Lompat ke isi

Perang Johor–Jambi (1667)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Perang Johor–Jambi pertama terjadi sekitar tahun 1667

Perang Johor–Jambi (1667)
Bagian dari Peperangan Johor–Jambi
Tanggal1667
LokasiSumatera
Hasil
  • Jambi mengalami banyak kerugian
Pihak terlibat
Kesultanan Jambi
Belanda
Kesultanan Johor
Kesultanan Palembang
Tokoh dan pemimpin
Sultan Abdul Mahyi Sri Ingologo Sultan Abdul Jalil Riayat Syah Johor

Pertempuran

[sunting | sunting sumber]

Puncak ketegangan yang telah berlangsung puluhan tahun adalah meletusnya perang besar antara Jambi-Johor tahun 1667. Dua (2) tahun sebelum perang meletus, di mana penguasa Jambi Sultan Agung wafat lalu diganti oleh putranya Raden Penulis, gelar Sultan Abdul Mahyi Sri Ingolopo (1665 – 1690). Puncak ketegangan yang telah berlangsung puluhan tahun adalah meletusnya perang besar antara Jambi dengan Johor tahun 1667. Dalam perang ini Jambi mendapat serangan pasukan Johor. Palembang ikut terlibat peperangan dengan memihak Johor. Sedangkan petualang Bugis pimpinan Daeng Mangika, ikut pula berkhianat dengan membantuJohor dan menyerang Jambi. Dalam perang ini Jambi mengalami kekalahan dan menderita banyak menderita kerugian. Kekalahan Jambi dalam perang melawan Johor tahun 1667 menyebabkan Sultan Abdul Mahyi Sri Ingologo sangat marah karena kekalahan ini adalah penghinaan oleh Sultan Abdul Jalil Riayat Syah Johor. Dalam situasi sulit yang sedang dihadapi sultan Jambi itu, maka Belanda menawarkan kerja sama dan Jambi menerima uluran tangan Belanda tersebut. Kemarahan sultan Jambi lalu diungkapkannya dalam sebuah surat tantangan untuk Sultan Johor. Surat sultan Jambi sengaja dibuatnya dengan nama dan cap surat diletakkan di atas kepala surat. Dalam tradisi Melayu bilamana nama dan cap surat di atas kepala surat, artinya negeri yang menerima surat tersebut adalah wilayah taklukan negeri pengirim surat. Membaca surat sultan Jambi itu maka Raja Bujang atau Sultan Abdul Jalil Riayat Syah sangat murka, seolah-olah negeri Jambi lebih berkuasa dari pada Johor. Surat ini dipandang sebagai penghinaan yang menyakitkan segenap rakyat Johor yang berdaulat. Setelah pengiriman surat ini masing-masing pihak telah dapat merasakan bahwa peperangan akan terulang lagi.

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]