Lompat ke isi

Nur Rachmat Yuliantoro

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Dr.
Nur Rachmat Yuliantoro
Ketua Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada
Mulai menjabat
2017
Informasi pribadi
Lahir24 Juli 1974 (umur 50)
Yogyakarta, Indonesia
AlmamaterUniversitas Gadjah Mada, Flinders University
PekerjaanDosen
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Nur Rachmat Yuliantoro adalah seorang akademisi dan dosen Indonesia. Saat ini ia menjabat sebagai Ketua Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (2021-2026). Bidang kajian utama yang ia dalami adalah hubungan internasional Tiongkok.

Riwayat Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Pengalaman Profesional

[sunting | sunting sumber]
  • Ketua Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia (2017- sekarang).
  • Ketua Program Studi S-1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia (2016-2017).
  • Sekretaris Program Studi S-1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia (2011-2015).
  • Dosen di Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia (1999-sekarang).
  • Dosen tamu di Malmo University, Swedia (2017), De La Salle-College of Saint Benilde, Manila (2017), dan China Foreign Affairs University, Beijing (2019).
  • Dosen tamu di Jurusan/Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Wahid Hasyim (Semarang) dan Universitas Jenderal Soedirman (Purwokerto).
  • Dosen pada Program S-2 Pengkajian Amerika, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (2004-2005).
  • Anggota aktif Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII).
  • Anggota Dewan Pakar AIHII (2021-2023).
  • Penyunting Ahli untuk Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada; Mitra bestari untuk Jurnal Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta; Insignia Journal of International Relations, Universitas Jenderal Soedirman; Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, Universitas Katolik Parahyangan; dan Indonesian Journal of Peace and Security Studies, Universitas Mataram; serta anggota Board of Editors Global South Review, Universitas Gadjah Mada dan Papua Journal of Diplomacy and International Relations, Universitas Cenderawasih.

Publikasi dan Penelitian

[sunting | sunting sumber]
  • 'China's Global Security Initiative: Its Objective and Implications to Southeast Asia,' Global Strategis, vol. 18 no. 2, 2024, pp. 285–306.[1]
  • 'The 2022 Ukraine Crisis: What It Means for Sino-Russian Relations' (bersama Leonard P. Bromokusumo), Intermestic: Journal of International Studies, vol. 8, no. 1, 2023, pp. 333–355, http://dx.doi.org/10.24198/intermestic.v8n1.16 .
  • 'Indonesia walks an APEC tightrope,' 360info.org, 30 October 2023.[2]
  • 'Unravelling the Belt and Road puzzle in Indonesia,' 360info.org, 10 July 2023.[3]
  • '"Indispensable Nation" dan Peran Amerika Serikat dalam Krisis di Ukraina,' dalam R. Satria, I. Rachmawati & S.G. Prakoso (eds.), Konflik Rusia-Ukraina: Tinjauan dari Berbagai Perspektif, AIHII Press, Jakarta, 2022, pp. 163–184.
  • 'The Politics of Vaccine Diplomacy and Sino-Indonesian Relations,' Global Strategis, vol. 16, no. 1, 2022, pp. 127–146.[4]
  • 'Diplomasi Masker: Cina sebagai Kekuatan Besar yang Bertanggung Jawab?' dalam L.Hakim, M. Sugiono & M. Mas'oed (eds.), The Global South: Refleksi dan Visi Studi Hubungan Internasional, UGM Press, Yogyakarta, 2021, pp. 189–204.
  • '11 September, 20 Tahun Kemudian,' Kompas, 15 September 2021.[5]
  • 'Connecting the Master Plan on ASEAN Connectivity 2025 and the Belt and Road Initiative: How to Promote People-to-People Ties,' dalam Guo Yanjun & Yang Yue (eds.), ASEAN-China Cooperation on Regional Connectivity and Sustainability, World Scientific, Singapore, 2021, pp. 59–72.[6]
  • 'China dan Kawasan Indo-Pasifik: Reaksi, Kebijakan, dan Tantangan Keamanan,' dalam L.M. Fathun & R. Isnanti (eds.), Tinjauan Multiperspektif Kawasan Indo-Pasifik: Peluang dan Tantangan, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2021, pp. 125–148.
  • 'The 2019 Presidential Election and the BRI’s Prospects in Indonesia,' China Quarterly of International Strategic Studies, vol. 6, no. 1, 2020, pp. 79–102, https://doi.org/10.1142/S2377740020500050
  • Menuju Kekuatan Utama Dunia: Sekilas Politik Luar Negeri Cina, Edisi Kedua, UGM Press, Yogyakarta, 2020.
  • 'The Belt and Road Initiative: 'Kerja Sama Selatan-Selatan dengan Karakteristik Cina' untuk Membangun Citra Internasional yang Positif,' dalam P.S. Winanti & R.A. Alvian (eds.), Kebangkitan "The Global South": Strategi, Implementasi dan Implikasinya bagi Tata Kelola Ekonomi Politik Global, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2019, pp. 177–195.
  • 'The Belt and Road Initiative and China–ASEAN Relations: An Indonesian Perspective,' dalam Yang Yue & Fujian Li (eds.), The Belt and Road Initiative: ASEAN Countries' Perspectives, World Scientific, Singapore, 2019, pp. 81–101.[7]
  • 'Between Revisionist and Status Quo: The Case of China’s Leadership in the AIIB' (bersama Dedi Dinarto), Jurnal Hubungan Internasional, vol. 7, no. 2, Oktober 2018- Maret 2019.[8]
  • '国—东盟关系 印度尼西亚视角下的“一带一路”倡议与中' (China–ASEAN Relations and The Belt and Road Initiative from Indonesian Perspective), China-ASEAN Studies, vol. 3, 2018, pp. 21-36.[9]
  • 'Penutup: Menghadapi Kebangkitan Cina dan Kepentingan Nasional' (bersama Hikmatul Akbar), dalam N.R. Yuliantoro dan H. Akbar (eds.), Menghadapi Kebangkitan Cina, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2018, pp. 287–304.
  • 'Pendahuluan: Mengapa Menghadapi Kebangkitan Cina?' (bersama Hikmatul Akbar), dalam N.R. Yuliantoro dan H. Akbar (eds.), Menghadapi Kebangkitan Cina, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2018, pp. 1–20.
  • 'Kunjungan Pompeo dan Relasi AS-Indonesia,' Kompas, 7 Agustus 2018.[10]
  • 'Trump dan Kim: Siapa yang "Menang"?' Kompas, 13 Juni 2018.[11]
  • 'Membaca Pertemuan Kim dan Moon,' Kompas, 7 Mei 2018.[12]
  • 'Kongres ke-19 Partai Komunis: Melihat masa depan Cina,' The Conversation, 3 November 2017.[13]
  • ‘Amerika Telah Memilih, Kita Semua akan Hidup dengan Konsekuensinya,’ Detikcom, 11 November 2016.[14]
  • 'Politik Luar Negeri dan Pemilihan Presiden Amerika Serikat Tahun 2016' (bersama Atin Prabandari dan Dafri Agussalim), Jurnal Hubungan Internasional, vol. 5, no. 2, 2016, pp. 193-209.[15]
  • “Promoting mutual interests and cooperation”: The Bandung Declaration and fighting against corruption in Asia and Africa, risalah dipresentasikan di Bandung Conference and Beyond: Rethinking International Order, Identity, Security, and Justice in a Post-Western World, Yogyakarta (8-9 April 2015).
  • ‘Managing Differences and Building Trust: Challenges to U.S.- China Relations,’ Indonesian Journal of International Studies, vol. 1, no. 2, Desember 2014, pp. 123-132.
  • Expanding Relations in Anti-corruption and Respond to Cultural Minorities Measures between ASEAN and China, risalah dipresentasikan di the 1st Network of ASEAN-China Think-tank (NACT), Beijing, 4 July 2014.
  • Korupsi dan Masa Depan Uni Eropa, risalah dipresentasikan di the 3rd Convention on European Studies, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 22 Mei 2014.
  • Challenges in Current Sino-U.S. Relations, Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada, 2013.
  • Melawan Korupsi di Asia Tenggara, Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada, 2013.
  • Nasionalisme Melalui Film: Diplomasi Budaya Cina, Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada, 2012.
  • Menuju Kekuatan Utama Dunia: Sekilas Politik Luar Negeri Cina, Institute of International Studies, Yogyakarta, 2012.
  • Pemilihan Presiden Tahun 2012 dan Tantangan bagi Politik Luar Negeri Amerika Serikat, Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada, 2012.
  • ‘Forum on China-Africa Cooperation (FOCAC) sebagai Bentuk Kerja Sama Selatan-Selatan,’ Multiversa, vol. 2, no. 2, Juni 2012, pp. 113-127.
  • Politik Luar Negeri dan Diplomasi dalam Pemberantasan Korupsi: Alat atau Ilusi?, risalah dipresentasikan pada seminar tentang politik luar negeri dan pemberantasan korupsi, Institute of International Studies, Yogyakarta, 13 Desember 2011.
  • ‘Reformasi Politik dengan Karakteristik Cina’: Menuju Demokrasi?, Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada, 2011.
  • Menjadi Kaya itu Mulia! Reformasi Ekonomi dan Penjelasan Kultural-Struktural Korupsi di Cina, Institute of International Studies, Yogyakarta, 2011.
  • Panduan Operasional IASC tentang Perlindungan bagi Orang-orang dalam Situasi Bencana Alam, The Brookings Institution and Institute of International Studies, Yogyakarta, Januari 2011 (sebagai penyunting).
  • ‘Hegemoni America Pasca 11/9: Menuju Sebuah ‘Imperium Amerika Baru’?’ Jurnal Sosial Politik, vol. 9, no. 1, Juli 2005, pp. 91-112.[16]
  • ‘Hubungan China-Jepang di Abad ke-21: Menuju Konflik Terbuka?’, Jurnal SPEKTRUM, vol. 2, no. 2, Juni 2005, pp. 1-8.
  • ‘Corruption and Economic Growth in Post-1978 China: Different Sides of the Same Coin?’, Jurnal Hubungan Internasional MUNDUS, vol. 1, no. 2, Desember 2004, pp. 159-170.
  • ‘Modernizing Post-Deng China’s Military: A Greater Economic Role’, Jurnal PARADIGMA, vol. 3, no. 10, 1999, pp. 49– 60.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Yuliantoro, Nur Rachmat (2024). "China's Global Security Initiative: Its Objectives and Implications for Southeast Asia". Global Strategis. 18 (2): 285–306. doi:10.20473/jgs.18.2.2024.285-306. ISSN 2442-9600. 
  2. ^ Yuliantoro, Nur Rachmat (2023-10-30). "Indonesia walks an APEC tightrope". 360info.org. 
  3. ^ Yuliantoro, Nur Rachmat (2023-07-10). "Unravelling the Belt and Road puzzle in Indonesia". 360info.org. 
  4. ^ Yuliantoro, Nur Rachmat (2022). "The Politics of Vaccine Diplomacy and Sino-Indonesian Relations". Global Strategis. 16 (1): 127–146. ISSN 2442-9600. 
  5. ^ Yuliantoro, Nur Rachmat (15 September 2021). "11 September, 20 Tahun Kemudian"Perlu langganan berbayar. Kompas.id. 
  6. ^ Yuliantoro, Nur Rachmat (2021). Connecting the Master Plan on ASEAN Connectivity 2025 and the Belt and Road Initiative: How to Promote People-to-People Ties. Singapore: World Scientific. hlm. 59–72. ISBN 978-981-122-182-8. 
  7. ^ Yuliantoro, Nur Rachmat (2019). The Belt and Road Initiative and China–ASEAN Relations: An Indonesian Perspective. Singapore: World Scientific. hlm. 81–101. ISBN 978-981-120-576-7. 
  8. ^ Yuliantoro, Nur Rachmat (bersama Dedi Dinarto) (2018). "Between Revisionist and Status Quo: The Case of China's Leadership in the AIIB". Jurnal Hubungan Internasional. 7 (2): 169–177. doi:10.18196/hi.72131. 
  9. ^ Yuliantoro, Nur Rachmat (2018). "印度尼西亚视角下的"一带一路"倡议与中国—东盟关系 - 中国知网". kns.cnki.net. 
  10. ^ Yuliantoro, Nur Rachmat (2018-08-07). "Kunjungan Pompeo dan Relasi AS-Indonesia". Kompas.id. 
  11. ^ Yuliantoro, Nur Rachmat (2018-06-13). "Trump dan Kim: Siapa yang "Menang"?". Kompas.id. 
  12. ^ Yuliantoro, Nur Rachmat (2018-05-02). "Membaca Pertemuan Kim dan Moon". Kompas.id. 
  13. ^ Yuliantoro, Nur Rachmat (3 November 2017). "Kongres ke-19 Partai Komunis: melihat masa depan Cina". The Conversation. 
  14. ^ Yuliantoro, Nur Rachmat (11 November 2016). "Amerika Telah Memilih, Kita Semua akan Hidup dengan Konsekuensinya". detikcom. 
  15. ^ Yuliantoro, Nur Rachmat (bersama Atin Prabandari & Dafri Agussalim) (2016). "Pemilihan Presiden Tahun 2016 dan Politik Luar Negeri Amerika Serikat". Jurnal Hubungan Internasional. 5 (2): 193–209. doi:10.18196/hi.5297. 
  16. ^ Yuliantoro, Nur Rachmat (2005). "Hegemoni Amerika Pasca 11/9: Menuju Sebuah 'Imperium Amerika Baru'?". Jurnal Sosial Politik. 9 (1): 91–112.