkan mereka untuk mendefinisikan kelompok besar "metode penjumlahan φ", yang semuanya menjumlahkan rangkaiannya menjadi ¼:

  • Jika φ(x) adalah suatu fungsi yang turunan pertama dan kedua kontinu dan dapat diintegralkan pada (0, ∞), sehingga φ(0) = 1 dan limit dari φ(x) dan xφ(x) di +∞ keduanya adalah 0, lalu[15]

Hasil ini menggeneralisasi penjumlahan Abel, yang diperoleh dengan membiarkan φ(x) = exp(−x). Pernyataan umum dapat dibuktikan dengan memasangkan suku-suku dalam deret tersebut pada m dan mengubah persamaan tersebut menjadi integral Riemann. Untuk langkah terakhir, pembuktian yang sesuai untuk 1 − 1 + 1 − 1 + ... menerapkan teorema nilai purata, tetapi di sini diperlukan bentuk teorema Taylor Lagrange yang lebih kuat.

Generalisasi

[sunting | sunting sumber]
Kutipan dari hal. 233 dari E212 — Institutiones calculi differentialis cum eius usu in analysi finitorum ac doctrina serierum. Euler menjumlahkan deret serupa, ca 1755.

Hasil kali Cauchy rangkap tiga dari 1 − 1 + 1 − 1 + ... adalah 1 − 3 + 6 − 10 + ..., deret bilangan segitiga berselang-seling; jumlah Abel dan Eulernya adalah .[16] Hasil kali Cauchy empat kali lipat dari 1 − 1 + 1 − 1 + ... adalah 1 − 4 + 10 − 20 + ..., deret bilangan tetrahedral yang berselang-seling, yang jumlah Abelnya adalah 1⁄16.

Generalisasi lain dari 1 − 2 + 3 − 4 + ... dalam arah yang sedikit berbeda adalah deret 1 − 2n + 3n − 4n + ... untuk nilai n lainnya. Untuk bilangan bulat positif n, deret ini mempunyai jumlah Abel sebagai berikut:[17] dimana Bn adalah bilangan Bernoulli. Bahkan untuk n, ini direduksi menjadi yang dapat diartikan menyatakan bahwa nilai genap negatif dari fungsi zeta Riemann adalah nol. Jumlah ini menjadi bahan ejekan khusus oleh Niels Henrik Abel pada tahun 1826:

Seri divergen sepenuhnya merupakan pekerjaan iblis, dan sayang sekali jika ada yang berani menemukan bukti apa pun mengenainya. Seseorang dapat memperoleh apa yang diinginkannya jika ia menggunakannya, dan hal-hal itulah yang telah menciptakan begitu banyak ketidakbahagiaan dan begitu banyak paradoks. Adakah yang bisa memikirkan hal yang lebih mengerikan daripada mengatakan hal itu

0 = 1 − 22n + 32n − 42n + etc.

dimana n adalah bilangan positif. Ini sesuatu untuk ditertawakan, teman-teman.[18]

Guru Cesàro, Eugène Charles Catalan, juga meremehkan deret divergen. Di bawah pengaruh Catalan, Cesàro awalnya menyebut "rumus konvensional" untuk 1 − 2n + 3n − 4n + ... sebagai "persamaan yang tidak masuk akal", dan pada tahun 1883 Cesàro mengungkapkan pandangan umum pada saat itu bahwa rumus tersebut salah tetapi tetap saja entah bagaimana berguna secara formal. Terakhir, dalam Sur la multiplication des séries tahun 1890, Cesàro mengambil pendekatan modern yang dimulai dari definisi.[19]

Deret tersebut juga dipelajari untuk nilai non-integer n; ini membentuk fungsi eta Dirichlet. Bagian dari motivasi Euler mempelajari deret yang berkaitan dengan 1 − 2 + 3 − 4 + ... adalah persamaan fungsional fungsi eta, yang mengarah langsung ke persamaan fungsional fungsi zeta Riemann. Euler telah menjadi terkenal karena menemukan nilai-nilai fungsi ini pada bilangan bulat genap positif (termasuk masalah Basel), dan dia juga mencoba menemukan nilai-nilai pada bilangan bulat ganjil positif (termasuk konstanta Apéry), sebuah masalah yang masih sulit dipahami hingga saat ini. Fungsi eta khususnya lebih mudah ditangani dengan metode Euler karena deret Dirichletnya dapat dijumlahkan Abel di mana saja; deret Dirichlet fungsi zeta jauh lebih sulit untuk dijumlahkan jika ia menyimpang.[20] Misalnya, pasangan dari 1 − 2 + 3 − 4 + ... dalam fungsi zeta adalah deret tak bolak-balik 1 + 2 + 3 + 4 + ⋯, yang memiliki penerapan mendalam dalam fisika modern namun membutuhkan lebih banyak kekuatan metode untuk menjumlahkan.

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Hardy 1949, hlm. 8.
  2. ^ Beals 2004, hlm. 23.
  3. ^ Hardy 1949, hlm. 6 menyajikan penurunan ini bersamaan dengan evaluasi deret Grandi 1 − 1 + 1 − 1 + ....
  4. ^ a b Hardy 1949, hlm. 6.
  5. ^ Ferraro 1999, hlm. 130.
  6. ^ Hardy 1949, hlm. 3; Weidlich 1950, hlm. 52–55.
  7. ^ Alabdulmohsin 2018.
  8. ^ Hardy 1949, hlm. 9. Untuk detail perhitungan selengkapnya, lihat Weidlich 1950, hlm. 17–18.
  9. ^ Ferraro 1999, hlm. 118; Tucciarone 1973, hlm. 10. Ferraro mengkritik penjelasan Tucciarone (p. 7) tentang bagaimana Hölder sendiri memikirkan hasil umum, tetapi penjelasan kedua penulis mengenai perlakuan Hölder terhadap 1 − 2 + 3 − 4 + ... serupa.
  10. ^ Ferraro 1999, hlm. 123–128.
  11. ^ Euler, Willis & Osler 2006, hlm. 2. Meskipun makalah tersebut ditulis pada tahun 1749, namun baru diterbitkan pada tahun 1768.
  12. ^ Euler, Willis & Osler 2006, hlm. 3, 25.
  13. ^ Misalnya, Lavine 1994, hlm. 23 mendukung perpecahan yang panjang tetapi tidak melaksanakannya; Vretblad 2003, hlm. 231 menghitung produk Cauchy. Nasihat Euler tidak jelas; lihat Euler, Willis & Osler 2006, hlm. 3, 26. John Baez [en] bahkan menyarankan metode teori kategori yang melibatkan himpunan lonjong perkalian dan osilator harmonis kuantum. Baez, John C. Euler's Proof That 1 + 2 + 3 + ... = −1/12 (PDF). Diarsipkan 2017-10-13 di Wayback Machine. math.ucr.edu (19 Desember 2003). Diakses pada 11 Maret 2007.
  14. ^ Shawyer & Watson 1994, hlm. 32.
  15. ^ Saichev & Woyczyński 1996, hlm. 260–264.
  16. ^ Kline 1983, hlm. 313.
  17. ^ Hardy 1949, hlm. 3; Knopp 1990, hlm. 491.
  18. ^ Grattan-Guinness 1970, hlm. 80. Lihat Markusevič 1967, hlm. 48, untuk terjemahan berbeda dari bahasa Prancis asli; nadanya tetap sama.
  19. ^ Ferraro 1999, hlm. 120–128.
  20. ^ Euler, Willis & Osler 2006, hlm. 20–25.

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]