Navaratri
Navaratri | |
---|---|
Nama lain | Navratri, Nauratri, Navarathri, Navratam, atau Nauratam |
Dirayakan oleh | Hindu |
Perayaan | 10 hari |
Kegiatan | pengaturan panggung, doa, drama, puasa, puja, imersi gambar atau api unggun |
Mulai | Ashvin Shukla Prathama |
Berakhir | Ashvin Shukla Navami |
Tanggal | Script error: The function "getRawValue" does not exist. |
Frekuensi | Dua kali setahun |
Terkait dengan | Dussehra, Dashain |
Navaratri adalah festival Hindu yang berlangsung selama sembilan malam (dan sepuluh hari) dan dirayakan setiap tahun di musim gugur. Ini diamati karena alasan yang berbeda dan dirayakan secara berbeda di berbagai bagian lingkup budaya India.[1] Secara teoritis, ada empat Navaratri musiman. Namun, dalam praktiknya, itu adalah festival musim gugur pasca-musim hujan yang disebut Sharada Navaratri yang paling banyak diamati untuk menghormati Devi feminin ilahi (Durga). Festival ini dirayakan di paruh terang bulan kalender Hindu Ashvin, yang biasanya jatuh pada bulan-bulan Gregorian pada bulan September dan Oktober.[1][2]
Di negara bagian timur dan timur laut India, Durga Puja identik dengan Navaratri, di mana dewi Durga bertempur dan muncul sebagai pemenang atas iblis kerbau untuk membantu memulihkan Dharma. Di negara bagian utara dan barat, festival ini identik dengan "Rama Lila" dan Dussehra yang merayakan pertempuran dan kemenangan dewa Rama atas raja iblis Rahwana.
Makna dan perayaan
[sunting | sunting sumber]Setiap malam dari sembilan hari Navratri melambangkan bentuk berbeda dari Dewi Durga, termasuk Shailaputri, Brahmacharini, Chandraghanta, Kushmanda, Skandamata, Katyayani, Kalaratri, Mahagauri, dan Siddhidatri, yang masing-masing menggambarkan aspek unik dari Dewi.Jamison, Stephanie, dan Joel Brereton.[3]. Festival ini merupakan kesempatan bagi umat Hindu untuk merenungkan kekuatan spiritual dan moral, serta berdoa untuk perlindungan dari energi negatif.
Ritual dan tradisi
[sunting | sunting sumber]Selama sembilan hari Navratri, umat Hindu menjalankan berbagai ritual termasuk puasa, doa, dan tarian tradisional. Di Gujarat, misalnya, tarian Garba dan Dandiya adalah dua tradisi yang populer selama festival ini, yang dirayakan sebagai bentuk persembahan kepada Dewi Durga.[4] Pada hari kesepuluh, festival ini diakhiri dengan perayaan Vijayadashami atau Dussehra, yang melambangkan kemenangan kebaikan atas kejahatan dengan pembakaran patung raksasa Ravana di beberapa wilayah.
Jenis
[sunting | sunting sumber]Meskipun Sharad Navratri adalah yang paling terkenal, ada tiga perayaan Navratri lainnya sepanjang tahun, yaitu Chaitra Navratri, Magha Navratri, dan Ashadha Navratri.[5] Dari keempat jenis Navratri ini, Sharad Navratri dirayakan paling luas dan memiliki pengaruh yang besar terhadap budaya di India.
Perayaan di berbagai wilayah
[sunting | sunting sumber]Navratri memiliki berbagai bentuk perayaan di seluruh India. Di Bengal Barat, perayaan ini dikenal sebagai Durga Puja, di mana patung Dewi Durga dihias dan dipuja selama beberapa hari sebelum akhirnya dilarung di sungai.[6] Di India Utara, terutama di Uttar Pradesh dan Delhi, festival ini melibatkan pementasan kisah Ramayana dan diakhiri dengan pembakaran patung raksasa Ravana sebagai simbol kemenangan kebaikan atas kejahatan.
Signifikansi budaya dan spiritualitas
[sunting | sunting sumber]Navratri bukan hanya perayaan keagamaan tetapi juga kesempatan untuk menguatkan komunitas melalui tarian, lagu, dan upacara bersama. Festival ini menekankan nilai-nilai kebaikan, keberanian, dan ketekunan, sekaligus memperingati peran Dewi Durga sebagai simbol kekuatan feminin dan pelindung dari kekuatan jahat.[7]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Encyclopedia Britannica 2015.
- ^ James G. Lochtefeld 2002, hlm. 468-469.
- ^ ‘‘The Rigveda: The Earliest Religious Poetry of India’’. Oxford University Press, 2014
- ^ Chakravarti, Mahadev. “The Concept of Śakti: Hindu and Tantric Traditions.” ‘‘Religions of South Asia’’, vol. 1, no. 1, 2015, pp. 45-63.
- ^ UNESCO World Heritage Centre. “Intangible Cultural Heritage of India - Navratri and Durga Puja.” https://ich.unesco.org/en/RL/navratri-and-durga-puja-00101
- ^ UNESCO World Heritage Centre. “Intangible Cultural Heritage of India - Navratri and Durga Puja.” https://ich.unesco.org/en/RL/navratri-and-durga-puja-00101
- ^ Chakravarti, Mahadev. “The Concept of Śakti: Hindu and Tantric Traditions.” ‘‘Religions of South Asia’’, vol. 1, no. 1, 2015, pp. 45-63.
Bibiliografi
[sunting | sunting sumber]- Amazzone, Laura (2012). Goddess Durga and Sacred Female Power. University Press of America. Diakses tanggal 5 February 2017.
- Coburn, Thomas B. (1991). Encountering the Goddess: A translation of the Devi-Mahatmya and a Study of Its Interpretation. State University of New York Press. ISBN 0791404463.
- Cynthia Bradley (2012). Denise Cush; Catherine Robinson; Michael York, ed. Encyclopedia of Hinduism. Routledge. ISBN 978-1-135-18979-2.
- Alain Daniélou (1991). The Myths and Gods of India: The Classic Work on Hindu Polytheism from the Princeton Bollingen Series. Inner Traditions / Bear & Co. ISBN 978-0-89281-354-4.
- Lynn Foulston; Stuart Abbott (2009). Hindu Goddesses: Beliefs and Practices. Sussex Academic Press. ISBN 978-1-902210-43-8.