Orang Samaria
ࠔࠌࠓࠉࠌ שומרונים السامريون | |
---|---|
Jumlah populasi | |
~900 (2024)[1] | |
Daerah dengan populasi signifikan | |
Israel (Holon) | 460 (2021) |
Palestina[a] (Kiryat Luza) | 380 (2021)[1] |
Bahasa | |
Bahasa percakapan: Hebrew Israel and Levantine Arabic Liturgi: Samaritan Hebrew and Samaritan Aramaic | |
Agama | |
Samaritanisme | |
Kelompok etnik terkait | |
Yahudi and other Orang-orang berbahasa Semit yang lain |
Israelite Samaritan atau Orang Samaria adalah penduduk wilayah Israel bagian utara, yang dulunya menjadi wilayah Kerajaan Israel.[2] Sejak abad ke-6 SM, ada pertentangan antara orang-orang Samaria dengan orang-orang Yahudi, yang berlangsung hingga masa Perjanjian Baru.[2] Pertentangan tersebut terutama disebabkan alasan etnisitas, yang mana orang-orang Yahudi menganggap orang-orang Samaria tidak berdarah Israel murni karena merupakan hasil pernikahan campur orang Israel dengan non-Israel.[2]. Orang-orang Samaria menolak disebut sebagai Yahudi, mengklaim mereka berasal dari Suku Yusuf dan Suku Lewi.
Selain itu, dalam hal keagamaan juga ada perbedaan di antara keduanya sehingga Yahudi menganggap ibadah Samaria tidaklah benar.[2] Disisi lain, Samaria juga melihat Yahudi secara negatif. Orang-orang Samaria menganggap diri mereka sebagai bangsa Israel asli, dan memisahkan diri dari kalangan bangsa Israel yang telah dicemarkan oleh imam Eli pada zaman Samuel.[3]
Letak Geografis
[sunting | sunting sumber]Daerah tempat tinggal orang Samaria terletak di tengah-tengah Yudea di Selatan dan Galilea di Utara, yang mana keduanya merupakan tempat tinggal bagi mayoritas orang-orang Yahudi.[4] Karena itu, orang-orang Yahudi yang terletak di Galilea sering terancam diserang oleh perampok-perampok Samaria bila hendak menuju ke Yudea, atau sebaliknya.[2] Alternatif lain bagi orang Yahudi di Galilea untuk ke Yudea adalah melewati jalan di sebelah Timur Sungai Yordan yang lebih panjang.[2]
Latar Belakang
[sunting | sunting sumber]Akar dari orang-orang Samaria adalah penduduk Israel Utara, yang pada tahun 722 SM ditaklukan oleh bangsa Asyur.[2] Kebijakan Asyur saat itu adalah membuang sebagian penduduk Israel Utara ke tempat lain, dan memasukkan penduduk bangsa-bangsa lain ke daerah Israel Utara.[2] Hal itu dilakukan untuk mencegah pemberontakan.[2] Orang-orang Samaria kemudian dianggap sebagai hasil asimilasi antara orang-orang Israel dengan penduduk bangsa lain yang ditaruh di sana.[2]
Pada saat orang-orang Yahudi yang berasal dari Kerajaan Yehuda kembali dari Pembuangan, mereka mulai merumuskan kembali identitas Yahudi dan disertai pelbagai peraturan keagamaan.[5] Mereka menekankan kemurnian darah Israel, sehingga memandang negatif orang-orang Samaria.[5] Hubungan keduanya semakin diperburuk ketika pada tahun 128 M, Yohanes Hirkanus, yang menjadi pemimpin orang Yahudi waktu itu, menghancurkan bait suci orang Samaria di bukit Gerizim dalam rangka memperluas daerah Yudea.[5] Karena itu, hubungan antara orang Yahudi dan orang Samaria yang penuh ketegangan terus berlanjut.[5]
Keagamaan
[sunting | sunting sumber]Pola keagamaan orang Samaria mirip dengan umat Yahudi dalam hal menyembah satu Tuhan Yang Maha Esa (Yahweh), perayaan hari Sabat, perayaan Paskah, dan sebagainya.[4] Akan tetapi, ada beberapa hal lain yang membedakan pola keagamaan orang Samaria dengan orang Yahudi.[4]
Pusat Ibadah di Gunung Gerizim
[sunting | sunting sumber]Orang-orang Samaria tidak mengakui Yerusalem sebagai tempat ibadah utama, melainkan mendirikan bait suci yang menjadi pusat peribadahan mereka di dekat Gunung Gerizim.[2] Gunung Gerizim mereka anggap sebagai tempat suci pilihan Allah dan di situlah mereka menyelenggarakan ibadah mereka sendiri.[4] Tidak diketahui dengan pasti kapan bait tersebut dibangun, namun pastinya telah berdiri sebelum tahun 128 SM ketika dihancurkan oleh Yohanes Hirkanus dari bangsa Hasmoni.[5]
Taurat Musa
[sunting | sunting sumber]Sebagai kitab suci, mereka hanya mengakui Taurat Musa yang disadur sedikit sesuai keyakinan mereka, yang disebut sebagai "Taurat Samaria".[4] Kitab-kitab para nabi dan kitab-kitab lain di dalam Kitab Suci Ibrani tidak mereka akui sebagai bagian kitab suci.[2] Kitab Taurat tersebut disusun kurang lebih abad ke-1 atau ke-2 SM, dan berisi legitimasi atas pentingnya Gunung Gerizim atau Sikhem sebagai tempat ibadah.[6] Sebaliknya, mereka menolak Yerusalem dan Bait Suci di sana sebagai tempat beribadah yang benar.[6]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b SamUp 2022.
- ^ a b c d e f g h i j k l S. Wismoady Wahono.1986. Di Sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 338-339
- ^ (Inggris)Etienne Nobet. 1997. A Search for the Origins of Judaism: From Joshua to Mishnah. Sheffield: Sheffield Academic Press. P. 123.
- ^ a b c d e C. Groenen. 1984.Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 39-40
- ^ a b c d e (Indonesia)John Stambaugh, David Balch. 1997. Dunia Sosial Kekristenan Mula-Mula. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 111-114.
- ^ a b (Inggris)Bernard M. Levinson. 2008. Legal Revision and Religious Renewal in Ancient Israel. Cambridge: Cambridge University Press. P. 127-128.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Anti-missionary - Samaritanism Diarsipkan 2010-01-05 di Wayback Machine. Defense of the Jewish Belief about Samaritans
- Jewish Encyclopedia, 1911: "Samaritans"
- "The Origin and Nature of the Samaritans and their Relationship to Second Temple Jewish Sects" Diarsipkan 2015-03-23 di Wayback Machine., David Steinberg
- "Samaritans" Diarsipkan 2018-12-26 di Wayback Machine. (theory on the Samaritan-Jewish tensions), Jona Lendering
- "The Samaritan Pentateuch", Mark Shoulsons
- "Guards of Mount Gerizim", Alex Maist
- "Bibliography", James A Montgomery
- "The Samaritans – the earliest Jewish sect", James A Montgomery
- Samaritan Alphabet
- Samaritan Museum Diarsipkan 2009-09-04 di Wayback Machine., JERZIM (bad-webcode site, IE only?)
- "The Messianic Hope of the Samaritans" by Jacob, Son of Aaron, High Priest of the Samaritans, Chicago, 1907
- "Josephus' attitude towards the Samaritans" from "Studies in Hellenistic Judaism" By Louis H. Feldman
- "Samaritans in Nablus and the West Bank", Rüdiger Benninghaus
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref>
untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/>
yang berkaitan