Pembicaraan:Penggunaan istilah Cina, China, dan Tiongkok
Bagian baruIni adalah halaman pembicaraan untuk diskusi terkait perbaikan pada pengalihan Penggunaan istilah Cina, China, dan Tiongkok. Halaman ini bukanlah sebuah forum untuk diskusi umum tentang subjek artikel. |
|||
| Kebijakan artikel
|
||
Cari sumber: "Penggunaan istilah Cina, China, dan Tiongkok" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · HighBeam · JSTOR · gambar bebas · sumber berita bebas · The Wikipedia Library · Referensi WP |
Judul sudah tepat, pengalihan harus konsensus dulu, tanya sama yang bikin :p
Catatan
[sunting sumber]- Setelah 10 jam riset dan baca kedua belah pihak atau ketiga belah pihak didapatkan kesimpulan:
- Istilah Cina duluan ada, dilanjutkan dengan kompromi politik (kemerdekaan), dan kompromi diplomatik dengan RRT (kini).
- Secara pribadi saya pikir RRT keukeuh menggunakan Tiongkok karena istilahnya bersangkutan dengan Taiwan. Kalau nama Tiongkok jadi nama Taiwan yang Cina akan jadi Tiongkok dan secara penamaan menjadi bagian RRT/T, dilihat dari konvensi penamaan awal pemisahannya.
- Istilah Cina duluan ada, dilanjutkan dengan kompromi politik (kemerdekaan), dan kompromi diplomatik dengan RRT (kini).
- PENTING: tidak sama dengan wikipedia en yang secara akademis sudah di blacklist jadi pedoman. Wikipedia id justru "memancing diskusi" dan dijadikan pedoman. Jadi hati-hati dengan konvensi penamaan (lihat pranala luar).
- Sekarang ogut mo nyalon dulu sambil tertidur lelap di meja SPA. Serenity 03:19, 18 Februari 2008 (UTC)
- Komen:
- Pakai tag {{inuse}} lain kali.
- Oh iya itu dia tagnya..
- Sejak kapan memindahkan artikel yang tidak diberi tag "inuse" perlu ijin "pemilik"? lebih-lebih konsensus/voting. Idih.
- Sejak itu artikel jelas-jelas sedang dikerjain :p idih balik
- Judul tidak tepat, seharusnya sebelum kata "dan" pakai tanda koma, dan yang lebih tepat adalah kata "atau"
- Ndak tuh, pemakaian tanda koma sebelum dan tidak diharuskan tetapi hukumnya boleh dipakai atau boleh tidak dipakai (at least Amrik style). – komentar tanpa tanda tangan oleh Serenity (b • k).
- "awas dialihin lagi" -> moga-moga ini becanda, ndak lucu tiba-tiba kalau kamu dateng trus aku diberondong jagung, Ser.
- Lihat #1 - lagipula memang judul kamu tepat Ben? Di paragraf awal kan jelas Indonesia, gue belum lihat artikel elo yang udah jadi sih yang satunya lagi so belum bisa menyambungkan apakah ini artikel lingkup dunia atau lingkup Indo.
(-_-)V bennylin 404 06:37, 18 Februari 2008 (UTC)
Opini
[sunting sumber]Dari halaman utama saya pindahkan ke sini
- Kata Tiongkok sendiri jelas sulit diaplikasikan merata pada segala bidang karena istilah Cina sudah ada lebih dahulu di Indonesia dan digunakan untuk menamakan tempat, kutipan, nama ilmiah tanaman, judul-judul buku yang sudah beredar, dan kebudayaan. Contohnya "Pecinan", "pacar cina" (tumbuhan), "Lebaran Cina" (penamaan perayaan Imlek oleh masyarakat Betawi), "Laut Cina Selatan", atau "Geger Pacinan" (pemberontakan di Yogyakarta) tidak bisa diganti dengan "Petiongkokan" atau "Pacar Tionghoa" karena merupakan nama yang sudah ada terlebih dahulu.
- Komentar:
- apa maksudnya "menamakan ... kebudayaan"? Kebudayaan
CInaTionghoa?
- apa maksudnya "menamakan ... kebudayaan"? Kebudayaan
- Lah lebaran Cina? itu bukan kebudayaan? Liong? bukan kebudayaan? Apa dong namanya? Angpaw bukan budaya? Aneh... – komentar tanpa tanda tangan oleh Serenity (b • k).
- Saya tidak pernah dengar orang yang mau merubah Pecinan->Petiongkokkan atau pacar cina->pacar tionghoa (kayaknya orang itu pakai fungsi "Replace All" pada Microsoft Word). NOnsens. Jelas-jelas mereka merupakan makna denotasi (contoh, tidak bisa digunakan dalam kalimat: "Dasar petai cino@#$%")
- Oh iya petai cina - itu juga bagus buat contoh.
- Usulan kembalinya ke istilah "Tiongkok" dan "Tionghoa" tidak pernah dipaksakan, semuanya secara sukarela, karena melihat bahwa walaupun tidak senegatif dulu, namun masalah ini memiliki "POTENSIAL" negatif. Berbeda dengan istilah Tiongkok-Tionghoa yang tidak memiliki konotasi negatif (contoh, tidak bisa digunakan untuk memaki: "Dasar Tionghoa!#%&")
- Sejarah tidak bisa dirubah, tetapi masa depan bisa. Tidak pernah ada upaya untuk mengganti sejarah, yang ada hanya upaya untuk menghentikan kesalahan masa lampau (membatalkan keputusan-keputusan rasialis) dan mengajarkan istilah yang benar kepada generasi seterusnya.
Bagi teman-teman yang percaya kalau gambar perempuan tanpa busana, siapapun penciptanya, entah Rembrandt, Michaelangelo, ataupun Playboy, haruslah dibatasi aksesnya (atau malah dibredel), dan bahwa "Idealnya" setiap perempuan harus tertutup auratnya dari kepala sampai ke kaki, tentu saja di alam Indonesia yang "katanya" demokratis ini hal tersebut tidak bisa dipaksakan. Masak mau setiap rumah dipasangi monitor untuk mengawasi gerak-gerik setiap orang (a la 1984), atau setiap gambar seperti itu yang telah tercetak harus dibakar, dihancurkan, dimusnahkan? Lalu mana dulu yang ada? Wanita tanpa busana atau anak perempuan yang lahir tiba-tiba pakai baju kebaya? Apa artinya setiap orang yang melihat seorang wanita tanpa busana otomatis moralnya rusak? Akhlaknya tercela? Berdosa? Berzina? Intinya sama, kedua-duanya, baik kata "Cina", maupun "gambar wanita tanpa busana" pada dasarnya netral. Yang salah adalah pemakaiannya, atau lebih tepatnya potensi mereka yang rawan digunakan untuk hal-hal negatif (menghina vs. merusak moral). Alangkah indahnya kalau pada setiap kesempatan umum setiap wanita berpakaian rapi dan sopan, dan setiap orang menggunakan istilah Tiongkok dan Tionghoa. Awas kalau tidak ! (-_-)V bennylin 404 07:24, 18 Februari 2008 (UTC)
- [NYEMPIL]"Atas Nama HAM dan Kebebasan, Izinkan Aku Telanjang" :p --BlackKnight (kirim pesan) 12:23, 18 Februari 2008 (UTC)
- He? I think you could use a drink. I'm afraid what you just said is irrelevant <-- is this even a word and full of it! *cheers* – komentar tanpa tanda tangan oleh Serenity (b • k).
- Cuma analogi, merujuk pada pembicaraan di Lukisan Rembrandt. (-_-)V bennylin 404 12:12, 18 Februari 2008 (UTC)
- Eh, tapi ada yang mau mengubah nama kerajaan Cina di Sulawesi jadi kerajaan Tiongkok. Padahal tidak ada hubungannya :p --Gombang 11:20, 18 Februari 2008 (UTC)
- Ngga pernah dipaksakan untuk yang lain mungkin iya, but it sounds really weird coming from you. You change all the terms even inside the president's speech - A U.S. President Speech on 18th or 17th century - to Tionghoa! Kalau bukan maksa supaya jadi sama semua gue ngga tau apa lagi nyebutnya. Thanks to you though, sejarahnya jadi "jelas". Jelas siapa yang maksa dan jelas siapa yang memaparkan maksudnyah :p Serenity 11:55, 18 Februari 2008 (UTC)
- Huahaha, sejak kapan presiden AS ngomong Indonesia. Jelas banget salahnya. Kalaupun saya merubahnya (kasih pranala tetapnya dong), itu berarti saya cuma mengubah tERJEMAHANNYa. Apa isi pidatonya berubah? Yang namanya maksa itu "ngeyel" atau mereversi balik berulang-ulang. Rasanya saya tidak pernah tuh. Perlu dicek lagi tuh definisinya. (-_-)V bennylin 404 12:12, 18 Februari 2008 (UTC)
Renungan
[sunting sumber]Setelah riset sampe sakit mata, honestly, that is serious shit happening back there in the 60s. Kita bisa aja terus dijajah Cina dan jadi komunis loh. I mean it was that close though. Trus stelah baca beberapa opini, walaupun peraturan yang kontroversial itu jelas reseh tapi it was made based on fear -- ketakutan bahwa kalo kita hidup berdampingan, would you stab us in the back because you are chinese? Sampai sekarang pun (menurut gue) petisi-petisi yang ingin menamakannya berbeda kalaupun jebol terus jadi apa? Cuman jadi membedakan kan? Elo sih tinggal jauh di Amerika Ben (udah dari taun berapa?), perhaps don't give a "whatever" to what happens here, tapi teman-temen gue (yang rata-rata cina <-- ini mereka loh yang mau dipanggil cina, gue tanya sopan mereka mau dipanggil apa katanya "emang ngaruh?" and I like 'em for that) just want to get along... Serenity 12:25, 18 Februari 2008 (UTC)
- Jangan dibawa sampai level pribadi. Saya rasa sudah jelas dari keaktifan saya dan kecintaan saya kepada bahasa Indonesia negara mana yang saya pilih.
- "that
iswas serious shit happening back there in the 60s. Kita bisa aja terus dijajah Cina dan jadi komunis loh" Tiongkok tidak pernah menjajah, paling-paling kalau jaman dulu Majapahit (klo ndak salah) hampir jadi "vassal state", yang beda dengan imperialisme a la Jepang ataupun Inggris. Saya yakin beberapa orang tidak merasa apa-apa kalau yang menjajah Amerika Serikat. Tiongkok sekarang tetap komunis dan pertumbuhan ekonominya seperti "naga bangun tidur". Siapa yang tidak mau menjadi seperti Tiongkok sekarang?
- Cina sekarang? Ini Cina yang mana dulu nih Taiwan (OK), Hong Kong (somewhat OK) - budayanya udah solid lah kebarat-baratan etc walaupun saat gabung dgn mainland jadi banyak yang "hijrah" so mereka harus kayak penyesuaian lagi dengan "hijrahannya" ini, mainland (OMG I saw two girls dari sana waktu kumpul di Washington) satu dari Shang Hai dan satu lagi dari Guong Zhou. Elo tau anak cuman boleh satu disana? Kepala kampungnya keliling dan kalau ketauan hamil harus aborsi! Satu satunya cara supaya anak lo dua adalah kalo elo anak tunggal (suami) dan istri lo anak tunggal jugak. Terus temen gue satu lagi karena sakit-sakitan mulu diputusin sama pacarnya karena, "Sorry, I love you but we only have one shot - *LoL*"
- [OOT] Yang masih commie. TW dan HK kan bukan commie. "Satu negara dua sistem", "Sistem tiga kaki", "Ekonomi bebas terkontrol", pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia selama dasawarsa terakhir. Secara ekonomi maksudnya.
Hmm, karena elo nyebut Tiongkok, apakah Tiongkok ngga masuk Taiwan? RI (resmi) hati-hati banget loh kalo nyebut Tiongkok, karena ada "niat" politis didalamnya. Untuk yang ngga tau bawaannya marah dan emosi membabi-buta, padahal bukan negaranya - coba dipertimbangkan dulu yang benar. Serenity 12:58, 18 Februari 2008 (UTC)
- Saya mikir Soeharto, kalau pakai ungkapan bahasa Inggris, "he did what he had to do". Layaknya Deng pada tahun 1989, atau contoh-contoh yang lain. Memangnya saya tidak tahu kalau golongan yang "cuek bebek" itu banyak? Ya tentu aja tahu lah.
- Sekali lagi, masalah preferensi pribadi masing-masing, I don't give a "whatever", cuma kepedulian saya dari segi kebahasaan serta standardisasi saja. Serta pemakaiannya di media massa. Serta di Wikipedia. Serta di milis. Serta-merta.
- Iya mangkanya gue tulis Tiongkok itu ngga bisa dipakai secara rata, lagi pula yang tabrak lari begitu kan disini elo. – komentar tanpa tanda tangan oleh Serenity (b • k).
Referensi tidak jelas
[sunting sumber]Saya tidak setuju dengan beberapa referensi yang digunakan karena referensi tersebut tidak lebih dari sekadar opini.
Saya lihat ada sebuah tulisan dari milis yang dipakai sebagai referensi. Saya rasa hal tersebut tidak layak dicantumkan sebagai sumber, siapa saja bisa nulis sesuatu di milis, dan
- kemungkinan besar "anggota milis" tersebut bukan seorang ahli di bidang ini alias bukan siapa-siapa. Kalau mau baca, di milis yang sama terdapat tulisan salah satu dari wikipediawan kita sendiri, yang lebih dapat dipertanggungjawabkan tulisannya (http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/10449).
- Selain itu ada pula rujukan ini yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan seperti:
- Siapakah Ahala Qin dan Ahala Tang yang dimaksud?
- "Kata Cina berasal dari nama Ahala Qin (baca Ch'in)" Dari mana sumbernya? Asbun?
- "Teks-teks semi klasik di Cina sendiri sempat menggunakan istilah Zhina." [butuh rujukan] plis
- "Konon, salah satu alasannya adalah Dinasti dan Kaisar Qin, karena kelalimannya, telah meninggalkan jejak penuh darah dalam sejarah Cina." Riset atau hasil ngerumpi?
- Terlebih dari itu, siapakah itu A. Dahana, sang penulis? Sejauh mana kita dapat mempercayai tulisannya?
- Lihat [1] 82.234.140.19
Sekedar kopipas dari artikel lain di Internet tidak serta merta dapat berarti tag [butuh rujukan] dapat dihapus. Kalau demikian, orang bisa saja menulis di blognya sendiri sebagai bahan rujukan, bukan? (-_-)V bennylin 404 13:56, 18 Februari 2008 (UTC)
- Mas Rinto, biarin aja Benny kan
kalo soal ini udah rada sakit jiwa*LoL* gue seneng aja lihat dia uring-uringan. Makin ngaco ngomongnya makin bagus... *LoL* Karena jadi ketauan bahwa dia ngga ngebaca referensinya, atau sebaliknya begitu dia baca makin sadar dia kalo dia salah - ahahaha Benny-Benny!
- Mas Rinto, biarin aja Benny kan
- Terakhir yah Ben
- MILIS dimasukkan karena yang nulis adalah BENNY Yipee. Ini dimaksudkan bukan sebagai referensi, tapi memperkukuh tulisan sebelumnya. Tulisan (sebelumnya) sebenarnya adalah "Cina atau Tionghoa" sebuah editorial
di Kompas 19 Maret (tahun missing)dicetak oleh LP3S, nampaknya sebagai editorial (penanding) dari tulisan Leo Suryadinata sebelumnya - referensi: Budiman, Arief, ‘Cina atau Tionghoa’, in Leo Suryadinata (ed): Pemikiran Politis Etnis Tionghoa Indonesia 1900–2002, Jakarta, LP3ES ref [2] silahkan dibaca. - Nomor 2 dijawab terakhir (udah mulai senyum-senyum)
- Ahalanya ngga tau tapi Qin dan Tang merujuk pada dinasti.
- Qin berasal dari dinasti awal yang mempersatukan Cina baca referensi 1 & 2 isinya kurang lebih sama. Untuk dinastinya sendiri (aneh ngga pernah baca sejarah Cina yah?) silahkan baca Larry Gonnick, Riwayat Peradaban Jilid II: Dari Berseminya Cina hingga rontoknya Romawi KPG ISBN 979-91-0054-2 Referensi
- Menurut riset Leo Suryadinata, referensinya ada kok nomor satu -
buta ya? - Refensi buku yang sama dengan diatas (yang pake gambar buat yang ngga bisa baca) tahunnya sekitar 241SM - ayah tirinya dibunuh, (potongan) kepalanya dipajang diatas tali jemuran, ibunya diasingkan, dan Raja mengubur hidup-hidup seluruh musuh keluarga ibunya. Ini baru yang keluarga, belum yang beda "aliran agamanya". Total jumlah korbannya FANTASTIK (persisnya silahkan cari sendiri). Kalo tanya gue sih, ngga bisa disebut alim.
- Maksud kamu Prof. Dr. Abdullah Dahana? (ketawa keras sekali) - pada akhir tulisan referensi 1 ada tulisan Tulisan ini merupakan bagian dari buku Bunga Rampai Studi Cina yang akan segera terbit silahkan beli bukunya. Dan sarang gue Ben... BACA!!!!! makes you less emotional and less stupid.. kikikik Serenity 13:42, 19 Februari 2008 (UTC)
- Nah lihat siapa yang sebenarnya tidak bisa diskusi ("udah rada sakit jiwa", "buta ya"). Saya sih menulis santai saja, bener juga tidak dapat hadiah kok. Mengenai referensi milis yang saya maksud [3], memang topik awalnya saya yang mbuat, tapi kan yang dibuat referensi bukan tulisan saya itu. Bagaimana sih situ?
- Sedangkan bagian tulisan yang dimaksud yang menggunakan referensi tersebut adalah
Dalam bahasa Jawa digunakan "Cino" atau "Cinten" dan "Wong Cino" (merujuk pada orangnya) dalam pemakaian umum tanpa ada maksud menghina
- Saya sih setuju aja bahwa itu tidak menghina, tapi kalau sumbernya hanya surat elektronik yang dikirim ke milis, tentu aja ndak pantas toh? Berhubung referensi tersebut, seperti Anda bilang, hanya dipakai sebagai penguat, maka solusinya cukup saja dihapus atau dicarikan sumber penguat lain yang lebih layak. Saya kutip referensi yang dimaksud:
Betul, Pak Danar, saya yang masa kecilnya hidup di Solo, tidak pernah merasa tersinggung saat dipanggil Cino, tapi menjadi sangat marah saat orba dng sengaja mempopulerkan kata Cina untuk mengganti kata Tionghoa. Bahasa memang unik, hanya beda satu huruf, kandungan sosialnya sudah sedemikian jauh.
Salam,
----- Original Message ----- From: RM Danardono HADINOTO To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Sunday, October 28, 2007 8:27 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia ==...
itu memang saya yang mulai, trus mengapa? Apa saya tidak tahu kalau suatu hari nanti bakal ada wikipediawan yang membacanya? wong namanya juga milis umum kok.
Pak Irawan, penggunaan kata Cina oleh Sindhunata memang sudah di akordir dengan pihak Angkatan Darat dan seluruh jajaran orde baru, untuk meraih posisi anak emas. Ini dilakukan oleh seluruh groupnya di CSIS, dengan pemain2 utamanya, Harry Tjan dan the Wanandi boys..
Arif Budiman, yang awalnya juga jagoan orde baru, mempunyai kesadaran politis yang lain dan lebih ber-naluri kebangsaan, menurut pengamatan saya pribadi.
Bagi kami, komunitas Jawa, kata Wong Cino, sama isinya dengan Wong Londo (orang Belanda), wong Padang, Wong mBatak, Wong Meduro dan in general, Wong Sabrang (semua yang berasal dari luar Jawa). Kata ini TIDAK mengandung arti merendahkan, sekadar membatasi lingkar budaya, they are all not Javanese.
Tetapi masyarakat lain, mungkin mempunyai nilai lain, dan saya tahu, banyak yang menggunakan kata ini untuk merendahkan.
Sudah waktunya kita tak memakai kata ini, walau Sindhunata seribu kali mengatakan ini adalah kata yang OK. We are Indonesians, that's it!
Salam nasional
Danardono
- Saya cukup melek sejarah. Trims buat peletjehannya.
- Aduh, beribu-ribu maaf, saya tidak melihat kata YANG AKAN SEGERA TERBIT yang ditulis dengan kecil-kecil. Sudah saya coba google buku itu, tapi tanpa hasil apa pun.
(-_-)V bennylin 404 13:41, 19 Februari 2008 (UTC)
- Dicoret juga tidak ada gunanya -_- The harm is done. Tapi memang kalau sudah sifat ya tidak bisa dirubah. Yang bisa dilakukan paling adalah Pemblokiran komunitas. (-_-)V bennylin 404 14:05, 19 Februari 2008 (UTC)
Yeah, I've tried one of those before. Didn't really work here.. Serenity 14:12, 19 Februari 2008 (UTC)
- Anda terlalu menanggapi secara personal, semua tulisan saya tidak menyerang pribadi, hanya menyerang sumber-sumber yang digunakan. Jangan terlalu obsesif terhadap topik/artikel ini, pendapat saya yang buta dan agak gila ini. Tidak ada rencana saya untuk mengadukan serangan-serangan pribadi tersebut, seperti kata kebijakan tersebut, serangan pribadi sebaiknya diacuhkan saja. (-_-)V bennylin 404 14:18, 19 Februari 2008 (UTC)
Lepaskan prasangka dan ideologi
[sunting sumber]Hm, kalau ditanya apakah saya harus setuju penggunaan kata yang mana, setuju dengan Mbak Seren atau Bung Benny, saya setuju semua. Cuman, hemat saya, jangan sampai terjebak dengan politisir zaman dulu. Walaupun saya percaya masih ada di antara kita yang menjadi bagian dari sejarah tadi, namun sebenarnya adalah lebih baik bila kita berusaha untuk menormalisir politisir tidak sehat di zaman lalu.
Seperti apa yang sering saya kumandangkan sejak beberapa tahun lalu, Cina dan Tiongkok adalah sama derajatnya sebelum ada yang menambahkan label kepadanya. Pihak yang berusaha meninggikan derajat kata yang satu, sebenarnya tak ada bedanya dengan pihak lainnya yang merendahkan makna kata lainnya. Kita yang hidup di zaman ini sudah sewajibnya menetralkan kembali penggunaan kata-kata tadi. Ini saja himbauan saya. Terima kasih. Rinto Jiang 14:18, 18 Februari 2008 (UTC)
NB. Namun saya mendukung adu pendapat di sini, yang melambangkan kita itu bukan bangsa yang bisanya cuman "musyawarah mufakat" melulu. Cuman yah jangan sampai jadi debat kusir berkepanjangan.
Kategorisasi
[sunting sumber]Terlepas dari perdebatannya, artikel ini kategorinya apa ya? •• ivanlanin ♫ 17:31, 15 Maret 2008 (UTC)
My two cents?
[sunting sumber]In Western literature, esepcially Dutch, German and English "China" is prevalent to the point of total non-contention between China and Tionghoa. Come Chinese may feel illogically offended at the Indonesianisation of the DUTCH-French Chinois or China. Furthermore Tionghoa is completely Hokkien biased- elevating the language status of a very small minority language above the official Mandarin.
Why the offense exists is beyond reason since 1.3 billion Chinese on the mainland do not seem to have a problem happily addressing themselves as CHinese, speaking/eating/dreaming Chinese things and residing in China- with its' Great Wall of China. No one travels to Shanghai "Tionghoa" they go to Shanghai in China! Have you heard the Thai people kicking up a fuss and flying off the handle simply because a homonym for faeces happens to be coincidentally "Tai" in Indonesian? Do black peopple get offended when they see "Coon" brand cheese (a common Irish surname) in Australia? No- of course not! This is silly. Hokkien community oversensitivites (note- itself a linguistic and cultural minority within the Mandarin Han/Wu dominated mainland) is thus not only arbitrary, totally one-sided and trite- it borders on the comical because of its total irrationality and non-logic. Maybe as a bule I should get offended since Indonesians call me an orang Barat- like half of the English word orang-utang? Let's all grow up.
- From communication perspective it's a black campaign ;-) and you should sign your two, three cents, or even one dollar so people can confirm and contact you if you have a good will to comment ...Wikipedia:Warung_Kopi_(Usulan)/Arsip/2008#Penggunaan_Wikipedia_sebagai_media_propaganda_oleh_pihak_tertentu * Serenity (bicara)
Penggunaan istilah Cina dalam bahasa Melayu
[sunting sumber]Setelah mencari-cari di Malay Concordance Project, ternyata dalam bahasa Melayu istilah Cina paling tidak sudah digunakan sejak sekitar abad ke-14 (dalam Hikayat Amir Hamzah). Just FYI, karena ini tergolong riset asli :) Gombang (bicara) 11:36, 14 Maret 2010 (UTC)
- Saya baca sumber Anda tapi yang Hikayat Amir Hamzah (AHmz) tersebut menggunakan "China" ([4])
AHmz 227:14 . itu dua belas ribu sahaya tebusan daripada Turki, China, Rom, Zanggi, Habsyi, Damsyik dan Hindi, sekaliannya mengenderai AHmz 457:31 ..... utusan itu, "Ya tuanku syah alam, bahawa Raja China Tatar ada beranak seorang perempuan, dinamainya tuan puteri itu . AHmz 457:37 ..... kepada dewasa usia tuan puteri itu, maka Raja China pun berbicaralah, katanya, "Siapa layak akan suami anakku ini, .. AHmz 471:11 dari negeri Kilan, maksudnya hendak pergi ke benua China. Maka berjalanlah ia dari sebuah negeri ke sebuah negeri; barang AHmz 475:7 .. ke pihak negeri Hitan, iaitu ikut jalan ke negeri China. Di sana nescaya bertemulah ia dengan Raja Nusyirwan. Jika ...... AHmz 584:25 .... ia mengenakan baju tujuh lapis daripada sutera China melembutkan pinggangnya; kemudian mengenakan ziarah Nabi Allah .. AHmz 663:8 .. Ismail alaihissalam, kemudian memakai baju sutera China delapan lapis akan melembutkan tubuhnya, dan memakai zirah Naib .
- Sedangkan "Hikayat Muhammad Hanafiah" yang sejaman dengan AHmz-lah yang menggunakan "C-ina".
MH1/17:317 ....... Ali: "Ya munajjim! Pada ketika ini, di benua Cina, apa-apa jadi dan pada Laut Muhit apa-apa jadi dan di benua ...... MH1/17:326 ........ dia pada segala negeri ini! Adapun di benua Cina: seribu rumah tertunu; bermula pada Laut Muhit berapa perahu ..... MH2/10:22 .... kepada raja Feringgi dan kedua surat kepada raja Cina, ketiga surat kepada raja Habsi, keempat surat kepada raja ....... MH2/11:132 ... Maka kata sulu itu: "Hamba datang ini dari benua Cina." Maka kata Muhammad Hanafiyyah: "Apa-apa pekerjaan raja Cina?" .. MH2/11:133 .. kata Muhammad Hanafiyyah: "Apa-apa pekerjaan raja Cina?" Maka kata sulu itu: "Adapun banyak laskar raja Cina akan bantu . MH2/11:134 ..... Maka kata sulu itu: "Adapun banyak laskar raja Cina akan bantu raja Yazid yang hadir itu lima laksa kuda semberani ... MH2/11:169 .. Maka kata Umar Ali: "Hambalah melawan laskar raja Cina!" Maka Ibrahim Astar pun bangkit pula seraya berkata: "Ya ........ MH2/13:3 .... Maka tatkala itu ada seorang hulubalang anak raja Cina, Hakan namanya, maka ia telah mengaku kepada Yazid, demikian ..... MH2/14:5 . Umar Ali pun berjalanlah pergi mengadang laskar raja Cina. Hatta beberapa lamanya di jalan, daripada suatu pangkalan datang MH2/14:7 .. pangkalan, maka bertemu sulu Umar Ali dengan laskar Cina itu. Maka sulu Umar Ali pun kembalilah beri tahu kepada Umar Ali, MH2/14:9 .. Ali, maka kata sulu itu: "Ya tuhanku! Adapun laskar Cina ini duduk kepada suatu tempat, sembilan laksa banyaknya, tetapi .. MH2/14:12 .... Ali kepada saudaranya: "Baiklah gemparkan laskar Cina itu!" Maka Umar Ali tiga bersaudaranya berjalanlah dengan tiga ... MH2/14:15 . sekata masing-masing, maka bertemulah dengan laskar Cina. Maka kata Umar Ali: "Bunuhlah segala kafir ini!" Maka Umar Ali .. MH2/14:18 .. pedangnya lalu menyerbukan dirinya ke dalam laskar Cina ini. Setelah dilihat segala laskar Cina demikian itu, maka laskar MH2/14:19 dalam laskar Cina ini. Setelah dilihat segala laskar Cina demikian itu, maka laskar Cina pun gemparlah, lalu lari cerai-.... MH2/14:20 dilihat segala laskar Cina demikian itu, maka laskar Cina pun gemparlah, lalu lari cerai-berai masing-masing membawa ....... MH2/14:24 . keruhnya di bumi jauhnya, maka banyak segala laskar Cina mati dibunuhnya. Maka rampasan pun banyak diperolehnya laskar ....
- Kesimpulan saya, sejak awal kedua bentuk tersebut sudah bersaing :). Memang Tiongkok dan Tionghoa adalah bentuk yang datangnya lebih akhir, terutama setelah nasionalisme RRT bertumbuh. Adalah kemuskilan jika dalam literatur Melayu kuna ada bentuk Tiongkok atau Tionghoa (dan memang saya cari di situs itu kata "Tionghoa" baru muncuk 1950-an.) Namun konteks kita kan dalam "Bahasa Indonesia", jadi 1928 hingga saat ini, lengkap dengan muatan politis-nasionalisnya yang bertumbuh pada awal abad ke-20.
✒ bennylin 03:49, 15 Maret 2010 (UTC) - Sebagai pembanding, berikut teks "Hikayat Kerajaan Sikka" tahun 1950-an. (Rupa-rupanya "Tionghoa" juga bermakna "negara Tiongkok" dalam teks ini... hm....)
Sikka 225 ..... Pada tanggal 26 Juli 1945 Inggeris, Amerika dan Tionghoa memberi tahukan kepada Jepang, katanya: Jepang harus takluk .. Sikka 245 .. Fekkes (vice), Aspirant Controleur Endeh, penduduk Tionghoa menunjukkan minat yang besar oleh arak arakannya dituruti .... Sikka 245 .... Lim beserta nyonya dalam pakaian adat kebangsaan Tionghoa. Sementara itu Paduka Yang Mulia mengunjungi gedung gedung ... Sikka 256 .. beberapa sebab dipungut saja dari pembeli pedagang Tionghoa dengan meyelidik export kopra yang dibelinya. Hasilnya .......
✒ bennylin 03:54, 15 Maret 2010 (UTC)
- Dari apa yang diajarkan padaku, kata China, atau Cina, merujuk pada nama suku, yaitu suku Chin, dengan rajanya Chin Shi Wang yang menjadi raja yang katanya mempersatukan seluruh daratan China, mendirikan dinasti Chin, dan membuat tembok raksasa China. Dan nama suku tersebut kemudian diambil menjadi nama negara China, untuk menghargai jasa-jasa suku Chin.
- Nama tionghoa, berasal dari kata hua xia, yaitu rumpun bangsa yang dipimpin oleh Yan Di dan Huang Di. Rumpun ini beranggotakan, salah satunya adalah suku Chin. Rumpun ini bermukim di daerah tengah daratan China, sehingga timbul sebutan zhong hua atau tionghua. ESCa :-)/✍ 04:18, 15 Maret 2010 (UTC)
- Secara teknis dalam pinyin tidak ada bentukan "chin", yang ada adalah "qin" (Qin Shihuang - dinasti Qin) yang dibaca /jin/: /jin sehuang/ dst. bukan /cin/
✒ bennylin 06:34, 15 Maret 2010 (UTC)
- Secara teknis dalam pinyin tidak ada bentukan "chin", yang ada adalah "qin" (Qin Shihuang - dinasti Qin) yang dibaca /jin/: /jin sehuang/ dst. bukan /cin/
- Iya, memang maksudnya Qin = Chin. ESCa :-)/✍ 10:28, 15 Maret 2010 (UTC)
- Telat membalas, tapi perbedaan ejaan "China" dan "Cina" di sana tidak ada artinya, karena dalam huruf Jawi ejaan kedua-duanya sama. Kemungkinan yang memakai ejaan "China" teks hasil transliterasi keluaran Malaysia (yang dari dulu memang menggunakan ejaan "China"), sedangkan "Cina" keluaran Indonesia. Soal konteks Indonesia, saya heran juga mengapa "Cina" bisa dibikin jadi negatif dalam bahasa Indonesia, padahal dalam bahasa Melayu (awalnya) tidak. Gombang (bicara) 12:43, 9 April 2010 (UTC)
- Saya kira peran Soeharto di sini memperkuat dan mengukuhkan konotasi negatif itu, yang mungkin saja sudah ada sebelumnya tapi lemah atau tidak meluas. Saya ingin tahu kalau ada teks pra-1965 yang menyebutkan kata "Cina" berkonotasi negatif.
- Anyway, poin awal saya cuma bahwa kata "Cina" sudah dikenal di Nusantara paling tidak sejak abad ke-14. Saya kira tidak perlu membatasi periode waktu pembahasan ke pasca-1928 saja (toh di artikel ini juga dibahas masyarakat Tionghoa zaman Kompeni). Selain itu "Cina" tampaknya bukan berasal dari bahasa Inggris (China, diucapkan /caine/), seperti yang banyak ditemukan dalam perdebatan Cina/China vs Tionghoa. Orang Eropa kan belum ada di Indonesia abad ke-14, jadi lebih mungkin dari India misalnya. Itu mungkin bisa dimasukkan ke dalam sejarah penggunaan kata "Cina" di Indonesia (atau di Nama Zhong Guo). Kalau ada referensi tepercaya lain yang menulis (sejauh ini kan omongan kita ini riset asli), itu bisa dimasukkan. Gombang (bicara) 05:23, 11 April 2010 (UTC)