Lompat ke isi

Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari IAIN Bukittinggi)
Universitas Islam Negeri
Sjech M. Djamil Djambek
Bukittinggi
UIN SMDD


Gedung Rektorat UIN SMDD Bkt

 
Peta
 
Peta
Peta
Informasi
Nama sebelumnya
  • STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
  • IAIN Bukittinggi
MotoReligius, Berbudaya, Profesional
JenisPerguruan tinggi Islam negeri di Indonesia
Didirikan21 Maret 1997 atau 12 Zulkaidah 1417 H (Keppres RI No. 11 Tahun 1997)
Lembaga induk
Kementerian Agama Republik Indonesia
AfiliasiIslam
RektorProf. Dr. Silfia Hanani, S.Ag., M.Si.
Staf akademik
176 orang dosen[1]
Staf administrasi
59 orang tenaga kependidikan[1]
Jumlah mahasiswa16.170 (2022)[butuh rujukan]
Alamat
Jl. Paninjauan, Garegeh, Mandiangin Koto Selayan
, ,
KampusKubang Putiah, Banuhampu, Agam
Warna  Emas[2]
Situs webuinbukittinggi.ac.id

Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek (UIN SMDD) Bukittinggi adalah perguruan tinggi keagamaan Islam negeri yang berada di Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. UIN Bukittinggi diberi nama dari Syekh Muhammad Djamil Djambek, seorang ulama pelopor pembaruan Islam dari Sumatera Barat pada awal abad ke-20.

STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi didirikan berdasarkan pada Surat Keputusan Presiden RI Nomor 11 tanggal 21 Maret 1997 bertepatan dengan tanggal 12 Zulkaidah 1417 H.[3]

Pada 2014, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi telah alih status menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi sesuai dengan Perpres RI No. 181 Tahun 2014.[4]

Pada 8 Juni 2022, IAIN Bukittinggi telah alih status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi sesuai dengan Perpres RI No. 85 Tahun 2022.[5]

Periode Universitas Islam Darul Hikmah Bukittinggi

[sunting | sunting sumber]
Syekh Ibrahim Musa Parabek, dekan pertama

Universitas Islam Negeri Bukittinggi punya sejarah panjang. Awalnya pada 1953 atau 27 Rajab 1373 H, Yayasan Darul Hikmah dipimpin oleh Ustaz Nazharuddin Thaha mendirikan Perguruan Islam Tinggi Darul Hikmah di Bukittinggi dengan Syekh Ibrahim Musa Parabek sebagai dekan pertama. Kampus terletak di Garegeh (bekas SD 17 dan sekarang menjadi SD 04). Pada 1 Agustus 1956 perguruan ini berpindah tempat ke Padang Luar (sebelum SMP Standar Padang Luar).[6]

Perguruan Islam Tinggi Darul Hikmah naik status dengan nama Universitas Islam Darul Hikmah (UIDH) dan diresmikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia K.H. Muhammad Ilyas pada 12 Oktober 1957 di Gedung Olahraga Kepolisian (sekarang di belakang SMA Negeri 2 Bukittinggi) dengan presiden/rektor pertamanya masih Syekh Ibrahim Musa Parabek. UIDH tercatat merupakan universitas Islam yang pertama di Sumatera Tengah.

UIDH memiliki 5 fakultas yakni: Fakultas Hukum Islam (Syariah) di Bukittinggi (lanjutan Perguruan Islam Tinggi Darul Hikmah), Fakultas Ushuluddin di Padang Panjang (1956), Fakultas Ad-Da’wah wal Irsyad di Payakumbuh (Juli 1957), Fakultas Fiqh wal-Ushul di Solok (Agustus 1957), dan Fakultas Lughatul Adabiyah wat-Tarbiyah di Padang (Agustus 1957).[6]

Universitas Islam Darul Hikmah Bukittinggi berhenti beroperasi sejak 4 Mei 1958, karena tentara Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) menduduki kota Bukittinggi dalam upaya melepaskan Sumatra Tengah dari Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Sejak itu gedung kampus Padang Luar ditutup. Kampus fakultas di Payakumbuh, Padang Panjang, Batusangkar, Solok dan Padang juga ditutup. Rektor Syekh Ibrahim Musa Parabek, tenaga pengajar, dan para pegawai mengubgsi. Sedangkan sebagian mahasiswa memanggul senjata dan bergabung dalam Kompi Mawar menghadapi tentara APRI.[6]

Periode Fakultas Agama Islam Syar'iyyah Yayasan Imam Bonjol Bukittinggi

[sunting | sunting sumber]

Empat tahun kegiatan perguruan tinggi Islam terhenti, tetapi animo masyarakat Sumatera Barat untuk mendirikan perguruan tinggi Islam masih tinggi. Hal ini mendorong Yayasan Imam Bonjol pimpinan Drs. Azhari pada 5 Juni 1962 membuka Fakultas Sosial Politik dan Fakultas Tarbiyah di Padang. Pada 21 September 1963 Fakultas Tarbiyah ini dinegerikan menjadi Fakultas Tarbiyah Cabang Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya Azhari (Ketua Yayasan/Wali Kota Padang), Firdaus Khaerani (Ketua Pengadilan Negeri Bukittinggi) dan Hj. Naemah Djambek sebagai pengurus Yayasan Imam Bonjol berhasil membuka Fakultas Agama Islam Syar’iyyah (FAIS) di Bukittinggi yang diresmikan oleh Azhari. Acara peresmian ini hampir dibatalkan karena pihak kepolisian tidak memberikan surat izin akibat dugaan seluruh mahasiswa FAIS bergabung dengan PRRI. Melalui dialog dan usaha pengurus, maka pihak Kepolisian memberikan izin sehingga FAIS Bukittinggi dapat diresmikan.[6]

Peresmian FAIS ini dilakukan pada Senin malam pukul 20.00 WSU 21 Januari 1963 berlokasi di Gedung Nasional (sekarang Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bukittinggi). Firdaus Khaerani ditetapkan sebagai dekan pertama. Keesokan harinya, pada Selasa 22 Januari 1963 dilakukan pula peresmian Fakultas Adab di Payakumbuh.[6]

Tujuan awal pendirian FAIS adalah untuk menghapuskan pengaruh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan antek-anteknya, dengan cara membekali para pemuda dengan dakwah di dalam dan luar sekolah sehingga mencetak ulama yang akan membangun dan mengembangkan mental dan spiritual masyarakat agama Islam.[6]

Periode Fakultas Syari'ah IAIN Imam Bonjol Padang di Bukittinggi

[sunting | sunting sumber]
H.A. Kamal, ketua panitia peresmian fakultas

Terbatasnya modal mengakibatkan fakultas tidak memiliki sarana dan prasarana dan banyak meminjam. Kantor administrasi kampus, tempat pertemuan, dan kegiatan kemahasiswaan dilaksanakan di Surau Inyiak Djambek Jalan Tengah Sawah Nomor 4 Bukittinggi. Namun, tempat perkuliahan acap kali berpindah tempat. Awalnya kuliah berlokasi di Sekolah Dasar Perwari Tengah Sawah (kini kampus Stisipol Pancasakti), kemudian di PGA 4 tahun Jirek (bekas Gedung Akper Perintis), hingga dipindahkan ke Sekolah Muhammadiyah Tarok (kini SMK Muhammadiyah). Akhirnya pada 29 November 1966 FAIS Yayasan Imam Bonjol dinegerikan sebagai Fakultas Syari'ah IAIN Imam Bonjol, berbarengan dengan kelahiran IAIN Imam Bonjol Padang. H.A. Kamal bertindak sebagai ketua panitia peresmian fakultas. Menteri Agama Republik Indonesia, K.H. Saifuddin Zuhri, meresmikan IAIN Imam Bonjol di Gedung Negara Tri Arga (kini Istana Bung Hatta Bukittinggi). Pada acara peresmian H. Mahmud Yunus dilantik menjadi rektor, H. Mansur Datuak Nagari Basa menjadi Dekan Fakultas Syari’ah Bukittinggi, H. Izzuddin Marzuki LAL menjadi Dekan Fakultas Adab Payakumbuh, H. Baharuddin Syarif M.A menjadi dekan Fakultas Ushuluddin Padang Panjang, dan H. Mahmud Yunus menjadi Dekan Fakultas Tarbiyah Padang.[6]

Setelah peresmian, kampus Fakultas Syari'ah IAIN Imam Bonjol Bukittinggi juga tidak memiliki sarana dan prasarana yang mencukupi. Tidak ada kantor, gedung perkuliahan, dan mobil operasional. Awalnya fakultas ini bertempat di Surau Inyiak Djambek dan jika ada pertemuan pimpinan dengan mahasiswa atau kegiatan kemahasiswaan diselenggarakan di rumah Naemah Djambek di sebelah kantor atau ke lantai dua surau.[6]

Kemudian, atas inisiatif Letnan Kolonel A.M. Ridhwan Komandan Komando Distrik Militer 0304/Agam sekaligus menjabat Penjabat Sementara Komandan Resor Militer Wirabraja, diputuskan Kantor Pertanian di Jalan Sjech M. Djamil Djambek Landbouw menjadi tempat perkuliahan. Dua tahun berikutnya perkantoran fakultas dipindahkan dari ke Kantor Pertanian Landbouw dan gedung perkuliahan juga dipindahkan ke sekolah MIK Gaffar Djambek di Gurun Panjang (bekas Zender Tri Arga). Kedua gedung itu masih di bawah pengawasan Kodim 0304/Agam.

M. Asril, Wali Kota Bukittinggi

Dua tahun berikutnya, pada awal tahun 1970, Wali Kota Bukittinggi M. Asril, segera menyetujui dan menyerahkan dua bidang tanah. Pertama, bekas Zender Jepang di Garegeh digunakan untuk mendirikan gedung Fakultas Syari'ah dan yang kedua adalah tanah wakaf Inyiak Hajeral untuk perumahan dosen (kini menjadi gedung Sekolah Dasar Luar Biasa). Namun, pada saat itu belum sempat dilakukan pembangunan gedung fakultas akibat dana yang belum tersedia, sehingga kampus tetap berada di Gurun Panjang.[6]

Semakin lama jumlah mahasiswa semakin meningkat. Akibatnya gedung perkuliahan di Gurun Panjang tidak mencukupi. Oleh karena itu, pimpinan fakultas berusaha menyewa lokasi yang lebih baik. Mereka menemukan sebuah bekas gedung dengan lima ruangan di Jangkak Mandiangin (kini kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Agus Salim). Perkuliahan berpindah ke Jangkak, sementara kantor masih di Gedung Pertanian Landbouw. Gedung di Jangkak ditempati selama 2 tahun antara 1970 hingga 1971. Pada tahun 1972 pimpinan fakultas mengerahkan mahasiswa untuk bergotong royong mendirikan dua gedung perkuliahan dan satu kantor di Garegeh. Setelah pembangunan diselesaikan, kantor dan perkuliahan berpindah ke Jalan Paninjauan, Garegeh, Mandiangin Koto Selayan, Bukittinggi.[6]

Fakultas Syari’ah IAIN Imam Bonjol Bukittinggi adalah salah satu fakultas daerah karena tidak berlokasi di tempat kampus utama di Padang. Sedangkan IAIN Imam Bonjol di Padang juga memilikii Fakultas Syariah. Menurut hukum yang berlaku, dua fakultas sejenis tidak diizinkan berada dalam satu perguruan tinggi, sehingga setiap fakultas sejenis yang terdapat di setiap daerah harus beralih status sebagai Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), disebabkan keberadaannya amat diperlukan oleh masyarakat.[6]

Dekan Fakultas Syari'ah IAIN Imam Bonjol Bukittinggi[6]

[sunting | sunting sumber]
  • Buya H. Mansur Datuak Nagari Basa (1967-1972)
  • Drs. H. Tazar Qur'an (1973-1980)
  • Abdul Malik Rahman (1981-1983)
  • Drs. H. Fauzi Damrah (1984-1987)
  • H. Bachtiar Sabri (1987-1988)
  • Abdul Malik Rahman (1988-1991)
  • Hasan Mahdi, MA (1992-1996)
  • Drs. H. Tamrin Kamal, MS (1996-1997)

Ketua STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi[7][8]

[sunting | sunting sumber]
  • Drs. H. Tamrin Kamal, MS (1997–1998)
  • Drs. H. Fauzi Damrah (1998–2002)
  • Prof. Dr. H. Abdul Rahman Ritonga, MA (2002–2006)
  • Dr. H. Ismail, M.Ag (2006–2010, 2010–2014)[9]
  • Dr. Ridha Ahida, M.Hum (Pjs. 2014–2015)

Rektor IAIN Bukittinggi

[sunting | sunting sumber]
  • Dr. Ridha Ahida, M.Hum (Rektor Definitif 2015-2019, 2019–2022)[10][11]

Rektor UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

[sunting | sunting sumber]
  • Prof. Dr. Ridha Ahida, M.Hum (2022–2024) [12]
  • Prof. Dr. Silfia Hanani, S.Ag., M.Si (2024–2028)[13]

Fakultas Syariah

[sunting | sunting sumber]
  • S1 Hukum Pidana Islam (B)
  • S1 Hukum Keluarga Islam (Unggul)
  • S1 Hukum Ekonomi Islam (Unggul)
  • S1 Hukum Tata Negara (Unggul)

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

[sunting | sunting sumber]
  • S1 Pendidikan Agama Islam (Unggul)
  • S1 Pendidikan Bahasa Arab (A)
  • S1 Pendidikan Bahasa Inggris (B)
  • S1 Pendidikan Matematika (B)
  • S1 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer (Baik Sekali)
  • S1 Pendidikan Bimbingan dan Konseling (Baik Sekali)
  • S1 Matematika (Baik)
  • S1 Informatika (Baik)
  • S1 Statistika (Baik)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

[sunting | sunting sumber]
  • D3 Perbankan Syariah (B)
  • S1 Ekonomi Islam (B)
  • S1 Perbankan Syariah (Baik Sekali)
  • S1 Akuntansi Syariah (B)
  • S1 Pariwisata Syariah (Unggul)
  • S1 Manajemen Haji dan Umrah (Baik)
  • S1 Manajemen Bisnis Syariah (B)
  • S1 Bisnis Digital (Baik)

Fakultas Ilmu Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD)

[sunting | sunting sumber]
  • S1 Al-Qur'an & Ilmu Tafsir (Unggul)
  • S1 Ilmu Hadis (B)
  • S1 Aqidah & Filsafat Agama (B)
  • S1 Sosiologi Agama (B)
  • S1 Komunikasi Penyiaran Islam (Unggul)
  • S1 Sejarah Peradaban Islam (Unggul)

Program Pascasarjana

[sunting | sunting sumber]
  • S2 Hukum Islam (Baik Sekali)
  • S2 Pendidikan Agama Islam (Unggul)
  • S2 Ekonomi Syariah (Baik Sekali)
  • S2 Tadris Bahasa Inggris (Baik Sekali)
  • S2 Manajemen Pendidikan Islam (Baik Sekali)
  • S2 Aqidah dan Filsafat Islam (Baik Sekali)
  • Program Profesi Guru/PPG (Baik)
  • S3 Pendidikan Agama Islam (Baik Sekali)
  • S3 Aqidah dan Filsafat Islam (Baik)
  • S3 Ilmu Syariah (Baik)

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]