Lokomotif C25
Lokomotif C25 adalah lokomotif trem uap buatan Hanomag, Jerman yang yang memiliki susunan roda 0-6-0Tr. Berbeda dengan lokomotif trem lainnya yang memiliki lokomotif kotak khas kereta perkotaan yang bergandar dua, lokomotif C25 ini bergandar tiga. Berat keseluruhan lokomotif adalah 21 ton. Lokomotif ini dapat melaju dengan kecepatan 25 km/jam dan memiliki daya 235hp. Lokomotif C25 biasanya menggunakan bahan bakar kayu jati.
Lokomotif C25 | |||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| |||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||
|
Pada tahun 1897-1912, Probolinggo Stoomtram Maatschappij (PbSM) berhasil membangun jalur rel dengan total panjang 41km. Jalur rel yang dibangun PbSM berada tidak jauh dari beberapa pabrik gula di Probolinggo, Seperti PG Kandang Djati, PG Paiton, PG Djaboeng, PG Wonolangan, PG Padjarakan, PG Gending dan PG Soember Kareng. Utuk melayani rute tersebut, PbSM hanya mendatangkan 5 unit lokomotif PbSM11/C25, sedangkan Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (PsSM) hanya mendatangkan 1 unit loko yang sama. 6 unit lokomotif uap PbSM11/PsSM9/C25 tersebut didatangkan pada tahun 1912 dan 1931 dari pabrik Hanomag, Jerman.
Kehadiran trem dengan cepat mendapat sambutan baik dari masyarakat, selain memiliki keunggulan kecepatan dibandingkan angkutan lain seperti pedati atau kereta kuda, harga tiket trem lebih terjangkau. Lokomotif ini juga digunakan untuk menarik gerbong barang yang berisi hasil bumi dan gula, diangkut menuju pelabuhan untuk diekspor. Kereta penumpang juga ditarik dengan lokomotif seri ini.
Pada akhir masa dinasnya sekitar tahun 1973, lokomotif C25 digunakan untuk menarik gerbong ketel tetes tebu di sekitar Probolinggo. Dari 6 unit lokomotif C25, saat ini masih tersisa 1 unit lokomotif C25 yaitu C2501 (miilik PbSM, mulai operasional tahun 1913). C2501 dapat disaksikan di Museum Transportasi TMII, Jakarta.