Gajah jawa
Gajah jawa | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | |
Subspesies: | E. m. sondaicus
|
Nama trinomial | |
Elephas maximus sondaicus | |
Peta yang menunjukan habitat gajah Asia yang masih ada maupun yang sudah punah |
Gajah jawa (Elephas maximus sondaicus) diusulkan oleh Paules Edward Pieris Deraniyagala pada tahun 1953, berdasarkan ilustrasi ukiran pada monumen Buddha candi Borobudur di Jawa. Dia mengira gajah Asia (Elephas maximus) memang pernah ada di pulau itu dan telah punah.[2] Mungkin dianggap identik dengan gajah sumatera (E. maximus sumatranus).[1]
Fosil gajah Asia telah ditemukan pada endapan Pleistosen di Jawa. Pertanyaan tentang kapan gajah punah di Jawa tidak terjawab. Kronik Cina sezaman dengan masa pengaruh Hindu-Buddha di Jawa mencatat bahwa raja-raja Jawa menunggangi gajah, dan bahwa Jawa mengekspor gading ke Cina. Karena gajah, setidaknya kadang-kadang diangkut dengan kapal, ada kemungkinan bahwa gajah di Jawa pada masa pengaruh Hindu-Buddha didatangkan dari India.[3][3]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Shoshani, J. (2005). "Subspecies Elephas maximus indicus". Dalam Wilson, D. E.; Reeder, D. M. Mammal Species of the World (edisi ke-3rd). Johns Hopkins University Press. hlm. 90. ISBN 978-0-8018-8221-0. OCLC 62265494.
- ^ Deraniyagala, P.E.P. (1955). Some Extinct Elephants, Their Relatives and the Two Living Species. Colombo: Ceylon Natural History Museum.
- ^ Dammerman, K. W. (1932). "On Prehistoric Mammals from the Sampoeng Cave, Central Java". Treubia. 14 (4): 480–481. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-11-06. Diakses tanggal 2022-11-06.