Masjid An-Nur (Dili)
Masjid An-Nur | |
---|---|
Agama | |
Afiliasi | Islam |
Lokasi | |
Lokasi | Campo Alor Dili Timor Leste |
Arsitektur | |
Tipe | Masjid |
Peletakan batu pertama | 1955 |
Rampung | 1958 |
Masjid An-Nur (bahasa Portugis: Mesquita An-Nur) adalah sebuah masjid yang berada di Dili, Timor Leste. Masjid ini terletak di Rua Campo Alor, Kampung Alor, Dili. Masjid An Nur sebagai salah satu masjid yang ada di Kota Dili memang selalu ramai dihadiri warga muslim Timor Leste yang akan menunaikan ibadah salat Jumat.
Masjid An Nur ini memiliki dua lantai, lantai pertama untuk tempat salat sementara lantai kedua digunakan sebagai ruang sekolah. Di bagian tengah masjid terdapat sebuah taman yang mungkin maksudnya digunakan sebagai penyejuk ruang alami. Di pojok kanan terdapat tempat wudu dan bangunan perpustakaan sederhana di mana buku-buku Islam dan beberapa keping CD di letakkan di dua buah rak kayu.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Masjid An-Nur didirikan pada tahun 1955 atau 1956 atas inisiatif Imam Haji Hasan Bin Abdulah Balatif Kepala Kampung Alor dan masyarakat muslim Dili. Pendirian ini direstui oleh Kepala Suku Arab saat itu, Hamud bin Awad Al-Katiri.[1] Dalam perkembangannya kemudian terbentuk perkampungan Islam seperti sekarang ini. Pada awal tahun 1980-an masjid ini direnovasi oleh Pangdam XVI/Udayana, Mayjen TNI Dading Kalbuadi pada tanggal 20 Maret 1981.
Berdiri sejak tahun 1955, tentu saja masjid ini memiliki catatan sejarah panjang kehadiran umat Islam di Timor Timur, baik pada masa Portugis, saat dijajah dengan Indonesia maupun ketika akhirnya menjadi Timor Leste.
Ketika Timor Leste di bawah Portugis, oleh masyarakat di Kampung Alor, Masjid An Nur ini dijadikan sebagai salah satu tempat perjuangan politik untuk mengusir Portugis. Tokoh-tokoh umat Islam Timor Timur seperti H. Salim Bin Said Al-Katiri, Hedung Bin Abdullah dan Sya’ban Joaqim dalam meminta bantuan rakyat dan pemerintah Indonesia.[2]
Ketika Timor Timur akhirnya menjadi Timor Leste, umat muslim, khususnya yang berasal dari Indonesia, sempat mengalami pengalaman tidak mengenakkan terkait dengan status kewarganegaraan mereka. Pada tahun 2004 misalnya sekitar 247 warga muslim asal Indonesia tetap diusir secara paksa (deportasi) dan menggunakan kekerasan untuk keluar dari Timor Leste.
Kini enam tahun setelah pengusiran tersebut di atas, kehidupan umat Islam di Timor Leste tampaknya mulai normal kembali. Hal tersebut tampak dari ramainya shalat Jumat dan berjalannya sekolah yang dikelola pengurus Masjid An Nur. Masyarakat Indonesia yang tinggal di Kampong Alor pun sudah bisa menjalankan kegiatannya kembali seperti berdagang, dan sebagian di antaranya telah menjadi Warga Negara Timor Leste.
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Tampak dalam Masjid.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Islam di Timor Timur". 18 Februari 2014.
- ^ "Friday Prayers Experience in Kampung Alor, Dili". 18 Februari 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-22. Diakses tanggal 2014-02-18.