Kampung Jawa, Tondano Utara, Minahasa
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (Juni 2022) |
Kampung Jawa Tondano | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sulawesi Utara |
Kabupaten | Minahasa |
Kecamatan | Tondano Utara |
Kodepos | 95614 |
Kode Kemendagri | 71.02.16.1003 |
Kode BPS | 7102251005 |
Luas | 40-50 km² |
Jumlah RT | 6 |
Kelurahan Kampung Jawa disebut juga Kampung Jawa Tondano / Jawa Tondano, juga sering disingkat JaTon, merupakan salah satu kelurahan yang berada di kecamatan Tondano Utara, Kabupaten Minahasa, provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Tempat ini berada di sebelah utara Danau Tondano dan berjarak sekitar 40 km arah selatan dari kota Manado sekitar 60 menit perjalanan menggunakan mobil, atau berjarak 2 km dari kota Tondano. dengan populasi yang bercampur.[1]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Berawal dari ditangkapnya Kyai Modjo yang merupakan Penasehat Agama sekaligus Panglima perang dari Pangeran Diponegoro pada Perang Jawa (1825-1830)[2], pada 1828. kemudian dibawa ke Batavia, selanjutnya Kyai Modjo dan 63 orang pengikutnya diasingkan Belanda sebagai tahanan politik ke Minahasa Sulawesi Utara. Kyai Mojo tiba di Tondano pada tahun 1829 hingga meninggal di sana pada tanggal 20 Desember 1848 dalam usia 84 tahun. Kecuali Kyai Modjo, semua pengikutnya (semuanya pria Jawa) menikahi perempuan Minahasa asli Tondano dan keturunan mereka mendiami kampung yang saat ini dikenal dengan Kampung Jawa Tondano[3]. Selain Rombongan Kyai Modjo, ada juga rombongan atau tokoh tokoh lain yang diasingkan ke Tondano oleh Belanda setelah rombongan Kyai Modjo berada di Tondano, diantaranya dari Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Maluku. Termasuk Pangeran Perbatasari bin Panembahan Muhammad Said bin Pangeran Antasari dari Kesultanan Banjar yang ditangkap Belanda saat berada di Pahu, Kutai untuk meminta bantuan perang pada tahun 1885.
Tanggal 3 Mei 1830 diperingati sebagai hari lahir Kampung Jawa Tondano.[4]
Etnis
[sunting | sunting sumber]Penduduk Kampung Jawa Tondano adalah merupakan etnis baru percampuran Suku Jawa, Suku Sumatra ( Palembang, Aceh ), Suku Banjar, Suku Arab dengan Suku Minahasa. Percampuran etnis ini mempengaruhi budaya dan kesenian di Jawa Tondano.
Geografi
[sunting | sunting sumber]Berikut merupakan batas wilayah Kampung Jawa
Utara | Tonsea Lama dibatasi oleh saluran air kecil |
Timur | Wulauan |
Selatan | Ranowangko dibatasi oleh saluran air sedang sumesempot |
Barat | Luaan dibatasi oleh sungai tondano |
Pemerintahan
[sunting | sunting sumber]Kampung Jawa Tondano dipimpin oleh seorang Lurah dan dibantu oleh 6 orang Kepala lingkungan
Nama Kepala Desa / Lurah Kampung Jawa Tondano | Masa Menjabat | Lama Menjabat | |
---|---|---|---|
1 | Kiay Pajang Tumenggung Zees | 1831 -1859 | 28 tahun |
2 | Kiay Gazali ( putra Kyai Modjo ) | 1859 - 1884 | 25 tahun |
3 | Asnawi Ngurawan | 1884 - 1911 | 27 tahun |
4 | Naser Djojosuroto | 1911 - 1916 | 5 tahun |
5 | Aspan Soeratinoyo | 1916 - 1928 | 12 tahun |
6 | Muso Hadji Ali | 1928 - 1939 | 11 tahun |
7 | Katam Tajeb | 1939 - 1939 | < 1 tahun |
8 | Abubakar Nurhamidin | 1939 - 1942 | 3 tahun |
9 | Usman Karinda | 1942 - 1945 | 3 tahun |
10 | Djoko Masloman | 1945 - 1950 | 5 tahun |
11 | Kamdani Zees | 1950 - 1958 | 8 tahun |
12 | Djenal Tajeb | 1958 - 1959 | 1 tahun (PJS) |
13 | Djenal Suronoto | 1959 - 1959 | < 1 tahun |
14 | Achmad Isa Suratinoyo | 1959 - 1966 | 7 tahun |
15 | Rasyid Kiay Demak | 1966 - 1967 | 1 tahun (PJS) |
16 | Machmud Tumenggung Zees | 1967 - 1972 | 5 tahun |
17 | Ibrahim Tajeb | 1972 - 1976 | 4 tahun |
18 | Abdurahman Thayeb | 1976 - 1989 | 13 tahun |
19 | Ali Pulukadang | 1989 - 1996 | 7 tahun |
20 | Abdul hamid Rivai | 1996 - 2001 | 5 tahun |
21 | Misnawati Maspekeh | 2001 - 2002 | 1 tahun |
22 | Usman Karinda | 2002 - 2006 | 4 tahun |
23 | Surianto Mertosono | 2006 - 2021 | 15 tahun |
24 | Megawati Nurdin | 2021 - 2023 | 2 tahun |
25 | Hidayat Nurhamidin | 2023 - |
Penyebaran
[sunting | sunting sumber]Selain Kampung Jawa Tondano Sendiri, Terjadi Penyebaran penduduk keluar daerah Tondano, dan mendirikan Kampung Jawa juga. Paling Banyak berada di Gorontalo, diantaranya:
- Reksonegoro, berada di kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo
- Yosonegoro, berada di Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo
- Kaliyoso, berada di Kecamatan Dungaliyo, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo
- Mulyonegoro, berada di Kecamatan Pulubala, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo
- Bandung Rejo, berada di Kecamatan Boliyohuto, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo
- Talumopatu (Ranupasu), berada di Kecamatan Mootilango Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo
- Salilama, berada di Kecamatan Mananggu, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo
- Bojonegoro, berada di Kecamatan Maesaan, Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara
- Ikhwan, berada di Kecamatan Dumoga Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Papan Makam Kyai Modjo
-
Bangunan Makam Kyai Modjo
-
Makam Kyai Modjo
Buku / Jurnal Terkait
[sunting | sunting sumber]Kampung Jawa Tondano: Religion and Cultural Identity Tim G. Babcock, Gadjah Mada University Press, yogyakarta, indonesia, 1989 ISBN 9794201200 ISBN 9789794201206
Gegap Gempita Perjalanan Sejarah dan Upaya Status Kepahlawanan Eyang Hasan Maolani Lengkong Idik Saeful Bahri, Rasibook, indonesia, 2020 ISBN 6237214798 ISBN 9786237214793
Muslim Minahasans with Roots in Java: The People of Kampung Jawa Tondano Tim Babcock, 1981
Sisi Lain Gerakan Sarekat Islam di Sulawesi Utara Periode 1920-1950 Sabil Mokodenseho, Jakad Media Publishing, , indonesia ISBN 6236551480 ISBN 9786236551486
- ^ https://petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id/Repositorys/budaya_jawa_tondano/
- ^ https://www.google.co.id/books/edition/Kisah_kisah_kecil_Beberapa_Tokoh_dalam_S/_GFVEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=jawa+tondano&pg=PA33&printsec=frontcover
- ^ https://tirto.id/dari-pengikut-kyai-mojo-lahirlah-kampung-muslim-jawa-tondano-cK6T
- ^ "Jaton Akan Jadi Kampung Wisata Budaya". Republika Online. 2013-05-03. Diakses tanggal 2022-06-27.