Pertanyaan Sokratik
Pertanyaan Sokratik (bagian dari Matode Sokrates)[1] adalah suatu metode pengajaran yang fokus pada penggalian jawaban dari murid-murid dengan cara memberikan pertanyaan, sebagaimana dilakukan Sokrates dalam dialog-dialog Plato. Menurut Plato, yang merupakan salah satu muridnya, Sokrates percaya bahwa "pemberian pertanyaan-pertanyaan terarah akan mendorong siswa (peneliti) untuk mempertimbangkan berbagai gagasan yang ada dan menentukan gagasan mana yang paling benar".[2] Dalam penggambaran Plato, seorang guru haruslah memposisikan dirinya bodoh dan sedang mencari jawaban, lalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswanya dan memancing mereka mencapai tingkat pemahaman tertinggi.[3] Dengan metode ini seorang siswa dapat mengenali kontradiksi-kontradiksi, melakukan telaah kritis, dan merekonstruksi ulang gagasan-gagasan mereka sendiri sehingga lebih sempurna.
Pertanyaan Sokratik adalah sebuah keahlian dalam mengajukan pertanyaan yang dapat digunakan untuk menggali pemikiran ke banyak arah dan untuk banyak tujuan, di antaranya: mengeksplorasi ide-ide kompleks, mengungkap hakikat (kebenaran) dari segala sesuatu, menyelesaikan isu dan masalah, membuktikan asumsi-asumsi, menganalisis konsep-konsep, membedakan apa yang kita ketahui dari apa yang tidak kita ketahui, mengikuti konsekuensi logis dari pemikiran dan untuk mengikuti diskursus. Pertanyaan Sokratik didasarkan pada pandangan bahwa cara berpikir memiliki logika terstruktur dan memberi jalan untuk mempertanyakan landasan berpikir.[4] Kunci untuk membedakan Pertanyaan Sokratik dari pertanyaan biasa yakni bahwa yang pertama bersifat sistematis, terukur, mendalam dan biasanya fokus pada konsep, prinsip, teori, atau masalah mendasar.
Pertanyaan Sokratik, yang merupakan turunan dari Metode Sokrates, adalah istilah yang digunakan dalam pengajaran dan sudah diakui sebagai suatu konsep mengajar dalam dunia pendidikan. Guru, siswa, atau siapa pun yang tertarik menyelidiki alur berpikir pada tingkat yang mendalam dapat menggunakan Pertanyaan Sokratik untuk keperluan tersebut.[5] Pertanyaan Sokratik dan variannya juga telah banyak digunakan dalam psikoterapi.
Pedagogi
[sunting | sunting sumber]Ketika guru menggunakan Pertanyaan Sokratik dalam mengajar, salah satu tujuannya adalah untuk menyelidiki pemikiran siswa, untuk menentukan sejauh mana pengetahuan siswa tentang suatu topik tertentu, atau membantu siswa menganalisis konsep atau alur penalarannya. Dalam mengajar, guru dapat menggunakan Pertanyaan Sokratik untuk setidaknya dua tujuan:
- Untuk menyelidiki secara mendalam pemikiran siswa, untuk membantu siswa mulai membedakan apa yang mereka ketahui dari apa yang tidak mereka ketahui (dan untuk membantu mereka mengembangkan kesadaran intelektual dalam mengikuti prosesnya).
- Menumbuhkan kemampuan siswa dalam mengajukan Pertanyaan Sokratik, membantu siswa menguasainya sehingga mereka dapat menggunakan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari (dalam menganalisis pikiran diri sendiri atau orang lain). Untuk tujuan ini, guru dapat mencontohkan strategi bertanya untuk ditiru dan diterapkan oleh siswa. Selain itu, guru perlu langsung mengajar siswa bagaimana mengkonstruksi dan mengajukan pertanyaan yang mendalam. Di luar itu, siswa membutuhkan latihan untuk meningkatkan kemampuan bertanya mereka.
Pertanyaan Sokratik benar-benar menggarisbawahi bahwa mengajukan pertanyaan yang benar merupakan salah satu sarana untuk belajar dan memahami sesuatu. Selain itu termasuk untuk membuat siswa memahami dan mampu membedakan antara pemikiran sistematis dan terfragmentasi, sambil memaksa mereka memahami akar pengetahuan dan gagasan mereka sendiri.
Psikologi
[sunting | sunting sumber]Pertanyaan Sokratik juga telah digunakan dalam psikoterapi, terutama sebagai teknik restrukturisasi kognitif dalam psikoterapi Adlerian, logoterapi, terapi perilaku emotif rasional, terapi kognitif, dan terapi berbasis logika.[6] Tujuannya adalah untuk membantu mengungkap asumsi dan bukti yang mendasari pemikiran seseorang sehubungan dengan masalah yang dihadapinya. Serangkaian Pertanyaan Sokratik dalam terapi kognitif dapat berguna untuk menangani pemikiran otomatis (alam bawah sadar) yang mengganggu pasien.[7]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Jacques Brunschwig, Geoffrey Ernest Richard Lloyd (eds), A Guide to Greek Thought: Major Figures and Trends, Harvard University Press, 2003, p. 233.
- ^ "What is Socratic Questioning". Starting Point - Teaching Entry Level Geoscience. Carleton College. Diakses tanggal March 31, 2018.
- ^ "What is Socratic Questioning". Starting Point - Teaching Entry Level Geoscience. Carleton College. Diakses tanggal March 31, 2018.
- ^ Paul, Richard; Binker, A.J. (1990). Critical Thinking: What Every Person Needs To Survive in a Rapidly Changing World. Foundation for Critical Thinking. hlm. 360. ISBN 0-944583-08-3.
- ^ Paul, R. and Elder, L. (2006). The Art of Socratic Questioning. Dillon Beach, CA: Foundation for Critical Thinking.
- ^ Clark, Gavin I.; Egan, Sarah J. (December 2015). "The Socratic method in cognitive behavioural therapy: a narrative review". Cognitive Therapy and Research. 39 (6): 863–879. doi:10.1007/s10608-015-9707-3.
- ^ Judith S. Beck (1995). Cognitive Therapy: Basics and Beyond. Guilford Press. hlm. 109. ISBN 978-0-89862-847-0. Diakses tanggal 25 May 2011.