Lompat ke isi

Jatirogo, Tuban

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Jatirogo)
Jatirogo
ꦗꦠꦶꦫꦺꦴꦒꦺꦴ
Dari atas ke bawah; kiri ke kanan: Terminal Jatirogo, Gereja Katolik Stasi Santo Yosef, Jatirogo, dan Kantor Camat Jatirogo
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenTuban
Pemerintahan
 • CamatDeny Susilo H, S.STP, MM
Populasi
 (2024)[1]
 • Total58,547 jiwa
Kode pos
62362[4]
Kode Kemendagri35.23.02 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3523180 Edit nilai pada Wikidata
Luas111,48 km²[2]
Kepadatan525,17 jiwa/km² (2024)[3]
Desa/kelurahan18 Desa[2]
Peta
PetaKoordinat: 6°52′3″S 111°40′22″E / 6.86750°S 111.67278°E / -6.86750; 111.67278


Jatirogo (bahasa Jawa: ꦗꦠꦶꦫꦺꦴꦒꦺꦴ, translit. Jatiŕogo) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya terletak di Wotsogo.[5] Meskipun letaknya di tengah hutan, tetapi Jatirogo merupakan kota kecamatan yang paling ramai di antara kecamatan lain. Di Jatirogo juga berdiri RSUD R. Ali Manshur yang menjadi RSUD kedua yang melayani Kabupaten Tuban bagian selatan yang baru diresmikan pada November 2019.[6]

Jalur kereta api di Pulau Jawa mengalami penyusutan panjang sejak tahun 70-an, dengan proses penonaktifan jalur yang paling banyak terjadi pada tahun 70-an hingga 80-an, dan sebagian lainnya pada tahun 90-an. Salah satu jalur yang bertahan hingga penghujung abad ke-20 adalah jalur cabang dari Stasiun Bojonegoro ke Jatirogo, Tuban.

Jalur Lasem - Jatirogo - Bojonegoro

[sunting | sunting sumber]

Jalur Lasem - Jatirogo menghubungkan Kota Lasem di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, dengan Kota Jatirogo di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Jalur ini merupakan bagian dari lintas Semarang - Rembang - Bojonegoro yang mengalami masa kejayaan pada zaman Hindia Belanda. Jalur ini dibangun oleh Samarang-Joana Stoomtram Maatschappij (SJS) dalam beberapa tahap: Lasem - Pamotan diselesaikan pada tahun 1914, dan Pamotan - Jatirogo pada tahun 1919. Lanjutan jalur dari Jatirogo ke Bojonegoro dibangun oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) pada pertengahan tahun 1919.

Stasiun yang berlokasi di Desa Wotsogo, Kecamatan Jatirogo, ini merupakan karya pamungkas proyek SJS yang menghubungkan jalur kereta api NIS. Buku berjudul Jarak Antarstasiun dan Perhentian terbitan Dirjen Perkeretaapian Indonesia menerangkan bahwa sebelumnya SJS hanya membangun jalur rel Lasem-Pamotan-Jatirogo yang selesai pada 20 Februari 1919. Perpanjangan jalur menuju Bojonegoro yang dikerjakan oleh NIS selesai pada 1 Mei 1919.

Penggunaan jalur

[sunting | sunting sumber]

Pada masa SJS, jalur ini banyak digunakan untuk mengangkut hasil tambang galian C di Perbukitan Kendeng, kayu jati, dan hasil bumi lainnya, selain juga untuk angkutan penumpang, bahkan setelah kemerdekaan. Selama pengoperasiannya, jalur ini didominasi oleh kereta pengangkut pasir kuarsa dari daerah sekitar seperti Pegunungan Kendeng Utara. Aktivitas kereta barang di jalur ini sangat sibuk, dengan empat perjalanan pulang-pergi setiap hari, sementara kereta penumpang hanya satu kali pulang-pergi. Tempat penampungan sementara pasir kuarsa berlokasi di bekas depo kereta di barat Stasiun Jatirogo, sering kali membentuk bukit dari banyaknya pasir yang ditampung. Sebagian besar hasil tambang ini kemudian dikirim untuk memenuhi kebutuhan industri semen di Jawa Tengah, dengan rute dari Jatirogo ke Bojonegoro dan kemudian ke Cilacap.

Kontroversi dan penutupan

[sunting | sunting sumber]

Surat kabar De Locomotif edisi 1 Mei 1919 mengkritik pembangunan jalur tersebut, menyebutnya sebagai "lintasan yang terkutuk" dan "sebuah dosa sejarah penderitaan" karena dianggap merusak lingkungan alam dan pertanian. Jalur ini merupakan salah satu jalur cabang terakhir yang ditutup pengoperasiannya pada masa Perumka tahun 1992 karena kurangnya perawatan, menurunnya okupansi, dan mismanajemen. Pada tahun 1998, Indonesia dilanda krisis moneter, dan Stasiun Jatirogo terdampak secara finansial hingga dinonaktifkan. Jalur Jatirogo - Bojonegoro tetap aktif untuk kereta barang hingga tahun 2001, ketika stok pasir kuarsa semakin menipis dan pengangkutan dengan kereta tidak lagi efektif. Fungsi kereta barang kemudian digantikan oleh truk.[7][8][9]

Jatirogo merupakan kota kecamatan yang paling ramai kedua di Kabupaten Tuban setelah Kecamatan Tuban. Dan paling ramai diantara kecamatan lain. Luas Wilayah Kecamatan Jatirogo (Total Area by Subdistrict in Tuban Regency). dengan Luas 111,98 km. Tinggi Wilayah Jatirogo di atas Permukaan Laut (DPL) menurut Kabupaten Tuban dengan Tinggi +66 Meter. dengan jarak tempuh perjalanan ke Kabupaten Tuban sejauh 56 Km.

Batas wilayah

[sunting | sunting sumber]

Batas wilayah Kecamatan Jatirogo:[2]

Utara Bancar
Timur Bangilan
Selatan Kenduruan
Barat Sale, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah

Pemerintahan

[sunting | sunting sumber]

Pembagian administratif

[sunting | sunting sumber]

Kecamatan Jatirogo terdiri dari 18 desa yaitu:

Demografi

[sunting | sunting sumber]

Kependudukan

[sunting | sunting sumber]

Pada semester 1 tahun 2024, jumlah penduduk Kecamatan Jatirogo menurut Data Kementerian Dalam Negeri sebanyak 58.547 jiwa. Terdapat 20.048 Kepala Keluarga (KK), perpindahan penduduk sebanyak 202 jiwa, serta terdapat 25 jiwa yang meninggal dunia. Selain itu, dirincikan penduduk menurut jenis kelamin dengan laki-laki sebanyak 29.44 jiwa dan perempuan sebanyak 29.103 jiwa.

Kemudian status pernikahan di Kecamatan Jatirogo pada tahun yang sama, menunjukkan terdapat 21.225 jiwa yang belum menikah, 31.914 jiwa yang sudah menikah, 1.407 jiwa yang berstatus cerai hidup, dan 4.001 jiwa yang berstatus cerai mati.

Menurut data Kementerian Dalam Negeri semester 1 tahun 2024, sebanyak 99,1% penduduk Kecamatan Jatirogo menganut agama Islam. Kemudian penduduk yang beragama Kristen sebanyak 0,67%, dimana Protestan sebanyak 0,4% dan Katolik sebanyak 0,27%. Selebihnya penduduk yang berkepercayaan terhadap Tuhan YME sebanyak 0,08%. Untuk sarana rumah ibadah, terdapat 19 masjid, 8 mushola, 3 gereja Protestan, dan 1 gereja katolik.

Masjid Al-Ikhlas Desa Sekaran
Gereja Katolik Santo Yosef
Data Pemeluk Agama di Kec. Jatirogo Pada Juni 2024[10]
Agama Jumlah Jiwa % Keterangan
Islam 58.069 99,1%
Kristen Protestan 263 0,4%
Kristen Katolik 163 0,27%
Hindu - -
Buddha - -
Konghucu - -
Kepercayaan terhadap Tuhan YME 52 0,08%
Kecamatan Jatirogo 58.547 100%
Shelter angkutan umum di Terminal Jatirogo.

Mata pencarian

[sunting | sunting sumber]

Data dari Kementerian Dalam Negeri pada Juni 2024, menjelaskan bahwa mayoritas penduduk Kecamatan Jatirogo bermata pencarian sebagai wiraswasta dengan 18,5% dari jumlah keseluruhan penduduk. Diikuti oleh penduduk yang mengurus rumah tangga (IRT) dengan 17,1%. Paling sedikit, penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan sebanyak 0,02%.[10]

Data Mata Pencarian Kec. Jatirogo pada Juni 2024[11]
Pekerjaan Jumlah Jiwa Keterangan
Belum/Tidak Bekerja 7.360
Nelayan 15
Pelajar dan Mahasiswa 10.029
Pensiunan 543
Perdagangan 1.366
Mengurus Rumah Tangga 10.147
Wiraswasta 10.845
Guru 526
Perawat 22
Pengacara -
Pekerjaan Lainnya 36
Kecamatan Jatirogo 58.547

Pariwisata

[sunting | sunting sumber]

Dibidang pariwisata Jatirogo memiliki Danau Taman Sari yang dikelilingi pegunungan dan persawahan dengan harga Rp. 10.000, kemudian terdapat hutan pinus milik Perum Perhutan KPH Jatirogo dengan harga tiket Rp.10.000, dan kampung adat Jatirogo dengan harga tiket Rp. 5.000.[12][13]

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Menurut Data Kementerian Dalam Negeri pada Juni 2024, disebutkan kebanyakan tingkat pendidikan penduduk Kec. Jatirogo yakni lulusan SD sebanyak 35,5%, diikuti SLTP sebanyak 18%, dan yang paling sedikit yakni S3 sebanyak 0,003%. Selain itu, fasilitas pendidikan di Kecamatan Jatirogo mencakup SMA Negeri 1 Jatirogo, SMK Negeri 1 Jatirogo, SMP Negeri 1 Jatirogo, SMP Negeri 2 Jatirogo, MA Ullumiyah, SDIT Al-Uswah, dan lain-lain.

Data Tingkatan Pendidikan Penduduk Kec. Jatirogo pada Juni 2024[10]
Pendidikan Jumlah Jiwa Keterangan
Tidak/Belum Sekolah 9.075
Belum Tamat SD 5.829
Tamat SD 20.834
SLTP 10.554
SLTA 9.453
D1 dan D2 155
D3 315
S1 2.273
S2 57
S3 2
Kecamatan Jatirogo 58.547

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/
  2. ^ a b c "Kecamatan Jatirogo dalam Angka 2018". Badan Pusat Statistik Indonesia. 2017. Diakses tanggal 15-12-2019. 
  3. ^ https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/
  4. ^ "Kodepos Daerah di Indonesia". Pos Indonesia. 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-17. Diakses tanggal 15-12-2019. 
  5. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  6. ^ "Peresmian RSUD Jatirogo, Bupati : Tingkatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat | Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Tuban". tubankab.go.id. Diakses tanggal 2025-01-30. 
  7. ^ "Jalur Kereta Api SJS/PERUMKA Lasem - Jatirogo (1914 - 1992)". 2022-04-16. Diakses tanggal 2025-01-30. 
  8. ^ Purwanto, M. Yusuf. "Dianggap Jalur Terkutuk, Dosa Sejarah Penderitaan - Radar Bojonegoro". Dianggap Jalur Terkutuk, Dosa Sejarah Penderitaan - Radar Bojonegoro. Diakses tanggal 2025-01-30. 
  9. ^ "Jalur Kereta Api NIS/PERUMKA Bojonegoro - Jatirogo (1919 - 1999)". 2016-07-21. Diakses tanggal 2025-01-30. 
  10. ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan". gis.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 2025-01-30. 
  11. ^ "Table 2: Monthly mean value of the PM10 for the selected four-hour periods (06:00–10:00, 10:00–14:00, 14:00–18:00, 18:00–22:00) in 2017". doi.org. Diakses tanggal 2025-01-30. 
  12. ^ "Wisata Jatirogo: Keindahan Alam yang Menakjubkan di Tuban - Fqsinternational" (dalam bahasa Inggris). 2023-11-15. Diakses tanggal 2025-01-30. 
  13. ^ Cahya, Nanda Dwi (2024-02-20). "39 Tempat Wisata di Tuban Terbaru & Paling Hits yang Wajib Dikunjungi!". Tempat Wisata Seru (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-01-30. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]