Lompat ke isi

Kabupaten Aceh Jaya

Koordinat: 4°49′N 95°40′E / 4.817°N 95.667°E / 4.817; 95.667
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Aceh Jaya)

4°49′N 95°40′E / 4.817°N 95.667°E / 4.817; 95.667

Kabupaten Aceh Jaya
Transkripsi bahasa daerah
 • Jawoëاچيه جاي
Kawasan Geurutee
Kawasan Geurutee
Lambang resmi Kabupaten Aceh Jaya
Peta
Peta
Kabupaten Aceh Jaya di Sumatra
Kabupaten Aceh Jaya
Kabupaten Aceh Jaya
Peta
Kabupaten Aceh Jaya di Indonesia
Kabupaten Aceh Jaya
Kabupaten Aceh Jaya
Kabupaten Aceh Jaya (Indonesia)
Koordinat: 4°49′N 95°40′E / 4.82°N 95.67°E / 4.82; 95.67
Negara Indonesia
ProvinsiAceh
Tanggal berdiri10 April 2002[1]
Dasar hukumUURI Nomor 4 Tahun 2002[1]
Ibu kotaCalang
Jumlah satuan pemerintahan[2]
Daftar
  • Kecamatan: 9
  • Gampong: 172
Pemerintahan
 • BupatiA Murtala (Pj.)
 • Wakil Bupatilowong
 • Sekretaris DaerahTeuku Reza Fahlevi
Luas
 • Total3.872,35 km2 (1,495,12 sq mi)
Populasi
 (31 Desember 2023)[3]
 • Total99.717
 • Kepadatan26/km2 (67/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 99,93% Islam
  • 0,01% Buddha[3]
 • BahasaIndonesia, Aceh
 • IPMKenaikan 72,44 (2023)
 tinggi [4]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
1116 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0651 dan 0654
Pelat kendaraanBL xxxx W**
Kode Kemendagri11.14 Edit nilai pada Wikidata
APBDRp 828.068.492.568,-[5]
PADRp 55.922.676.525,-[5]
DAURp 405.647.701.000,- (2021)[6]
Situs webacehjayakab.go.id


Kabupaten Aceh Jaya (bahasa Aceh: Jawoe: اچيه جاي) adalah salah satu kabupaten di provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya dibentuk tahun 2002 sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.[2][7] Pada akhir tahun 2023, jumlah penduduk Aceh Jaya Sebanyak 99.717 jiwa.[3]

Aceh Jaya dulunya terdapat sebuah kerajaan pelabuhan bernama Kerajaan Daya dengan Raja pertamanya Sultan Alauddin Riayat Syah bergelar Po Teumereuhom Daya. Kerajaan Daya ini kemudian menjadi asal usul nama Kecamatan Jaya yang juga dipakai sebagai nama kabupaten baru pemekaran dari Aceh Barat. Wilayah Aceh dahulu terdiri dari banyak kerajaan pelabuhan kecil yang mudah dipengaruhi oleh Portugis. Untuk menghadang Portugis yang semakin kuat, Kesultanan Aceh Darussalam dengan Sultan pertamanya Ali Mughayat Syah pada Abad ke-16 berusaha mempersatukan daerah-daerah pesisir dan memusatkan kegiatan pelabuhan di Banda Aceh. Sultan menaklukan kerajaan kecil seperti Daya, Pedir dan Samudera Pasai. Wilayah Daya menjadi makin ramai pada masa Sultan Iskandar Muda dengan mendatangkan penduduk dari Aceh Besar dan Pidie.[8][9][10]

Pada masa penjajahan Belanda, Aceh dijadikan sebuah keresidenan yang dibagi menjadi empat Afdeeling salah satunya Afdeeling Westkust van Atjeh (Aceh Barat) dengan Meulaboh dijadikan ibu kota. Afdeeling tersebut dibagi menjadi beberapa orderafdeeling seperti Tjalang, Tapaktuan, Simeulue, Singkil, dan lain-lain. Setelah merdeka, Afdeeling Westkust van Aceh berubah menjadi Kabupaten Aceh Barat. Satu persatu daerah pembentuk Kabupaten Aceh Barat kemudian memisahkan diri. Salah satunya adalah bekas onderafdeeling Tjalang yang terdiri dari landschap Keluang, Kuala Daya, Lambeusoi, Kuala Unga, Lhok Kruet, Patek, Lageun, Rigaih, Krueng Sabee dan Teunom. Bekas onderafdeeling Tjalang berpisah tahun 2002 dan diberi nama Kabupaten Aceh Jaya dengan ibukotanya di Calang.[8][11]

Menjadi kabupaten baru adalah momen baik untuk memajukan daerah, karena dengan adanya otonomi daerah suatu daerah dapat memanfaatkan pendapatan yang ada untuk mengurus daerahnya sendiri. Tetapi tidak lama setelah menjadi kabupaten baru, di tahun 2004 hal yang tidak disangka terjadi. Tsunami besar menghantam pesisir Aceh termasuk yang terparah adalah Aceh Jaya. Daerah yang baru merangkak untuk maju mendapat ujian yang sangat berat. Hampir seluruh infrastruktur rata dengan tanah. Aceh Jaya harus membangun daerah dari nol. Tetapi, bantuan pun berdatangan termasuk dari dunia internasional sehingga Aceh Jaya bisa berkembang pesat sampai sekarang. Tsunami tersebut diperingati dalam bentuk monumen di Kota Calang.[12]

Pemandangan dari puncak Gunung Geurutee di perbatasan Aceh Besar dan Aceh Jaya

Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah pesisir Barat pantai Sumatra dengan panjang garis pantai lebih kurang 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar antara 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar antara 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

[sunting | sunting sumber]
Utara Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie
Timur Kabupaten Aceh Barat
Selatan Samudera Indonesia dan Kabupaten Aceh Barat
Barat Samudra Hindia

Pemerintahan

[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 9 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibu kota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Jaya, secara susunan organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 9 Kantor yang merupakan kantor kecamatan. Jumlah keseluruhan Pegawai Negeri Sipil daerah yang bertugas di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu jumlah wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 masih sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat mengalami pergantian antar waktu, terutama disebabkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada saat terjadinya bencana gempa dan tsunami.

No Bupati Mulai menjabat Akhir menjabat Wakil Bupati
* A Murtala
(Penjabat)
29 Desember 2023 Petahana Lowong

Dewan Perwakilan

[sunting | sunting sumber]

DPRK Aceh Jaya memiliki 20 orang anggota yang dipilih secara langsung dalam pemilihan umum legislatif lima tahun sekali. Anggota DRPK Aceh Jaya yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang menjabat untuk periode 2019-2024 sejak 14 Agustus 2019 dan berasal dari 8 partai politik. Pimpinan DPRK Aceh Jaya terdiri dari satu ketua dan dua wakil ketua yang berasal dari partai politik pemilik kursi dan suara terbanyak. Pimpinan DPRK Aceh Jaya periode 2019-2024 dijabat oleh Muslem D. dari Partai Aceh sebagai Ketua sejak 7 Oktober 2019[13] dan Teuku Asrizal dari Partai Golongan Karya sebagai Wakil Ketua II sejak 11 November 2019.[14] Untuk posisi jabatan Wakil Ketua I dari Partai Nanggroe Aceh atas nama Irwanto N. P. belum dilantik karena masih ada masalah internal partai. Irwanto N.P. kemudian resmi dilantik menjadi Wakil Ketua I pada 11 Januari 2021.[15] Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Aceh Jaya dalam dua periode terakhir.[16][17]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019 2019-2024 2024-2029
Gerindra 0 Kenaikan 1 Kenaikan 2
Golkar 4 Penurunan 3 Penurunan 2
PPP 2 Penurunan 1 Penurunan 0
PAN 0 Kenaikan 1 Kenaikan 2
Demokrat 3 Penurunan 2 Steady 2
Partai Aceh 10 Penurunan 7 Steady 7
PDA 1 Kenaikan 2 Penurunan 1
PNA 0 Kenaikan 3 Penurunan 2
PKB (baru) 2
Jumlah Anggota 20 Steady 20 Steady 20
Jumlah Partai 5 Kenaikan 8 Steady 8

Kecamatan

[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Aceh Jaya memiliki 9 kecamatan dan 172 gampong dengan kode pos 23653-23657 (dari total 243 kecamatan dan 5827 gampong di seluruh Aceh). Per tahun 2010 jumlah penduduk di wilayah ini adalah 76.892 (dari penduduk seluruh provinsi Aceh yang berjumlah 4.486.570) yang terdiri atas 39.973 pria dan 36.919 wanita (rasio 108,27). Dengan luas daerah 387.725 ha (dibanding luas seluruh provinsi Aceh 5.677.081 ha), tingkat kepadatan penduduk di wilayah ini adalah 20 jiwa/km² (dibanding kepadatan provinsi 78 jiwa/km²). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya sebesar 86.058 jiwa dengan luas wilayahnya 3.812,99 km² dan sebaran penduduk 23 jiwa/km².[2][7]

No Kode
Kemendagri
Kecamatan Luas Wilayah
(km2)
Penduduk
2017
(jiwa)
2017
Mukim Gampong Dusun
1 11.14.01 Teunom 141,00 12.928 2 22
2 11.14.02 Krueng Sabee 588,00 15.937 2 17
3 11.14.03 Setia Bhakti 629,00 8.569 2 13
4 11.14.04 Sampoiniet 426,00 7.107 2 19
5 11.14.05 Jaya 324,00 15.924 5 34
6 11.14.06 Panga 405,00 7.460 2 20
7 11.14.07 Indra Jaya 300,00 6.554 2 14
8 11.14.08 Darul Hikmah 575,00 6.537 2 19
9 11.14.09 Pasie Raya 426,00 6.606 2 14
TOTAL 3.812,99 86.058 21 172
Sumber:Kabupaten Aceh Jaya dalam angka 2017, BPS


Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Penduduk Aceh Nias (SPAN) yang merupakan sensus penduduk sesudah bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilaksanakan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil jumlah penduduk Provinsi Aceh tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu jumlah penduduk Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tersebut sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.Pada tahun 2012, jumlah penduduk Kabupaten Aceh Jaya 82.172 jiwa, terdiri dari 42.653 penduduk laki-laki dan 39.519 penduduk perempuan.

Pesisir Gunung Geurutee, Lamno
Makam Poteu Meureuhôm Lam No, Sultan Salatin

Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu daerah yang sangat cocok untuk budidya berbagai jenis komoditas pertanian, baik jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk daerah Zona Pertanian di antara beberapa kabupaten yang ada di Provins Aceh. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budi daya pertanian masih cukup luas. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk lebih ditingkatkan di daerah ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang masih luas tersedia.

Untuk perikanan laut juga menjadi andalan daerah ini karena semua kecamatannya berbatasan langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, sebagian besar komoditas pertanian mengalami penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh rusaknya areal budi daya berbagai komoditas tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom sampai kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga disebabkan lumpuhnya kota Calang sebagai sentra penyediaan sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau mengalami penurunan yang sangat besar dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata mengalami penurunan di atas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b "Pembentukan Daerah-Daerah Otonom di Indonesia s/d Tahun 2014" (PDF). www.otda.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 12 Juli 2019. Diakses tanggal 8 Desember 2021. 
  2. ^ a b c d "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  3. ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 28 Januari 2024. 
  4. ^ "Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2021-2023". www.aceh.bps.go.id. Diakses tanggal 28 Januari 2024. 
  5. ^ a b "APBD 2018 ringkasan update 04 Mei 2018". 2018-05-04. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-06. Diakses tanggal 2018-07-06. 
  6. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2021" (pdf). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2021). hlm. 1. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2021-12-07. Diakses tanggal 8 Desember 2021. 
  7. ^ a b "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  8. ^ a b "Sejarah Kabupaten Aceh Jaya". Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-20. Diakses tanggal 23 April 2022. 
  9. ^ "SEKILAS SEJARAH ACEH ABAD KE- 16". Kementerian Pendidikan Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-03. Diakses tanggal 23 April 2022. 
  10. ^ Ibrahim, Muhammad (1991). SEJARAH DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH (PDF). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-02-20. Diakses tanggal 23 April 2022. 
  11. ^ "Selayang Pandang - Sejarah Aceh Barat". Pemerintah Kabupaten Aceh Barat. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-15. Diakses tanggal 23 April 2022. 
  12. ^ Pizaro Gozali İdrus. "Wajah baru Calang usai 15 tahun dihantam tsunami". Anadolu Agency. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-23. Diakses tanggal 23 April 2022. 
  13. ^ Bintang, Riski (07-10-2019). "Muslem D Ditetapkan Sebagai Ketua DPRK Definitif, Ini Harapan Pemerintah". Serambi News. Diakses tanggal 08-08-2020. 
  14. ^ "T Asrizal Dilantik Sebagai Wakil Ketua II DPRK Aceh Jaya". Pemerintah Aceh Jaya. 06-11-2019. Diakses tanggal 08-08-2020. 
  15. ^ "Tertunda setahun lebih, politisi PNA dilantik jadi Wakil Ketua DPRK Aceh Jaya - ANTARA News Aceh". Antara News. Diakses tanggal 2021-02-10. 
  16. ^ Perolehan Kursi DPRK Aceh Jaya 2014-2019
  17. ^ Perolehan Kursi DPRK Aceh Jaya 2019-2024

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]