Lompat ke isi

Keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Keruntuhan Roma)
Animated map of the Roman Republic and Empire
Peta Romawi Kuno

Keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat adalah peristiwa sejarah yang menandai berakhirnya kekuasaan Kekaisaran Romawi di bagian barat benua Eropa. Proses ini berlangsung selama beberapa abad, dengan puncaknya pada tahun 476 M ketika Romulus Augustulus, kaisar Romawi terakhir, digulingkan oleh Odoaker, seorang pemimpin suku Jermanik. Kejatuhan ini sering dianggap sebagai titik akhir zaman kuno dan awal Abad Pertengahan di Eropa. Meskipun demikian, penyebab dan proses keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat sangat kompleks dan melibatkan berbagai faktor politik, sosial, ekonomi, dan militer.

Latar Belakang

[sunting | sunting sumber]

Pembagian Kekaisaran Romawi

[sunting | sunting sumber]

Pada abad ke-4, Kekaisaran Romawi dibagi menjadi dua bagian: Kekaisaran Romawi Barat dan Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium). Pembagian ini dimulai pada masa pemerintahan Kaisar Diokletianus (284–305 M) yang memperkenalkan sistem Tetrarki, membagi kekaisaran menjadi dua wilayah yang dikelola oleh empat penguasa. Namun, pada tahun 395 M, setelah kematian Kaisar Theodosius I, kekaisaran secara resmi dibagi antara kedua putranya, Arcadius (Kekaisaran Timur) dan Honorius (Kekaisaran Barat). Kekaisaran Timur bertahan hingga jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453, sementara Kekaisaran Barat tidak mampu menahan ancaman internal dan eksternal, yang pada akhirnya runtuh pada abad ke-5.

Ancaman Eksternal: Serangan Bangsa Barbar

[sunting | sunting sumber]

Salah satu faktor utama yang mempercepat keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat adalah serangan berulang dari suku-suku barbar, termasuk Visigoth, Ostrogoth, Vandal, Hun, dan Franka. Meskipun Romawi telah berjuang melawan suku-suku ini selama berabad-abad, pada abad ke-4 dan ke-5, tekanan dari bangsa-bangsa barbar semakin intens. Salah satu peristiwa paling terkenal adalah penjarahan Roma oleh Visigoth di bawah pimpinan Alarik I pada tahun 410 M, yang mengejutkan dunia Romawi dan menandakan bahwa Roma tidak lagi kebal dari serangan musuh.

Faktor-faktor Keruntuhan

[sunting | sunting sumber]

Kemunduran Ekonomi

[sunting | sunting sumber]

Sejak abad ke-3, Kekaisaran Romawi mengalami kemunduran ekonomi yang signifikan. Inflasi, menurunnya hasil pertanian, dan meningkatnya biaya pertahanan menyebabkan tekanan besar pada keuangan kekaisaran. Kebijakan moneter yang tidak efektif, seperti pencetakan uang dalam jumlah besar tanpa dasar yang kuat, menyebabkan devaluasi mata uang. Selain itu, serangkaian perang saudara dan serangan eksternal memperparah kerusakan infrastruktur, menghancurkan lahan pertanian, dan melemahkan perdagangan internasional.

Krisis Militer

[sunting | sunting sumber]

Kekaisaran Romawi Barat menghadapi krisis militer yang akut pada abad ke-4 dan ke-5. Kekurangan tentara Romawi asli menyebabkan ketergantungan yang semakin besar pada tentara bayaran dari bangsa barbar. Meskipun mereka seringkali efektif dalam jangka pendek, ketergantungan ini memperlemah disiplin militer Romawi dan meningkatkan pengaruh barbar di dalam pemerintahan Romawi. Pertempuran besar seperti Pertempuran Adrianopel (378 M), di mana Kaisar Valens tewas di tangan Visigoth, menunjukkan bahwa kekuatan militer Romawi tidak lagi seperti dulu.

Ketidakstabilan Politik

[sunting | sunting sumber]

Ketidakstabilan politik juga memainkan peran penting dalam keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat. Sepanjang abad ke-5, kekaisaran dipimpin oleh serangkaian kaisar yang lemah dan tidak mampu mengatasi tantangan internal dan eksternal. Banyak dari mereka hanyalah boneka yang dikendalikan oleh jenderal barbar atau birokrat yang ambisius. Selain itu, terjadi serangkaian perang saudara dan perebutan kekuasaan yang menguras sumber daya negara.

Perpecahan Sosial dan Budaya

[sunting | sunting sumber]

Pada tingkat sosial, ketimpangan yang semakin besar antara kaum elite dan rakyat jelata menciptakan ketidakpuasan yang mendalam di dalam masyarakat Romawi. Pembagian sosial yang tajam antara kaum kaya dan miskin menyebabkan ketidakstabilan yang semakin meningkat. Pada saat yang sama, Kekaisaran Romawi Barat menghadapi perpecahan budaya dengan semakin meningkatnya pengaruh agama Kristen yang secara bertahap menggantikan agama-agama tradisional Romawi.

Krisis Agama

[sunting | sunting sumber]

Munculnya agama Kristen sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi pada abad ke-4 juga memainkan peran dalam melemahnya kohesi sosial dan politik kekaisaran. Meskipun agama Kristen menyatukan sebagian besar wilayah kekaisaran, konversi massal dan konflik teologis, seperti Arianisme dan perdebatan Trinitarian, menciptakan perpecahan di dalam kekaisaran. Selain itu, beberapa sejarawan berpendapat bahwa pengalihan perhatian dari kaisar dan negara ke gereja dan Tuhan melemahkan loyalitas rakyat terhadap negara.

Peristiwa Penting dalam Keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat

[sunting | sunting sumber]

Penjarahan Roma oleh Visigoth (410 M)

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 410 M, Roma, pusat dunia Romawi, dijarah oleh Visigoth di bawah pimpinan Alarik I. Ini adalah pertama kalinya dalam lebih dari 800 tahun Roma diserang oleh kekuatan asing, dan peristiwa ini mengguncang dunia Romawi. Meskipun kerusakan fisik akibat penjarahan ini terbatas, dampak psikologisnya sangat besar dan menandai awal dari keruntuhan kekaisaran yang semakin cepat.

Perjanjian dengan Bangsa Vandal dan Penjarahan Roma (455 M)

[sunting | sunting sumber]

Bangsa Vandal, di bawah pimpinan Raja Geiserik, menyerang Italia dan menjarah Roma pada tahun 455 M. Peristiwa ini memperburuk situasi kekaisaran yang sudah rapuh dan mengurangi reputasi Roma sebagai pusat kekuasaan dunia.

Kejatuhan Romulus Augustulus (476 M)

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 476 M, Romulus Augustulus, kaisar Romawi Barat terakhir, digulingkan oleh Odoaker, seorang pemimpin suku Heruli yang sebelumnya menjabat sebagai jenderal dalam tentara Romawi. Odoaker tidak menyatakan dirinya sebagai kaisar, melainkan mengirimkan regalia kekaisaran kepada Kaisar Zeno di Kekaisaran Romawi Timur, menunjukkan bahwa ia menganggap kekaisaran barat telah berakhir. Peristiwa ini secara tradisional dianggap sebagai titik akhir Kekaisaran Romawi Barat.

Dampak Keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat

[sunting | sunting sumber]

Transisi ke Abad Pertengahan

[sunting | sunting sumber]

Keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat menandai dimulainya Abad Pertengahan di Eropa, sebuah periode yang sering kali dianggap sebagai masa kemunduran dalam hal politik, ekonomi, dan budaya dibandingkan dengan masa Romawi Kuno. Namun, beberapa wilayah di Eropa, terutama di bawah pengaruh Gereja Katolik, terus mempertahankan sebagian tradisi dan pengetahuan Romawi.

Pembentukan Kerajaan Barbar

[sunting | sunting sumber]

Setelah keruntuhan Romawi Barat, berbagai suku barbar mendirikan kerajaan-kerajaan di bekas wilayah kekaisaran, termasuk Kerajaan Visigoth di Spanyol, Kerajaan Ostrogoth di Italia, dan Kerajaan Franka di Galia. Banyak dari kerajaan-kerajaan ini akhirnya berkembang menjadi negara-negara modern Eropa.

Pengaruh Kekaisaran Romawi Timur

[sunting | sunting sumber]

Setelah kejatuhan Romawi Barat, Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium terus berkembang selama hampir seribu tahun. Meskipun Kekaisaran Bizantium berpusat di timur, ia tetap mengklaim warisan Romawi dan mempertahankan pengaruh politik dan budaya yang signifikan di wilayah Mediterania.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  • Alföldy, Géza. Urban life, inscriptions,and mentality in late antique Rome. In Urban Centers and Rural Contexts in Late Antiquity, Thomas S. Burns and John W. Eadie (eds.). Michigan State University Press 2001. ISBN 0-87013-585-6.
  • Ammianus. The History. Trans. J. C. Rolfe. Loeb Classical Library, Vol. I, 1935.
  • Bowersock, Glen, Peter Brown, Oleg Grabar. Interpreting Late Antiquity: essays on the postclassical world. Belknap Press of Harvard University Press, 2001. ISBN 0-674-00598-8.
  • Brown, Peter. The Making of Late Antiquity, Harvard University Press, 1978.
  • Burns, Thomas S. Barbarians Within the Gates of Rome : A Study of Roman Military Policy and the Barbarians, ca. 375–425 A. D. Indiana University Press 1995. ISBN 978-0-253-31288-4.
  • Börm, Henning. Westrom. Von Honorius bis Justinian. Kohlhammer 2013. ISBN 978-3-17-023276-1 (Review in English).
  • Cameron, Averil. The Mediterranean World in Late Antiquity. AD 395–700. Routledge 2011, ISBN 978-0415579612.
  • Connolly, Peter. Greece and Rome at War. Revised edition, Greenhill Books, 1998. ISBN 978-1-85367-303-0.
  • Gaddis, Michael. There Is No Crime for Those Who Have Christ. Religious violence in the Christian Roman Empire. University of California Press, 2005. ISBN 978-0-520-24104-6.
  • Galinsky, Karl. Classical and Modern Interactions (1992) 53–73.
  • Gibbon, Edward. History of the Decline and Fall of the Roman Empire. With notes by the Rev. H. H. Milman. 1782 (Written), 1845 (Revised)
  • Goldsworthy, Adrian. The complete Roman Army. ISBN 978-0-500-05124-5. Thames & Hudson, 2003.
  • Goldsworthy, Adrian. The Fall of the West: The Slow Death of the Roman Superpower. ISBN 978-0-7538-2692-8. Phoenix, an imprint of Orion Books Ltd, 2010.
  • Heather, Peter. The fall of the Roman Empire. A new history. Pan Books, 2006. ISBN 978-0-330-49136-5.
  • Halsall, Guy. Barbarian Migrations and the Roman West, 376–568 (Cambridge Medieval Textbooks)
  • Harper, Kyle. Slavery in the late Roman world AD 275–425. ISBN (hardback) 978-0-521-19861-5. Cambridge University Press 2011.
  • Hunt, Lynn, Thomas R. Martin, Barbara H. Rosenwein, R. Po-chia Hsia, Bonnie G. Smith. The Making of the West, Peoples and Cultures, Volume A: To 1500. Bedford / St. Martins 2001. ISBN 0-312-18365-8.
  • Hodges, Richard, Whitehouse, David. Mohammed, Charlemagne and the Origins of Europe: archaeology and the Pirenne thesis. Cornell University Press, 1983.
  • Jones, A. H. M. The Later Roman Empire, 284–602: A Social, Economic, and Administrative Survey [Paperback, vol. 1] ISBN 0-8018-3353-1 Basil Blackwell Ltd. 1964.
  • Letki Piotr. The cavalry of Diocletian. Origin, organization, tactics, and weapons. Translated by Pawel Grysztar and Trystan Skupniewicz. Wydawnictwo NapoleonV ISBN 978-83-61324-93-5. Oświęcim 2012.
  • Macgeorge, Penny. Late Roman Warlords. Oxford University Press 2002.
  • MacMullen, Ramsay. Corruption and the decline of Rome. Yale University Press, 1988. ISBN 0-300-04799-1.
  • Martindale, J.R. The Prosopography of the Later Roman Empire volume II, A.D. 395–527. Cambridge University Press 1980.
  • Matthews, John. The Roman empire of Ammianus. Michigan Classical Press, 2007. ISBN 978-0-9799713-2-7.
  • Matthews, John. Western aristocracies and Imperial court AD 364–425. Oxford University Press 1975. ISBN 0-19-814817-8.
  • Momigliano, Arnaldo. 1973. "La caduta senza rumore di un impero nel 476 d.C." ("The noiseless fall of an empire in 476 AD"). Rivista storica italiana, 85 (1973), 5–21.
  • Nicasie, M. J. Twilight of Empire. The Roman Army from the reign of Diocletian to the Battle of Adrianople. J. C. Gieben, 1998. ISBN 90-5063-448-6.
  • Randsborg, Klavs. The First Millennium AD in Europe and the Mediterranean: an archaeological essay. Cambridge University Press 1991. ISBN 0 521 38401 X.
  • Rathbone, Dominic. "Earnings and Costs. Part IV, chapter 15", pages 299–326. In: Quantifying the Roman Economy. Methods and Problems. Alan Bowman and Andrew Wilson eds. Oxford University Press 2009, paperback edition 2013, ISBN 978-0-19-967929-4.
  • Ward-Perkins Bryan. The fall of Rome and the end of civilization. Oxford University Press 2005 (hardback edition). ISBN 978-0-19-280728-1