Pertempuran Genter
Pemberontakan Ken Arok | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Kerajaan Tumapel | Kerajaan Kadiri | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Ken Arok |
Kertajaya Mahisa Walungan Gubar Baleman | ||||||
Korban | |||||||
Kertajaya † Mahisa Walungan † Gubar Baleman † |
Pemberontakan Ken Arok, juga dikenal sebagai Pertempuran Ganter, adalah sebuah pertikaian militer yang terjadi antara dua penguasa Jawa rival pada awal abad ke-13. Pertempuran tersebut kemudian dimenangkan oleh Ken Angrok. Pertempuran tersebut mengukuhkan kekuasaan Ken Arok atas Jawa Timur, dan pendirian pemerintahan baru yaitu dinasti Rajasa.[1]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Dari abad ke 8 hingga 12, pulau Jawa diperintah oleh sejumlah raja dan keluarga bangsawan. Di bagian timur pulau Jawa, negara-negara feodal yang berpusat pada pertanian (yaitu penguasa Wangsa Sanjaya dan Kerajaan Kadiri) secara berangsur-angsur memperebutkan tanah yang subur untuk berocok tanam, khususnya padi. Pada awal abad ke-13, para penguasa ini ditantang oleh munculnya kekuatan politik baru di wilayah tersebut.[2] Kekuatan baru ini adalah Ken Arok, seorang Akuwu (setara camat pada zaman sekarang) yang berupaya meningkatkan kekuasaan dan kekuatan politiknya; kemudian cerita rakyat Jawa yang mengelilingi sosok itu melambungkan nama Ken Arok yang memiliki ambisi yang besar.[3]
Awal mulanya, Ken Arok adalah seorang berandalan yang menjadi pengawal Tunggul Ametung, seorang akuwu di Tumapel yang saat itu daerahnya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kadiri. Setelah serangkaian intrik pada akhirnya Tunggul Ametung dibunuh oleh Ken Arok dengan keris yang dibuat Mpu Gandring, Ken Arok kemudian mengambil alih jabatan akuwu di Tumapel. Beberapa sumber menyebutkan bahwa Ken Arok telah mengatur aksi pembunuhan terhadap Tunggul Ametung.[3][4]
Latar belakang
[sunting | sunting sumber]Setelah menggantikan Tunggul Ametung sebagai akuwu Tumapel, pada tahun 1221 terjadi perselisihan antara raja Kadiri, Kertajaya, dengan kaum Brahmana. Dikisahkan di akhir masa pemerintahannya kestabilan Kerajaan Kadiri mulai menurun. Kondisi ini karena raja bermaksud mengurangi hak-hak kaum Brahmana. Sang prabu menyatakan ingin disembah sebagai dewa. Permintaan Prabu Dandhang Gendis ini tentunya mendapatkan perlawanan dari para pendeta dan kaum Brahmana Hindu maupun Buddha. Meskipun Prabu Dandhang Gendis unjuk kesaktiannya dengan cara duduk bersila di atas sebatang tombak tajam yang berdiri. Beberapa orang yang tak mengakui kedewaan Kertajaya terpaksa disiksa dengan kejam hingga akhirnya mati. Sementara bagi yang mengakui kedewaannya akan dibebaskan dari segala hukuman dan diberikan kedudukan terhormat.
Kaum Brahmana dan para pendeta yang ketakutan mereka memilih melarikan diri, dan oleh sebab etika dan keserakahannya itu membuat Kertajaya terus mendapat penolakan dari para kaum brahmana. Para kaum Brahmana memilih meninggalkan ibu Kota Kerajaan Kadiri. Mereka menyingkir sambil terus berdakwah akan kesesatan Kertajaya, kepada seluruh rakyat kerajaan yang ditemuinya. Kaum Brahmana dan para pendeta meminta perlindungan dari wilayah Tumapel (Malang) untuk mencari perlindungan kepada Ken Arok. Dengan adanya kesempatan itu dan didukung oleh para Brahmana, Ken Arok mulai menyusun kekuatan militer dan politiknya untuk memberontak terhadap Kerajaan Kadiri dan mendeklarasikan Tumapel sebagai kerajaan yang merdeka dan lepas dari Kerajaan Kadiri.
Pertempuran
[sunting | sunting sumber]Puncak pertempuran antara pasukan Tumapel dan Panjalu/Kadiri terjadi pada tahun 1222. Ken Angrok memimpin pasukan Tumapel untuk menyerang Kadiri, mereka dihadang oleh pasukan Kadiri yang dipimpin oleh raja Kertajaya di tempat yang disebut Genter (juga disebut sebagai Ganter sekarang dusun Ganten) di sekitar daerah Kadiri bagian timur. Dalam pertempuran itu, para panglima perang pasukan Kadiri yaitu Mahisa Walungan adik dari Kertajaya dan Gubar Baleman tewas di tangan Ken Arok. Kertajaya sendiri melarikan diri dan terbunuh, sehingga menyebabkan kekalahan pasukan Kadiri serta keruntuhan dan sekaligus mengakhiri riwayat dari Kerajaan Kadiri.
Akibat
[sunting | sunting sumber]Hasil pertempuran Tumapel melawan Kadiri yang terjadi di Ganter, menandai berakhirnya Kerajaan Kadiri di bawah kekuasaan Kertajaya. Di pihak Tumapel, kemenangan pasukannya di Ganter menjadikan Ken Arok untuk membangun basis kerajaannya sendiri yaitu Kerajaan Tumapel; garis keturunan ini di kemudian hari menjadi Wangsa Rajasa, yang memerintah Kerajaan Tumapel hingga Kerajaan Majapahit.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Ooi, Keat Gin (2004). Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor (dalam bahasa Inggris). ABC-CLIO. ISBN 9781576077702.
- ^ Komandoko, Gamal (2010). Student and General Encyclopedias . Widyatama Library. ISBN 9789796103713.
- ^ a b Kingdom, Majapahit. "Majapahit Story : The History Of Rajasa Dinasty". www.eastjava.com. Diakses tanggal 2018-11-06.
- ^ "Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, From Angkor Wat to East Timor (3 Volume Set)" by Keat Ooi. ISBN 1576077705