Ngadisalam, Sapuran, Wonosobo
Ngadisalam | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Wonosobo | ||||
Kecamatan | Sapuran | ||||
Kode pos | 56373 | ||||
Kode Kemendagri | 33.07.03.2011 | ||||
Luas | 3,04 km2 | ||||
Jumlah penduduk | - | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Ngadisalam adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Sapuran, kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia. Desa ini terletak di kaki Gunung Sumbing sebelah selatan dan merupakan daerah hulu aliran Sungai Bogowonto yang bermuara di perbatasan DIY-Jateng. Batas sebelah barat adalah Desa Sedayu, batas timur Desa Marongsari dan Desa Batursari, batas selatan Desa Sapuran, dan batas utara Desa Tempuranduwur dan Desa Karangduwur. Mayoritas warga desa Ngadisalam adalah petani dan pekerja. Selain itu banyak juga wanita yang bekerja di luar negeri sebagai TKW. Ada beberapa orang warga menjadi PNS, pegawai swasta, dan juga pedagang.
Sejarah Desa Ngadisalam dimulai sejak setelah Perang Diponegoro berakhir pada 1830. Saat itu banyak dari para pengikut Diponegoro yang berpencar dan meneruskan perjuangan dalam penyebaran agama Islam. Salah seorang yang mengembangkan Desa Ngadisalam adalah pengikut Diponegoro ini yang saat ini makamnya masih bisa ditemui di pemakaman Desa Ngadisalam. Para tetua Desa Ngadisalam mengenalnya secara turun temurun dengan sebutan Kyai Ngarsan yang kemudian bergelar Kyai Haji Abu Mansyur. meskipun sebelumnya juga telah ada Kyai Nursalam yang pertama membuka daerah yang sekarang dinamai Ngadisalam.
Beberapa tahun tahun setelah berakhirnya Perang Diponegoro, penduduk Ngadisalam terkena imbas dari perang itu yaitu politik liberal pemerintah Hindia Belanda yang membuka pasar bagi penanaman modal swasta di Indonesia saat itu. Ngadisalam yang letaknya ada di pengunungan sangat cocok sebagai lahan perkebunan. Saat itulah swasta Belanda membuka perkebunan teh yang meliputi Desa Ngadisalam dan desa-desa disekitarnya yang sampai saat ini masih tersisa. Pada masa revolusi kemerdekaan 1945-1949 Desa Ngadisalam menjadi salah satu daerah serangan Belanda karena Pasukan Pelajar Ronggolawe yang dipimpin oleh Mantan Wakil Presiden RI Sudharmono saat itu bergerilya di Desa Ngadisalam dan sekitarnya. Saat ini Desa Ngadisalam dikepalai seorang kepala desa Bapak Triyanto sejak tahun 2007. Desa Ngadisalam terbagi dalam sepuluh dusun yaitu: Krajan Ngadisalam, Candi, Sidadungan, Sidadunganduwur, Sabrang, Mranggen, Melarsari, Patunankulon, Patunanwetan, dan Margirahayu.