Pembakaran buku
Bagian dari seri tentang |
Sensor |
---|
Pada media |
Melarang buku-buku · Film yang dilarang Penyuntingan kembali film · Internet · Musik Pers · Radio · Berpikir Berbicara dan berekspresi Permainan video |
Metode |
Bunyi bip · Pembakaran buku Siaran tunda · Efek pedingin Konspirasi hening Perangkat lunak pengawasan isi Eufemisme · Penghilangan bagian buku Pembungkaman · Pengejek Rongga memori · Pencurian surat kabar Pengaburan · Pos · Pengekangan Revisionisme · Penyensoran diri Bahasa sandi · Gugatan Strategis Penyerangan lisan · Pembersihan |
Konteks |
Koporasi · Politik · Kepercayaan Ideologis · Pembicaraan jahat Pembicaraan kebencian · Media bias Penekanan dari perbedaan pendapat |
Menurut negara |
Penyensoran · Kebebasan berbicara |
Pembakaran buku, biblioklasme atau librisida adalah tindakan memusnahkan, kadang secara seremonial, buku atau media tulisan lainnya. Pada masa modern, bentuk media lainnya, misalnya rekaman fonograf, kaset video, atau CD juga telah secara seremonial dibakar, dihancurkan, atau dimusnahkan. Tindakan ini biasanya dilakukan di depan umum, dan sering didasari atas motif moral, keagamaan, atau politik.
Beberapa peristiwa pembakaran buku sangat diingat - karena buku-buku yang dihancurkan tidak dapat tergantikan dan hilangnya buku-buku itu menimbulkan kerusakan berat terhadap warisan budaya, dan karenanya pembakaran buku telah menjadi ciri dari rezim yang kejam dan menindas. Beberapa peristiwa pembakaran buku antara lain pemusnahan Perpustakaan Iskandariyah, pemusnahan Perpustakaan Baghdad, pembakaran buku dan pembantaian cendekiawan pada masa Dinasti Qin di Cina, pemusnahan Naskah kuno Maya oleh penakluk dan pendeta Spanyol, pembakaran buku Nazi, pembakaran rekaman Beatles, dan pemusnahan Perpustakaan nasional Sarajevo.
Budaya populer
[sunting | sunting sumber]- Penulis berkebangsaan Jerman, Heinrich Heine, dalam sandiwaranya yang berjudul Almansor tahun 1821, merujuk pembakaran Al-Quran pada masa Inkuisisi Spanyol dalam sebuah kutipan populer tenang pembakaran buku, "di mana mereka membakar buku, mereka akhirnya juga akan membakar manusia." ("Dort, wo man Bücher verbrennt, verbrennt man auch am Ende Menschen."). Lebih dari seabad kemudian, buku-buku Heine termasuk ke dalam ribuan buku yang dibakar oleh Nazi, meskipun puisinya yang berjudul Die Lorelei terus dicetak ulang dalam buku-buku sekolah Jerman sebagai karya awanama. Rezim Nazi kemudian melakukan tindakan genosida budaya lebih besar, hanya beberapa tahun setelah membakar buku Heine, Nazi melakukan Holokaus.
- Seri buku berjudul Mortal Engines Quartet oleh Philip Reeve akan membakar oleh situs web Kiwi Farms.[1]
Lihat juga
[sunting | sunting sumber]Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- "On Book Burnings and Book Burners: Reflections on the Power (and Powerlessness) of Ideas" by Hans J. Hillerbrand
- "Burning books" by Haig A. Bosmajian
- "Bannings and burnings in history" - Book and Periodical Council (Canada) Diarsipkan 2011-07-06 di Wayback Machine.
- "The books have been burning: timeline" by Daniel Schwartz, CBC News. Updated Sept. 10, 2010