Lompat ke isi

Kekaisaran Babilonia Baru

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Kekaisaran Neo-Babilonia)
Kekaisaran Babilonia Baru

626 SM–539 SM
Lokasi Babilonia
Ibu kotaBabilonia
PemerintahanMonarki
• 
Nabopolassar (pertama)
• 
Nabonidus (terakhir)
Raja 
Era SejarahZaman Besi
• Revolusi Nabopolassar
626 SM
• Invasi Koresh Agung
539 SM
Didahului oleh
Digantikan oleh
ksrKekaisaran
Neo-Assyria
ksrKekaisaran
Akhemenid
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Istilah Babilonia Baru atau Kasdim berarti Babilonia yang berada di bawah kekuasaan dinasti Kasdim atau dinasti ke-11 yang dimulai dari revolusi Nabopolassar pada tahun 626 SM hingga invasi Koresh Agung pada tahun 539 SM, dengan penguasa terkenal di antaranya adalah Nebukadnezar II.

Daftar raja

[sunting | sunting sumber]

Dinasti ke-11

Nabopolassar 626 SM – 605 SM

[sunting | sunting sumber]
Gerbang Ishtar di kota Babilon

Setelah matinya raja Ashurbanipal pada tahun 627 SM, kerajaan Asyur terpecah oleh persaingan di dalam. Seorang jenderal Asyur, Sin-shum-lishir, memberontak dan menguasai Babilon, tetapi langsung digulingkan oleh tentara Asyur yang setia pada raja Ashur-etil-ilani. Babilon kemudian dikuasai oleh putra Ashurbanipal yang lain, Sin-shar-ishkun, yang mengangkat diri menjadi raja. Namun tidak lama kemudian Babilon memberontak dengan bantuan suku Kasdim (Bit Kaldu), yang dipimpin oleh Nabopolassar. Nabopolassar merebut tahta dan memulai dinasti Neo-Babilonian.

Selama 3 tahun pertama, Nabopolassar tidak diganggu dalam memperkuat Babilon, karena ada perang saudara sengit antara raja Asyur Ashur-etil-ilani dan saudaranya Sin-shar-ishkun di Mesopotamia selatan.

Tahun 623 SM, Sin-shar-ishkun membunuh saudaranya dalam Perang di Nippur, merebut tahta dan berusaha merebut Babilon dari Nabopolassar. Selama 7 tahun, Nabopolassar memukul mundur serangan Asyur, dan tahun 616 SM malah menyerang Assur dan Arrapha, tetapi tidak berhasil. Kemudian bersama sekutunya, bekas tentara Asyur, orang-orang Media, Persia, Elam dan Scythian, ia menyerang lagi pada tahun 615 dan 614 SM, kali ini Assur dan Arrapha berhasil direbut. Selama tahun 613 SM tentara Asyur mencoba memukul mundur tentara Babilonia dan Media. Namun sebaliknya pada tahun 612 SM Nabopolassar dan raja Media, Cyaxares, memimpin tentara gabungan menyerang Niniwe, mengepungnya selama 3 bulan dan merebutnya. Sejak itu Babilon menguasai Asyur dan wilayah bagian utara maupun baratnya.

Seorang jenderal Asyur, Ashur-uballit II, menjadi raja Asyur dan mendirikan ibu kotanya di Harran. Nabopolassar dan sekutunya mengepung Ashur-uballit II di Harran tahun 608 SM dan merebutnya; Ashur-uballit II menghilang setelah ini.

Raja Mesir, Firaun Nekho II menyerang pada tahun 609 SM dalam upaya yang terlambat untuk membantu sekutunya di Asyur. Nabopolassar (dibantu putra dan kelak penggantinya, Nebukadnezar II) selama tahun-tahun terakhir pemerintahannya terus mengusir orang-orang Mesir, yang dibantu tentara bayaran dari Yunani dan sisa tentara Asyur, dari Siria, Asia Kecil, bagian utara Arabia dan Israel. Nebukadnezar membuktikan kehandalannya dengan akhirnya mengalahkan tentara Mesir beserta sekutunya dalam perang di Carchemish tahun 605 SM.

Nebukadnezar II 604 SM – 562 SM

[sunting | sunting sumber]
Ukiran oniks dengan tulisan Nebukadnezar II

Nebukadnezar II menjadi raja setelah ayahnya mati. Ia membangun semua kota-kota besar Babilonia dengan mewahnya. Ibu kotanya, Babilon, meliputi wilayah seluas 3 mil persegi, dikelilingi oleh rawa-rawa dan dua lapis dinding tebal. Sungai Eufrat mengalir di tengah kota, dihubungkan dengan jembatan batu yang indah. Di tengah kota ada ziggurat raksasa yang disebut Etemenanki, "Rumah perbatasan langit dan bumi," di sebelah kuil dewa Marduk.

Nebukadnezar berhasil menaklukkan Siria dan Fenisia, memaksa upeti dari Damaskus, Tirus dan Sidon. Ia juga menyerang Asia Kecil, di tanah "Hatti". Tahun 605 SM ia menduduki Yerusalem (penyerbuan pertama) dan mendapatkan upeti dari Yoyakim, raja Yehuda.

Seperti Asyur, orang Babilonia berperang setiap tahun untuk menguasai jajahannya. Tahun 601 SM Nebukadnezar berperang lagi melawan Mesir. Tahun 599 SM ia menyerang Arabia dan mengalahkan mereka di Qedar. Tahun 597 SM ia menyerang Kerajaan Yehuda (penyerbuan pertama) dan merebut Yerusalem serta menawan raja Yoyakhin, membawanya dalam pembuangan, dan menempatkan Zedekia, paman Yoyakhin menjadi raja. Mengambil kesempatan perang antara Mesir dan Babilon, raja Zedekia mencoba memberontak. Setelah dikepung 18 bulan Yerusalem (penyerbuan pertama) direbut lagi tahun 587 SM, ribuan orang Yahudi dibuang ke Babel dan Bait Suci dihancurkan sampai rata tanah.

Pada tahun 572 Nebukadnezar menguasai penuh Babilonia, Asyur, Fenisia, Israel, Filistin, Arabia utara dan sebagian Asia Kecil.

Nebukadnezar terus berperang dengan Firaun Psamtik II dan Hofra (Apries) selama pemerintahannya, dan pada zaman Firaun Amasis II tahun 568 SM, ia diduga menginjakkan kaki di tanah Mesir.

Ewil-Merodakh (Amel-Marduk) 562 SM – 560 SM

[sunting | sunting sumber]

Ewil-Merodakh adalah putra dan penerus Nebukadnezar II. Ia memerintah hanya 2 tahun (562 – 560 SM). Menurut Kitab 2 Raja-raja di Alkitab, ia mengampuni dan melepaskan raja Yoyakhin, dari Kerajaan Yehuda, yang ditawan di Babel selama 37 tahun (sejak tahun 597 SM).[1] dimana ditulis bahwa:

Kemudian dalam tahun ke-37 sesudah Yoyakhin, raja Yehuda dibuang, dalam bulan yang ke-12, pada tanggal 27 bulan itu, maka Ewil-Merodakh, raja Babel, dalam tahun ia menjadi raja, menunjukkan belas kasihannya kepada Yoyakhin, raja Yehuda, dengan melepaskannya dari penjara. Ewil-Merodakh berbicara baik-baik dengan dia dan memberikan kedudukan kepadanya lebih tinggi daripada kedudukan raja-raja yang bersama-sama dengan dia di Babel.

Menurut Kitab Yeremia pasal 52:31-32 Ewil-Merodakh melepaskan Yoyakhin tanggal 25.[2]

Diduga karena berusaha mengubah kebijakan ayahnya, Ewil Merodakh dibunuh oleh Nergal-sarezer atau Neriglissar, iparnya yang kemudian merebut tahtanya.

Nergal-sarezer 560 SM – 556 SM

[sunting | sunting sumber]
Babylonian wall relief

Nergal-sarezer atau Neriglissar memerintah dengan stabil, melakukan banyak pekerjaan umum, termasuk memperbaiki kuil dan sebagainya. Ia juga berhasil menyerang Silisia, yang mengancam Babilon. Neriglissar hanya bertahta 4 tahun sebelum diganti putranya, Labashi-Marduk yang masih muda. Tidak jelas apakah Neriglissar dari suku Kasdim atau penduduk asli kota Babilon.

Labashi-Marduk 556 SM

[sunting | sunting sumber]

Labashi-Marduk adalah putra Nergal-sarezer atau Neriglissar, yang meneruskan tahta ketika masih kecil. Ia dibunuh dalam satu persepakatan 9 bulan setelah dinobatkan. Ia digantikan oleh Nabonidus.

Nabonidus 556 SM – 539 SM

[sunting | sunting sumber]

Latar belakang Nabonidus tidak jelas. Dalam satu tulisan peninggalannya, ia menyebut latar belakangnya tidak penting.[3] Ibunya yang hidup sampai usia tua dan tinggal di kuil dewa bulan Sîn di Harran juga tidak menyebut asal-usulnya. Menurut Tawarikh Nabonidus mulai tahun ke-7 pemerintahannya (549 SM) ia mengasingkan diri ke kota Tema di Arabia dan menyerahkan pemerintahannya pada putra sulungnya, Belsyazar.

Belsyazar 549 SM - 539 SM

[sunting | sunting sumber]

Belsyazar menjadi raja atas nama ayahnya, Nabonidus, selama 10 tahun ayahnya di pengasingan (menurut Tawarikh Nabonidus). Kitab Daniel mencatat bahwa Nebukadnezar disebut sebagai ayahnya. Istilah "ayah" dapat berarti "kakek" atau "leluhur", termasuk juga "ayah angkat". Pada tahun 539 SM, Nabonidus pulang ke Babilon untuk menghadapi ancaman serangan Koresh, raja Persia, tetapi tidak berhasil menahan serbuan ini. Menurut Kitab Daniel, Belsyazar mati terbunuh pada malam tentara Persia berhasil masuk dan merebut ibu kota Babilon yang berdasarkan perhitungan waktu sejarah terjadi pada tanggal 15 Oktober 539 SM.[4] Dalam catatan-catatan Babel maupun Persia, namanya tidak disebutkan lagi setelah tanggal ini.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ 2 Raja–raja 25:27–28
  2. ^ Yeremia 52:31–32
  3. ^ M. Heinz and M.H. Feldman (eds.), Representations of political power: Case histories from times of change and dissolving order in the ancient Near East (Winona Lake IN: Eisenbrauns 2007), 137–66.
  4. ^ Daniel 5:30