Penyaradan
Penyaradan (atau Sarad atau Skidding dalam bahasa inggris) adalah salah satu proses sistem dalam pemanenan hasil hutan kayu dengan kegiatannya berupa memindahkan hasil tebangan kayu dari tonggak pohon yang berada didalam hutan ke tempat pengumpulan kayu sementara (TPn) yang biasanya berada di pinggir jalan hutan. Penyaradan merupakan kegiatan pengangkutan jarak pendek bila dibandingkan dengan pengangkutan kayu itu sendiri. Penyaradan merupakan kegiatan yang menjadi tolak ukur keberhasilan pemanenan hasil hutan dikarenakan terkait dengan biaya produksi dan volume kayu yang dapat dimanfaatkan. Penyaradan merupakan kegiatan dengan biaya produksi terbesar dalam kegiatan pemanenan hasil hutan. Selama dilakukan penyaradan, kayu yang disarad tidak diikutsertakan bagian batang kayu diatas cabang pertama, dapat menjadikan limbah penyaradan semakin besar dan mejadikan pemanenan hasil hutan tidak efisien.[1]
Untuk memaksimalkan efisiensi dan mengurangi kerusakan lingkungan yang diakibatkan penyaradan maka diperlukan perencanaan yang tepat, seperti perhitungan kerusakan lingkungan tanah yang mengakibatkan erosi dan pemadatan tanah dan tegakan tinggal, seperti bekas tonggak; perhitungan jalan dan rute penyaradan (atau Jalan Sarad); serta penggunaan metode yang disesuaikan dengan kondisi hutan dan volume kayu yang akan ditebang.[2]
Metode
[sunting | sunting sumber]Penyaradan memiliki beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain:
Manual
[sunting | sunting sumber]Metode penyaradan secara manual adalah kegiatan penyaradan dengan tenaga manusia tanpa bantuan hewan ataupun teknologi. Kayu hasil tebangan disarad dengan berbagai cara, seperti dipikul oleh 2 (dua) hingga 10 (sepuluh) orang tergantung dari besar kayu yang dibawa; digulingkan dengan kondisi topografi lapangan yang miring dan digulingkan dari atas bukit hingga bawah bukit; dan sistem kuda-kuda dimana kayu diletakkan di jalur kuda-kuda dan dibawa oleh 6 (enam) hingga 12 (duabelas) orang.[2]
Hewan
[sunting | sunting sumber]Metode penyaradan dengan hewan adalah kegiatan penyaradan dengan tenaga hewan, seperti sapi, kuda, kerbau, atau gajah. Metode ini umum digunakan di Pulau Jawa dengan menggunakan hewan sapi pada Hutan Jati. Sapi dipasangkan alat bernama kesser atau rakitan untuk menarik kayu. Sapi yang digunakan untuk penyaradan sebanyak 1 (satu) ekor atau berpasangan dengan waktu kerja yang tidak lama.[3]
Gaya Gravitasi
[sunting | sunting sumber]Metode penyaradan dengan gaya gravitasi adalah kegiatan penyaradan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Contoh kegiatan yang menggunakan gaya gravitasi, seperti diluncurkan dari atas ke bawah dengan kondisi dilakukan pada kondisi topografi yang curam (lebih dari 40%); dan Wire skidding adalah kegiatan penyaradan dengan menggunakan kabel baja yang diikatkan ke pohon. Kayu tebangan dikaitkan ke kabel baja dan diluncurkan dari lereng menuju lembah dengan gravitasi.[2]
Traktor
[sunting | sunting sumber]Metode penyaradan dengan traktor merupakan hal yang umum dilakukan selama kegiatan penyaradan diluar Pulau Jawa sejak tahun 1970-an, seperti di Hutan Tanaman Industri. Traktor yang digunakan seperti Buldoser, Forwader, dan Skidder dengan 2 (dua) kategori ban, yakni traktor beroda ban karet dan traktor beroda rantai. Meskipun begitu, metode penyaradan dengan traktor dapat menyebabkan kerusakan pada pohon-pohon di sekitarnya dan kontak yang terjadi antara tapak atau roda traktor dan kayu yang disarad dengan tanah di hutan dapat mengakibatkan kerusakan struktur tanah tersebut.[4]
Sistem Kabel
[sunting | sunting sumber]Metode penyaradan dengan sistem kabel dilakukan untuk daerah-daerah yang bertopografi curam, pembuatan jalan yang mahal dan susah, serta daerah dimana alat penyarad lain tidak tidak dapat digunakan untuk mengeluarkan kayu dari hutan. Cara menggunakan sistem kabel kayu dikaitkan ke kabel dan kabel tersebut ditarik oleh mesin tenaga. Satu mesin tenaga biasanya terdiri dari operator mesin, pemberi aba-aba, dan chokerman[3].
Udara
[sunting | sunting sumber]Metode penyaradan dengan udara dilakukan untuk daerah-daerah yang tidak bisa dijangkau oleh sistem kabel. Dimaksud udara adalah penyaradan yang dilakukan lewat udara, seperti pesawat terbang, helikopter, atau balon udara. Meskipun begitu, penyaradan lewat udara sangat tidak ekonomis serta kayu yang dibawa sangat sedikit.[2]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Idris, Maman Mansyur dan Soenarno (2015). "Unjuk Kerja Teknik Penyaradan Kayu dengan Metode pada Hutan Alam Lahan Kering". Penelitian Hasil Hutan. 33 (2): 153 – 166.
- ^ a b c d "Teknik Penyaradan Kayu" (PDF).
- ^ a b ADP (2014-10-11). "PENGERTIAN PENYARADAN". ARTI DEFINISI PENGERTIAN (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-03-03.
- ^ Suhartana, Sona, Maman Mansyur Idris, & Yuniawati (2011). "Penyaradan Kayu sesuai Standar Prosedur Operasional untuk Meningkatkan Produktivitas dan Meminimalkan Biaya Produksi dan Penggeseran Lapisan Tanah Atas : Kasus di Satu Perusahaan Hutan di Jambi". Penelitian Hasil Hutan. 29 (3): 248 – 258.