Lompat ke isi

Gereja Santo Paulus dari Salib, Kotenwalang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gereja Santo Paulus dari Salib, Kotenwalang
LokasiJl. Klobaumang No. 02, Koten, Tanjung Bunga Larantuka, Flores Timur
Jumlah anggota/umat2.897
Situs webhttp://Kotenwalang.blogspot.com/
Sejarah
Didirikan20 Oktober 2016
DedikasiSt. Paulus dari Salib
Administrasi
KeuskupanKeuskupan Larantuka
Klerus
Jumlah Imam2
Imam yang bertugasPastor Patrisius Dua Witin, CP
Imam rekanPastor Makarius Dala Koli, CP
Parokial
Stasi05

Letak Geografis

[sunting | sunting sumber]

Paroki Kotenwalang terbentuk dari hasil pemekaran paroki Waiklibang sebagai paroki Induk. Hamparan wilayah paroki Kotenwalang di bagian Barat berbatasan dengan paroki Riangpuho, Di sebelah Timur berbatasan dengan paroki Belogili, bagian Selatan berbatasan dengan paroki Waiklibang dan bagian Utara berbatasan dengan laut Flores.Terletak antara 124ᵒ Bujur Timur dan 122ᵒ Bujur Barat atau 1,5ᵒ Lintang Utara dan 2,5ᵒ Lintang Selatan. Posisi yang kurang menguntungkan karena letaknya di bawah garis Khatolistiwa yang akan berdampak pada minimnya curah hujan sehingga petani seringkali mengalami gagal panen. Meskipun demikian lingkungan hidup yang masih sangat alami memberi nuansa baru terutama keindahan di sepanjang pantai wilayah Kotenwalang yang diapiti oleh 3 tanjung yakni Tanjung Bunga, Tanjung Horung dan Tanjung Kopong Dei. Kotenwalang memiliki 4 teluk yang indah dan alami, yakni Blou yang ada di Tone, Aluk ada di Basira, Tlakang Bolak ada di Koten dan Nubik ada di Lewokoli. Kawasan ini berhadapan langsung dengan laut Flores di mana jalur ini merupakan jalur yang ramai dilalui oleh kapal- kapal dagang yang melintas dari wilayah Barat Indonesia menuju Indonesia Timur. Awal abad lima belas dan enam belas, kapal-kapal dagang dari Eropah ramai melintasi jalur ini untuk memburu rempah-rempah di Indonesia Timur dan diperkirakan bahwa misionaris perdana Fransiskus Xaverius, SJ juga melewati jalur ini menuju Maluku.

Nama “Kotenwalang“ berasal dari bahasa Lamaholot yang terdiri dari dua suku kata yaitu “koten atau kotẽ” yang artinya kepala dan “walang” artinya lumpur/ tempat kubangan babi. Jadi Kotenwalang artinya kepala berlumpur atau kepala manusia yang penuh dengan lumpur, seolah-olah barusan keluar dari kubangan babi. Nama Kotenwalang untuk mengingat dua kampung besar di wilayah pantai utara Flores Timur namanya Koten dan Walang. Wilayah ini menempati posisi terjauh di ujung Timur Pulau Flores dan letaknya tepat di kepala Pulau Flores. Beberapa nara sumber di Koten belum memberikan jawaban yang tepat mengenai alasan pemberian nama Koten. Apakah karena Koten menempati posisi di kepala pulau Flores maka diberi nama Koten? Juga ini bukan merupakan sebuah jawaban, kata seorang nara sumber di Kotenwalang. Tetapi bagi saya, pemberian nama Koten adalah unik. Pertama, tepat berada pada posisi kepala Pulau Flores yang sepadan dengan arti katanya. Kedua, Di tengah maraknya pemberlakuan struktur suku di Flores Timur yaitu “Koten- Kelen- Hurit- Maran” di mana posisi suku Koten sebagai suku raja tuan, pemegang kepala dalam ritual adat, justru muncul satu-satunya nama “Koten” sebagai nama tempat di seluruh daratan Flores Timur termasuk Adonara, Solor, dan Lembata. Uniknya karena menempati posisi kepala pulau Flores yang paralel dengan pemberlakuan ritual adat dalam “Koten- Kelen- Hurit- Maran”. Tentang ini, diperlukan sebuah penelitian yang lebih mendalam.

Berdirinya Paroki Kotenwalang adalah wewenang pimpinan gereja lokal Keuskupan Larantuka yakni Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Pr sesuai dengan ketentuan Kan. 515 § 1. Bahkan memiliki wewenang untuk meniadakan dan mengubah sebuah paroki Kan. 515 § 2. Juga berdasarkan Dekrit Konsili Vatikan II “ Christus Dominus” tentang tugas kegembalaan para Uskup No 32 mengenai pendirian dan peniadaan paroki-paroki. Maka Yang Mulia bapak Uskup Larantuka mengeluarkan SK . No. KL.163/V.3/VII/2015 untuk menempatkan P. Patrisius Dua Witin, CP agar berdomisili di Pastoran Waiklibang selama satu tahun dalam rangka persiapan paroki baru Kotenwalang.[1] Setelah satu tahun persiapan, pada tanggal 20 Oktober 2016, yang mulia bapak Uskup Larantuka mengeluarkan SK. No. KL 262/V.3/X/2016 tentang pendirian secara Kanonis Paroki St. Paul us Dari Salib Kotenwalang. Pada saat yang sama Bapak Uskup Larantuka mengeluarkan SK. No. KL 267/V.3/X/2016 mengangkat dan melantik P. Patrisius Dua Witin, CP sebagai Pastor Paroki yang pertama di Paroki Kotenwalang. Sejak itu Kotenwalang resmi menjadi sebuah Paroki dengan pelindung “St. Paulus dari Salib”.[2]

1. Stasi St. Paulus dari Salib Koten Stasi Koten[3] menempati posisi penting dan strategis. Penting karena menjadi stasi pusat paroki dan strategis karena letaknya di tengah-tengah stasi yang lain. Stasi Koten mengambil nama pelindungnya St. Paulus dari Salib sama dengan pelindung Paroki dengan maksud perayaan Ulang tahun pelindung Stasi bersamaan dengan Hari Ulang Tahun Paroki. Stasi Koten memiliki 6 Komunitas Basis Gerejani (KBG) yaitu.

2. Stasi St. Patrisius Lewokoli

Santu Patrisius itulah nama pelindung stasi Lewokoli. Lewokoli, desa Aransina[4] menjadi pintu gerbang masuk Paroki Kotenwalang. Memiliki 7 Komunitas Basis Gerejani dengan jumlah umat terbesar nomor kedua setelah Stasi St. Petrus Basira.

3. Stasi St. Daniel Kolotobo

Kolotobo[5] dalam bahasa Lamaholot artinya: Lebih dahulu duduk. Merekalah yang pertama menduduki tempat ini. Stasi Kolotobo dengan nama pelindungnya "St. Daniel". Daniel untuk mengenang nama seorang ketua umat tertua di Kolotobo namanya Daniel Dalu Belaja. Stasi Kolotobo memiliki 5 KBG. Pengurus Stasi Kolotobo sebagai berikut: Ketua Dewan Stasi Agustinus Kian Koten, Sekretaris: Lambertus Lame Belaja, dan Bendahara: Thomas Toni Belaja.

4. Stasi St. Petrus Basira

5. Stasi St. Gabriel Pasionis Tone

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Templat:Paroki di Keuskupan Larantuka