Lompat ke isi

Limporilau, Belawa, Wajo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Limporilau
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Selatan
KabupatenWajo
KecamatanBelawa
Kode pos
...
Kode Kemendagri73.13.07.2007 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 4°3′13.14″S 119°57′39.85″E / 4.0536500°S 119.9610694°E / -4.0536500; 119.9610694

Limporilau adalah sebuah desa yang berada di wilayah Kecamatan Belawa, Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.

Tancung Purai

[sunting | sunting sumber]
Dusun Tancung Purai.

Dusun Tancung Purai adalah sebuah dusun kecil di tepi barat Danau Tempe, wilayah Kecamatan Belawa, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, dengan populasi penduduk sekitar 200 kepala keluarga.[1]

Penduduk dusun ini masih menjunjung tinggi adat istiadat yang diwariskan leluhurnya, seperti Meccera Tappareng dan Mappangolo serta serangkaian adat istiadat lainnya yang menjadi ciri khas daerah ini.[1] Dari letak geografis yang hanya berjarak dua kilometer dari Danau Tempe menjadikan dusun ini rawan banjir sehingga masyarakat lebih memilih membangun rumah panggung guna terhindar dari peristiwa alam yang menjadi ancaman hampir setiap tahun.[1]

Dusun Tancung Purai diperkirakan sudah mulai dihuni sejak tahun 450 M, dengan penduduk merupakan turunan dari daerah Tana Luwu dan Entekang. Pada awalnya masyarakat daerah ini menganut paham animisme, namun pada tahun 1500 M, paham Hindustan masuk ke daerah ini dan pada tahun 1960-an, pengaruh Islam sudah mulai menyebar hampir ke semua daerah di pesisir Danau Tempe termasuk di daerah ini.

Pada tahun 1972, Musim kemarau panjang melanda Sulawesi Selatan, sehingga banyak masyarakatnya mengalami gagal panen. Bagi masyarakat dusun Tancung Purai, peristiwa ini tidak dapat dilupakan karena kejadian ini membuat sebagian penduduknya hijrah ke daerah lain untuk mengubah nasib.

Sampai akhir masa Orde Baru, dusun ini masih terisolasi dan nyaris semua penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan, di mana hidup sebagai nelayan tradisional dan petani musiman menjadi mata pencaharian utama masyarakat dusun ini. Di era pemerintahan B. J. Habibie, dusun Tancung Purai mulai dibangun, sektor pertanian dan perikanan tetap menjadi prioritas. Pembangunan infrastruktur telah berjalan sejak pemerintahan K. H. Abdurrahman wahid. Walau demikian, masyarakat dusun Tancung Purai tetap saja berkecil hati karena merasa dianaktirikan oleh pemerintah hal ini terjadi disebabkan karena beberapa sektor pembangunan nyaris belum tersentuh sedikitpun, seperti bidang sosial dan pendidikan serta berbagai sektor lainnya.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]