Sembiring Meliala
Artikel ini sudah memiliki daftar referensi, bacaan terkait, atau pranala luar, tetapi sumbernya belum jelas karena belum menyertakan kutipan pada kalimat. |
Sembiring Meliala/Milala merupakan salah satu cabang(sub-) marga dari marga Sembiring(salah satu dari lima induk marga Karo). Sembiring Meliala(Milala/Maliala) masuk dalam kelompok Sembiring Si La Man Biang (Sembiring yang tidak memakan anjing/memantangkan anjing) dan juga masuk dalam kelompok Singombak (jika meninggal jasadnya dibakar dan abunya dihanyutkan).
Sembiring Meliala dalam tradisi dan sejarahnya
[sunting | sunting sumber]Dalam tradisi lisan Suku Karo dikatakan, Sembiring Meliala ini berasal dari sebuah negeri di Selatan India yang bernama Malayalam dan nenek moyang mereka bernama Pagyth Malayalam (Pagit Meliala) yang seorang panglima besar memimpin ekspedisi mengemban misi penaklukan negeri-negeri di daratan Sumatra, dan diperkirakan masuknya kaum Meliala ini ke daratan Sumatra dari dua jalur dan priode, yakni:
- 1. Teluk Haru
Dipercaya kaum kesatria Meliala (Malayalam) ini masuk dari Teluk Aru/Haru (Langkat) dan berdiam disana hingga akhirnya membuka pemukiman di Alé (Deli Tua) dan sebagian ke dataran Tinggi Karo (Sarinembah) dan mendirikan Kesebayaken (kerajaan) Aru-Sarinembah dengan rajanya bergelar Sibayak (raja, besar, kaya, gelar bangsawan Karo) Sarinembah. Migrasi dari Teluk Aru/Haru ke pedalaman Deli dan dataran tinggi ini diyakini karena terdesak oleh pedagang dan misi siar Islam, namun, diketahui juga pada tahun 628 M, Aru/Haru(kerajaan Karo kuno) diserang oleh Sriwijaya di daerah pesisir, sehingga mengakibatkan ibu kota kerajaan berpindah ke Delitua dan banyak rakyat Aru lari ke pedalaman dan dataran tinggi yang dianggap lebih aman, dan pada masa inilah diyakini munculnya istilah kalak jahé, kalak jahé-jahé, ataupun kalak dusun yang maksudnya adalah “orang dari hilir(orang Karo hilir) yang mengungsi ke pegunungan. Dan diceritakan juga, beberapa keturunan di gugung (teruh deleng/pegunungan) turun gunung kembali dan membuka perkebunan lada di daerah Deli serta bersatu dengan kaum yang tinggal di dataran rendah membangun Kerajaan Haru – Deli Tua dengan rajanya bergelar Sibayak Deli Tua, dan juga mendirikan beberapa kuta (kampung) di Karo Jahé(Dusun Deli/Deli–Serdang). Dan tokoh penting yang cukup dikenal dari Kerajaan Haru – Deli Tua ini, adalah Ratu Haru yang berkuasa sekitar abat ke-16 M, Seh Ngenana beru Sembiring Meliala atau lebih dikenal dengan sebutan Putri Hijau.
- 2. Teluk Barus
Jalur ke-dua ini sangat erat kaitannya dengan sejarah Zending Hindu di Sumatra bagian timur, utara, dan tengah, dimana setelah ditemukan situs batu bertulis di Labu Tua dekat bandar Barus oleh: G. J . J. Deuts pada tahun 1879 M. Setelah tulisan tersebut pada tahun 1932 oleh Prof. Nilakantiasastri, guru besar dari Universitas Madras diterjemahkan, maka diketahuilah bahwa pada tahun 1080 M, di Lobu Tua tak jauh dari Sungai Singkil ada permukiman pedagang dari India Selatan. Mereka orang Tamil yang menjadi pedagang kapur barus yang menurut tafsiran membawa pegawai dan penjaga-penjaga gudang kira-kira 1.500 orang. Mereka diyakini berasal dari negeri-negeri di Selatan India, seperti: Colay (Cōla), Pandya (Pandyth), Teykaman, Muoham, Malayalam, dan Kalingga (Orysa). Sekitar tahun 1128-1285 M karena terdesak oleh misi dagang dan siar Islam yang dilakukan serdadu dan pedagang dari Arab serta Turki (ada beberapa ahli juga berpendapat, jikalau mereka sebenarnya terdesak oleh sedadu Jawa, Minang, ataupun Aceh) maka kaum Tamil di Barus mengungsi ke pedalaman Alas dan Gayo (Kabupaten Aceh Tenggara,) dan kemudian mendirikan Kampung Renun. Ada juga yang menyingkir lewat Sungai Cinendang, lalu beranak-pinak di pelosok Karo dan bergabung dengan kaum-kaum yang telah beranak-pinak disana.
Tradisi Sembiring Meliala
[sunting | sunting sumber]Dalam kehidupan sehari-hari, Sembiring Meliala ini menjalin hubungan yang sangat dekat dengan Sembiring Pandebayang dan Sembiring Tekang. Dipercaya hubungan dekat ini telah terjalin saat masih di negeri asal nenek moyang mereka di India Selatan. Diduga, ketiga sub-marga Sembiring ini adalah ersembuyak (er= ber; se = satu; mbuyak = rahim; sembuyak= saudara kandung/serahim), sehingga dalam beberapa keadaan tidak mengherankan jika mereka memakai nama sub-marga itu bersamaan dalam kehidupannya. Kedekatan ini juga tampak dari rurun (nama kecil/panggilan) mereka, dimana Sembiring Meliala untuk lelaki dipanggil dengan Jemput (di Sarinembah) atau Sukat (di Beras Tepu dan Munte), sedang untuk anak yang perempuan dipanggil dengan Tekang. Sementara rurun Sembiring Tekang adalah Jambé untuk laki-laki dan Gadong bagi yang perempuan.
Pernikahan dalam klan Sembiring Meliala
[sunting | sunting sumber]Dalam hal menjalin kekerabatan, salah satunya melalui proses pernikahan; kelompok Sembiring Singombak (juga Meliala) ini menganut sistem pernikahan Eksogami (mengharuskan menikah dengan orang di luar merga-nya) dan sistem Eleutherogami (tidak ada larangan tertentu, kecuali sedarah ataupun ada suatu kesepakatan/perjanjian). Namun, untuk saat sekarang ini dibeberapa wilayah pernikahan se-marga (sibuaten) ini telah dilarang oleh penatua-penatua setempat dan tokoh adat.
Tokoh
[sunting | sunting sumber]Beberapa tokoh yang bermarga Sembiring Meliala, di antaranya adalah:
- Adrianus Meliala
- Arie Henrycus Sembiring Meliala
- Brigitta Meliala
- Ngerajai Meliala
- Raja Kami Sembiring Meliala
- Seh Ngenana beru Sembiring Meliala
- Tifatul Sembiring Meliala
Kuta panteken Sembiring Meliala
[sunting | sunting sumber]Berikut beberapa kuta yang didirikan serta didiami dan menjadi kuta kemulihen(kampung halaman/kampung adat) kelompok Sembiring Meliala ini baik di dataran tinggi Karo maupun di Karo Jahé(Dusun Deli/Deli–Serdang), di gugung: Sarinembah(kesebayaken/kerajaan), Raja Berneh, Kidupen, Munté, Naman, Beras Tepu, Biaknampé, Jaberneh'; di dusun: Deli Tua(kerajaan), Buluh Gading, Si Pitu Kuta(Kuala Uruk, Kuala Cawi, Kuala Paya, Kuala Tebing, Kuala Sabah, Terumbu, dan Tembengen), dll. Sedangkan untuk Sembiring Tekang: Kaban dan Lingga(mungkin disinilah terjadinya perjanjian dan pengangkatan saudara antara Tékang dan Sinulingga, sehingga antara mereka tidak bisa saling sibuaten(menikahi)); untuk Sembiring Pandébayang: Buluh Naman dan Guru Singa.
Cabang(sub) Merga Sembiring lainnya
[sunting | sunting sumber]- Sembiring Kembaren
- Sembiring Sinulaki
- Sembiring Keloko
- Sembiring Sinupayung
- Sembiring Colia
- Sembiring Pandia
- Sembiring Gurukinayan
- Sembiring Brahmana
- Sembiring Meliala
- Sembiring Pande Bayang
- Sembiring Tekang
- Sembiring Muham
- Sembiring Depari
- Sembiring Pelawi
- Sembiring Busok
- Sembiring Sinukapur
- Sembiring Keling
- Sembiring Bunuh Aji
Daftar Bacaan
[sunting | sunting sumber]- Bangun Roberto, Mengenal "Orang Karo", Jakarta: Yayasan Pendidikan Bangun, 1989
- Prinst Darwan, Adat Karo, Medan: Bina Media,2008
- Ginting Malem Ukur, Adat Karo Sirulo, Medan, 2008
- Parret Daniel, Kolonialisme dan Etnisitas: Batak dan Melayu di Sumatra Timur Laut, Jakarta: KPG(Kepustakaan Populer Gramedia), 2010.
- Prinst Darwin, Kamus Karo - Indonesia, Medan: Bina Media,2010
- "Sembiring Meliala" Catatan: Bastanta P. Sembiring Meliala
- Mengenal Karo dari Catatan Sejarah
- Sangkep Nggeluh Kalak Karo
- Sibuaten(Perkawinan se-merga pada klan Sembiring Meliala)
- Sembiring Meliala Mergana Si Telu Nini Si Pitu Kuta
- Sembiring Meliala
- Tokoh Karo Indonesia Diarsipkan 2013-06-28 di Wayback Machine.
- Daftar Tokoh Karo
- Sembiring
- Sarinembah