Lompat ke isi

Akademi Angkatan Udara

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Akademi Angkatan Udara
Lambang Akademi Angkatan Udara
Dibentuk26 Juli 1965
NegaraIndonesia
CabangTentara Nasional Indonesia
Tipe unitKomando Pendidikan
Bagian dariTNI Angkatan Udara
MarkasKota Yogyakarta
MotoVidya Karma Vira Pakca
Situs webhttps://diajurit.tni-au.mil.id
Tokoh
GubernurMarsekal Muda TNI Dr. Ir. Purwoko Aji Prabowo, M.M., MDS.
Wakil GubernurMarsekal Pertama TNI Meka Yudanto, S.Sos., M.A.P.

Akademi Angkatan Udara (AAU) adalah sekolah pendidikan TNI Angkatan Udara di Yogyakarta, Indonesia. Akademi Angkatan Udara mencetak Perwira TNI Angkatan Udara. Secara organisasi, Akademi Angkatan Udara berada di dalam struktur organisasi TNI Angkatan Udara, yang dipimpin oleh seorang Gubernur Akademi Angkatan Udara.

Mako Akademi Angkatan Udara berada di Jl. Laksda Adi sucipto km 10 Yogyakarta.

Sistem Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Sistem Pendidikan di Akademi Angkatan Udara menganut sistem Tri Tunggal Terpadu. Artinya sistem pendidikan yang dilaksanakan meliputi kegiatan pengajaran, jasmani militer dan latihan serta pengasuhan secara terpadu dengan satu tujuan yaitu menghasilkan perwira berpangkat Letnan Dua yang mempunyai sifat "Tri Sakti Wiratama".

Sevron adalah istilah tanda kepangkatan yang dipergunakan oleh Para Karbol sebagai sarana menunjukkan identitas hierarki, tingkat dan pangkat yang sedang disandang pada masa pendidikan di AAU. Bila di antara Anda ada yang belum mengetahui arti dari beberapa atribut seragam Karbol, berikut ini akan dijelaskan secara singkat:

  • Prajurit Karbol Tingkat I disingkat "PRAKAR" lama pendidikan 4 Bulan.
  • Kopral Karbol Tingkat I disingkat "KOPKAR" lama pendidikan 9 Bulan.
  • Sersan Karbol Tingkat II disingkat "SERKAR" lama pendidikan 12 Bulan.
  • Sersan Mayor Dua Karbol Tingkat III disingkat "SERMADAKAR" lama pendidikan 12 Bulan.
  • Sersan Mayor Satu Karbol Tingkat IV disingkat "SERMATUKAR" lama pendidikan 12 Bulan.

Istilah Karbol

[sunting | sunting sumber]

"Karbol" adalah sebutan untuk taruna Angkatan Udara. Karbol sendiri adalah nama panggilan akrab yang melekat pada Laksamana Madya Udara Profesor Doktor Abdulrahman Saleh (almarhum). Sejak semasa dia masih mahasiswa Kedokteran di "Geneeskundige Hogeschool te Batavia (sekarang "Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia"), dia dikenal sebagai satu-satunya ahli ilmu "Faal" pada saat itu pada zaman jajahan pemerintahan Hindia Belanda.[1] Sebagai mahasiswa senior dia dikenal sebagai orang yang menekuni radiotelegrafi. Bahkan pada zaman pendudukan pemerintah militer Jepang, dia berhasil merakit stasiun radio amatir di asrama Salemba Jakarta. Stasiun radio ini sangat berguna untuk para pejuang gerakan bawah tanah pemuda-pemuda Indonesia selama 3,5 tahun pendudukan Jepang (antara lain para pemuda seperti Sutan Syahrir, Adam Malik dan kawan-kawan). Di samping itu dia juga dikenal sebagai mahasiswa yang menekuni mesin-mesin mobil dan mesin-mesin pabrik pada zaman Belanda pada waktu itu boleh dikatakan "Langka". Segala sesuatu yang berkaitan dengan perlistrikan, baik dalam ilmu pengetahuan maupun praktiknya dia kuasai.

Secara fisik, Abdulrahman Saleh yang lahir pada 1 Juli 1909 di Kwitang, Jakarta Pusat, adalah seorang pemuda yang bertubuh tegap, tinggi, berbadan atletis, kulit sedikit gelap dengan rambut keriting (ikal). Dikalangan para dosen (yang kebanyakan orang Belanda) Abdulrachman Saleh dikenal karena otaknya yang cemerlang, inovatif sekaligus kreatif. Meskipun ia adalah orang pribumi, namun pribadi nya tidak kalah dengan mahasiswa lain yang kebanyakan orang Belanda.

Karena berbagai ciri keunggulan, salah seorang dosennya yang orang Belanda sering memanggil Abdulrahman Saleh dengan sebutan "Curly Boy" (Si Kriting yang Cerdas), yang akhirnya menjadi sebutan "karbol". Sampai sekarang, para taruna Angkatan Udara mendapat nama panggilan yang sama dengan harapan, mereka bisa mewarisi sifat dan teladan dari beliau.[2]

Letnan Kolonel Udara Saleh Basarah yang pada tahun 1963 menjabat sebagai Perwira Udara Wing Dik 001 merangkap anggota pelaksana proyek Akademi Angkatan Udara mempuyai gagasan agar sebutan Karbol digunakan dilingkungan para Cadet Angkatan Udara. Ide ini diilhami, ketika Letnan Kolonel Udara Saleh Basarah mengikuti perjalanan muhibah dalam sebuah misi pendidikan ke luar negeri pada tahun 1963 yang dilaksanakan ke beberapa negara Eropa, Asia dan Amerika. Ketika berkunjung ke USAF (United Stated Air Force) di Washington selama sepekan, Letkol Udara Saleh Basarah mendengar panggilan "Mr. Doolly", "The Doolles", Doolly" dikalangan Cadet. Setelah ditanyakan, ternyata itu panggilan yang diadopsi dari seorang penerbang militer AS yang begitu hebat prestasinya General USAF James H. "Jimmy" Doollitle. Setelah kembali ke Indonesia, Letnan Kolonel Udara Saleh Basarah tertarik dengan cara yang dilakukan oleh USAF Academy. Letkol Udara Saleh Basarah pun ingat dengan tokoh idolanya yaitu Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulrahman Saleh yang punya sebutan Pak Karbol. Maka ia pun mengusulkan kepada Komandan Komando Pendidikan TNI AU agar sebutan Karbol digunakan untuk menyebut Kadet AU. Usul itupun diterima, tanpa melalui surat keputusan apapun, akhirnya tahun 1963 panggilan Karbol langsung disosialisasikan dikalangan Kadet AU melalui Senat Taruna dalam sebuah Apel Pagi dilapangan Maguwo. Dan sejak tahun 1963 sebutan Karbol telah melekat pada diri Taruna AAU.

Dengan sebutan Karbol untuk Taruna Akademi TNI Angkatan Udara, diharapkan para Karbol dapat mencontoh kemampuan dia dalam menekuni setiap materi ajaran dan latihan yang diberikan baik di kelas maupun di lapangan, sehingga para Karbol dapat mahir dan terampil di bidang tugasnya.

Pada tanggal 1 Agustus 1921 Pemerintah Hindia Belanda membuka sekolah penerbangan pertama di Indonesia yakni Sekolah Penerbangan Kalijati di Kalijati, Subang, Jawa Barat. Pada 1939 Sekolah Penerbang digabung dengan Sekolah Pengintai di Lapangan Andir Bandung. Tanggal 1 Januari 1940, Sekolah Penerbang menjadi Penerbangan Militer (Militaire Luchvaart). Salah satu instruktur sekolah ini adalah Letnan R. Soerjadi Soerjadarma, penerbang lulusan Militaire Academy di Breda, Belanda (Belakangan, setelah kemerdekaan Indonesia, Suryadarma dinyatakan sebagai Bapak AURI dan sekaligus namanya diabadikan sebagai nama pangkalan udara Kalijati). Pada tahun 1950, Pangkalan Udara Andir membuka Sekolah Penerbang Lanjutan (SPL).

Sejarah Akademi Angkatan Udara dimulai sejak didirikannya Lembaga Pendidikan Perwira TNI AU di Maguwo, Yogyakarta, pada tahun kemerdekaan RI. Akhir Desember 1945, Komodor Udara Suryadi Suryadarma merencanakan pembentukan personel AU, yang kemudian diserahkan kepada Agustinus Adisutjipto. Inilah embrio Akademi Angkatan Udara (AAU). Sat itu masih menggunakan pesawat latih jenis cureng buatan 1933.

Sejak 1966 nama AAU diubah menjadi AKABRI Udara, dengan masa pendidikan 4-5 tahun. Pada masa itu, sistem rekrutmen perwira militer sukarela melalui satu jalur komando, (Mako AKABRI), dipimpin oleh Danjen AKABRI. Belakangan, masa tempuh pendidikan di AKABRI dikembalikan ke 3 tahun dari sebelumnya 4 tahun. Namanya juga kembali ke Akademi Angkatan Udara (AAU). AAU merupakan lembaga/penyelenggara pendidikan militer sukarela setingkat akademi yang menghasilkan perwira-perwira karier TNI AU berpangkat Letnan Dua. Perwira lulusan AAU diproyeksikan mampu mengemban tugas sebagai Prajurit TNI AU dan terus mengembangkan kemampuannya sejalan dengan perkembangan teknologi.

Sekolah Penerbangan Kalijati

[sunting | sunting sumber]

Pada tanggal 1 Agustus 1921 mulai dibuka sekolah penerbangan pertama di Indonesia yang bertempat di Kalijati Subang, Jawa Barat. Selanjutnya pada tanggal 1 Januari 1940 diubah namanya menjadi penerbangan militer (militaire luchvaart). Syarat untuk menjadi penerbang yaitu harus lulusan militaire Academy Breda (Belanda), karena Letnan R. Suryadi Suryadarma adalah seorang lulusan akademi militer Breda, maka diterima menjadi penerbang pengintai dan setelah lulus ditugaskan menjadi instruktur di sekolah penerbang Kalijati. Dan akhirnya sekarang bapak R. Suryadi Suryadarma dinyatakan sebagai Bapak Auri dan namanya dijadikan sebagai nama pangkalan udara Kalijati (Pangkalan Udara Suryadarma) pada tahun 2001.

Sekolah Penerbangan Andir Bandung

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1939 Sekolah Penerbang digabungkan dengan Sekolah Pengintai di Lapangan Andir Bandung. Dari sekolah penerbang tersebut direkruit sebanyak 10 orang siswa, di mana 5 orang berhasil mencapai taraf KMB (Kleine Militaire Brevet) yaitu antara lain Husein Sastranegara, Sulistio dan H. Sujono, 2 orang mencapai GMB (Groote militaire Brevet) yaitu Agustinus Adisoetjipto dan Sambudjo Hurip dan 3 orang lagi grounded. Selanjutnya setelah penyerahan kedaulatan oleh Belanda kepada Pemerintah RI, maka PAU Andir membuka sekolah penerbang lanjutan (SPL) pada tahun 1950 dan hanya menghasilkan 3 angkatan, untuk angkatan pertama tahun 1950 sejumlah 10 penerbang militer dan 11 penerbang sipil, di antara penerbang militer tersebut Bapak Rusmin Nurjadin, angkatan kedua lulus tahun 1952 sejumlah 16 penerbang antara lain Bapak Ashadi Tjahjadi, Sompil Basuki dan Soewoto Sukendar. Sedangkan angkatan ketiga sebanyak 8 orang antara lain Nurtanio Pringgoadisuryo dan Supadio.

Sekolah Penerbangan di Maguwo Yogyakarta

[sunting | sunting sumber]

Sejarah Akademi Angkatan Udara dimulai sejak didirikannya Lembaga Pendidikan Pertama Perwira TNI AU di Maguwo Yogyakarta pada zaman perang kemerdekaan RI pada Tahun 1945. Akhir bulan Desember 1945, Komodor Udara Suryadi Suryadarma merencanakan tugas pembentukkan personel Angkatan Udara. Tugas ini kemudian diserahkan kepada Agustinus Adisoetjipto. Inilah Lembaga Pendidikan Angkatan Udara pertama yang merupakan embrio Akademi Angkatan Udara dengan menggunakan pesawat latih jenis cureng buatan tahun 1933.

Berikut Daftar Gubernur Akademi Angkatan Udara dari Masa ke Masa:

  1. Komodor Udara S. Dono Indarto (28-07-1965 sampai dengan 01-05-1966)
  2. Komodor Udara Sumitro (01-05-1966 sampai dengan 10-08-1967)
  3. Marsekal Pertama TNI A. Alamsyah (10-08-1967 sampai dengan 30-12-1967)
  4. Marsekal Pertama TNI Roesman Noerjadin (30-12-1967 sampai dengan 08-01-1971)
  5. Marsekal Pertama TNI Sumadi (08-01-1971 sampai dengan 03-10-1973)
  6. Marsekal Pertama TNI Sylvester Charles Lantang (03-10-1973 sampai dengan 16-10-1975)
  7. Marsekal Muda TNI Iskandar (16-10-1975 sampai dengan 07-09-1978)
  8. Marsekal Muda TNI Hartono (07-09-1978 sampai dengan 13-10-1980)
  9. Marsekal Muda TNI Soejitno (13-10-1980 sampai dengan 17-05-1983)
  10. Marsekal Muda TNI JH. Soemardjono (17 Mei 1983 sampai dengan 20 Maret 1986)
  11. Marsekal Muda TNI Suparman N. (20 Maret 1986 sampai dengan 15 Juni 1987)
  12. Marsekal Muda TNI Rukandi (15 Juni 1987 sampai dengan 14 Maret 1989)
  13. Marsekal Muda TNI IGN. Danendra (14 Maret 1989 sampai dengan 26 September 1991)
  14. Marsekal Muda TNI Soedarwadi (26 September 1991 sampai dengan 13 Februari 1993)
  15. Marsekal Muda TNI Udin Kurniadi (23 April 1994 sampai dengan (9 Maret 1995)
  16. Marsekal Muda TNI Holki BK. (9 Maret 1995 sampai dengan 22 Maret 1996)
  17. Marsekal Muda TNI Gandhy NS. (22 Maret 1996 sampai dengan 12 Agustus 1997)
  18. Marsekal Muda TNI Chappy Hakim (12 Agustus 1997 sampai dengan 27 Maret 1999)
  19. Marsekal Muda TNI Gaharudin Gunawan (27 Maret 1999 sampai dengan 3 Juli 2000)
  20. Marsekal Muda TNI Suprihadi (3 Juli 2000 sampai dengan 2 Maret 2001)
  21. Marsekal Muda TNI Herman Prayitno, S.IP, MBA. (2 Maret 2001 sampai dengan 23 Juli 2002)
  22. Marsekal Muda TNI M. Basri Sidehabi, S.IP, MBA (23 Juli 2002 sampai dengan 21 November 2003)
  23. Marsekal Muda TNI Mardjono SW. (21 November 2003 sampai dengan 13 April 2005)
  24. Marsekal Muda TNI Eko Edi Santoso (7 Oktober 2005 sampai dengan 24 Februari 2006)
  25. Marsekal Muda TNI Erry Biatmoko (24 Februari 2006 sampai dengan 23 Juli 2007)
  26. Marsekal Muda TNI Imam Sufaat, S.IP (23 Juli 2007 sampai dengan 11 Juli 2008)
  27. Marsekal Muda TNI Bonggas S. Silaen, S.IP (11 Juli 2008 sampai dengan 5 Januari 2010)
  28. Marsekal Muda TNI Sru Astjarjo Andreas, S.IP (5 Januari 2010 sampai dengan 2 Februari 2011)
  29. Marsekal Muda TNI Ida Bagus Putu Dunia (2 Februari 2011 sampai dengan 22 Agustus 2011)
  30. Marsekal Muda TNI Bambang Samoedro, S.Sos (22 Agustus 2011 sampai dengan 26 Februari 2013)
  31. Marsekal Muda TNI Tabri Santoso, S.IP (26 Februari 2013 sd 19 Agustus 2014)
  32. Marsekal Muda TNI Sugihardjo, SE., M.M. (19 Agustus 2014 sampai dengan 30 Maret 2015)
  33. Marsekal Muda TNI Abdul Muis (30 Maret 2015 sampai dengan 28 Oktober 2015)
  34. Marsekal Muda TNI Dedy Permadi (28 Oktober 2015 sampai dengan 29 April 2016)
  35. Marsekal Muda TNI Iman Sudrajat (2 Mei 2016 sampai dengan 12 Agustus 2017)
  36. Marsekal Muda TNI Sri Mulyo Handoko, S.IP, M.AP., (12 Agustus 2017 sampai dengan 12 Oktober 2018)
  37. Marsekal Muda TNI Tatang Harlyansyah, S.E, (12 Oktober 2018 sampai dengan 25 September 2019)
  38. Marsekal Muda TNI Nanang Santoso (25-September-2019 sampai dengan 21 Januari 2022)
  39. Marsekal Muda TNI Eko Dono Indarto, S.IP., M.(Ter) Han. (21 Januari 2022 sampai dengan 27 April 2023)
  40. Marsekal Muda TNI Wayan Superman (27 April 2023 sampai dengan 2 Oktober 2023)
  41. Marsekal Muda TNI Dr. Ir. Purwoko Aji Prabowo, M.M., MDS. (2 Oktober 2023 sampai dengan sekarang)

Adhi Makayasa

[sunting | sunting sumber]

Penghargaan tahunan kepada lulusan terbaik dari setiap matra TNI dan POLRI.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Loebis 2006, hlm. 37.
  2. ^ Bachtiar 2015, hlm. xx.

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]
  1. Bachtiar, Imelda (2015). Aku Sayap Tanah Air! Kisah Hidup dan Perjuangan Bapak AURI Marsekal R. Soeriadi Suryadarma. Jakarta: Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma. ISBN 978-602-73455-0-8. 
  2. Loebis, Parlindoengan (2006). Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Nazi - Otobiografi Parlindoengan Loebis. Jakarta: Komunitas Bambu. ISBN 979-3731-08-7. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]