Masjid Agung Pondok Tinggi
Masjid Agung Pondok Tinggi adalah masjid yang terletak di Kelurahan Pondok Tinggi, Kecamatan Sungai Penuh, Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi. Bagian utara berbatasan dengan jalan raya dan bagian selatan berbatasan dengan perpustakaan. Sedangkan bagian timur dan barat berbatasan dengan rumah penduduk.[1] Masjid Agung Pondok TInggi dibangun secara bergotong royong pada tahun 1874.
Alamat
[sunting | sunting sumber]Masjid Agung Pondok Tinggi terletak di tepi Jalan Depati Payung di Kelurahan Pondok Tinggi, Kota Sungai Penuh.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Menurut catatan pengurus masjid, semula masjid ini disebut Masjid Pondok Tinggi. Pembangunannya dimulai pada tgl. 1 Juni 1874, dan dibangun secara berangsur-angsur dan bergotong-royong hingga selesai sepenuhnya pada awal abad-20. Nama Masjid Agung Pondok Tinggi disematkan oleh Wakil Presiden RI yang pertama, Drs. H. Mohammad Hatta, ketika ia mengunjungi masjid ini pada tahun 1953.[2]
Arsitektur
[sunting | sunting sumber]Masjid ini unik karena dibangun dari kayu seluruhnya. Bentuk atapnya khas masjid-masjid kuno di Nusantara yakni serupa meru bersusun, dalam hal ini berbentuk atap tumpang limas bersusun tiga yang semakin ke atas semakin runcing. Atap ini melambangkan susunan pemerintahan dusun Pondok Tinggi, yang diibaratkan, dalam bahasa Kerinci, bapucouk satau, barampek jure, batingkat tigea. Berpucuk satu, yakni satu kepala adat yaitu Depati Payung nan Sakaki, satu kepala syarak dan berlambang Allah SWT. Berempat jurai, empat sudut, yakni empat luhah (lurah) dan empat Rio (ninik mamak). Bertingkat tiga menggambarkan sko nan tiga takah: sko taganai, sko ninik mamak, sko depati.[2]
Pada bagian dalamnya, masjid ini ditopang oleh 36 tiang yang terbagi atas tiga kelompok, yakni:[2]
- Tian panjan sambilea (tiang panjang sembilan) yang berjumlah 4 buah. Disebut demikian karena tiang-tiang ini memiliki panjang 9 depa atau kira-kira 15 m. Tiang ini adalah soko guru, atau dalam bahasa setempat disebut juga tian tuao (tiang tua).
- Tian panjan limao (tiang panjang lima) yang berjumlah 8 buah. Tiang-tiang ini memiliki panjang 5 depa (lk. 8 m) dan terletak di sebelah luar soko guru, melambangkan "pucuk larangan yang delapan" atau delapan larangan sosial setempat yang memiliki hukuman adat yang berat.
- Tian panjan duea (tiang panjang dua), yang memiliki panjang 2 depa (lk. 3,4 m) dan semula berjumlah 24 buah. Tiang-tiang ini terletak di tepi dekat dinding masjid, dan kini berkurang sebuah karena dilepas untuk memberi tempat bagi ruang pengimaman.
Seluruh tiang-tiang, dinding, pintu, penopang atap, dan alang (konstruksi melintang penopang tiang) terbuat dari kayu berukir. Ragam hias ukiran berdasarkan budaya lokal, dengan ukir-ukiran yang menggambarkan bunga teratai, daun, makara, dan lain-lain.[2]
Masjid ini tidak memiliki menara. Akan tetapi di bagian dalam masjid terdapat panggung tinggi di bawah atap, tempat azan dikumandangkan.
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Bagian dalam masjid
-
Mihrab
-
Mimbar
-
Pojok kiri depan
-
Sisi luar masjid
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Sugiyanti, dkk. (1999). Masjid Kuno Indonesia (PDF). Jakarta: Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat. hlm. 70. ISBN 979-8250-16-8.
- ^ a b c d Pengurus Masjid Pondok Tinggi (2011-2016). Sejarah berdirinya Masjid Agung Pondok Tinggi. Brosur, diakses pada 25/XI/2017.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Tribun Jambi: Masjid Tertua di Kerinci dan Sungai Penuh ini Butuh Bantuan, artikel Rabu, 31 Mei 2017 15:49. Diakses 26/XI/2017