Republik Belanda
Republik Tujuh Belanda Bersatu / Tujuh Provinsi Republiek der Zeven Verenigde Nederlanden / Zeven Provinciën | |||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1581–1795 | |||||||||||
Peta Republik Belanda tahun 1789. | |||||||||||
Ibu kota | Tidak ada (de jure) Den Haag (de facto) | ||||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Belanda, Sachsen Hilir Belanda, Frisia Barat | ||||||||||
Pemerintahan | Republik federal | ||||||||||
Stadtholder | |||||||||||
• 1581–1584 | Willem I | ||||||||||
• 1751–1795 | Willem V | ||||||||||
Pensiunan Agung | |||||||||||
• 1581–1585 | Paulus Buys | ||||||||||
• 1653–1672 | Johan de Witt | ||||||||||
• 1787–1795 | Laurens van de Spiegel | ||||||||||
Legislatif | Staten-Generaal | ||||||||||
Era Sejarah | Zaman Modern Awal | ||||||||||
• Didirikan | 26 Juli 1581 | ||||||||||
19 Januari 1795 | |||||||||||
Kode ISO 3166 | NL | ||||||||||
| |||||||||||
Sekarang bagian dari | Belanda | ||||||||||
Republik Belanda (bahasa Belanda: Republiek der Zeven Verenigde Nederlanden) adalah negara republik federasi yang berdiri dari tahun 1588 hingga 1795 di wilayah yang sekarang menjadi Belanda modern. Republik ini merupakan kelanjutan dari perjuangan Pemberontakan Belanda melawan kekuasaan Spanyol dalam Perang Delapan Puluh Tahun. Dengan model pemerintahan unik dan kemajuan ekonomi serta budaya yang luar biasa pada masa tersebut, Republik Belanda menjadi salah satu kekuatan utama di Eropa selama abad ke-17, yang dikenal sebagai Zaman Keemasan Belanda (De Gouden Eeuw).
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Latar Belakang
[sunting | sunting sumber]Sebelum berdirinya Republik Belanda, wilayah tersebut merupakan bagian dari Belanda Habsburg yang berada di bawah kendali Raja Spanyol, Philip II. Ketidakpuasan terhadap kebijakan keagamaan dan pajak Spanyol memicu pemberontakan di bawah pimpinan Willem van Oranje (William of Orange) pada 1568. Perlawanan ini berkembang menjadi Perang Delapan Puluh Tahun, yang pada akhirnya mengarah pada pembentukan republik independen.
Deklarasi Kemerdekaan
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1581, Uni Utrecht, sebuah aliansi provinsi di bagian utara, secara resmi memproklamasikan kemerdekaannya dari Spanyol melalui Plakkaat van Verlatinghe (Act of Abjuration). Meskipun kemerdekaan tersebut belum diakui secara internasional, Republik Belanda akhirnya resmi berdiri pada 1588 setelah kegagalan upaya mencari penguasa baru dari luar.
Pengakuan Internasional
[sunting | sunting sumber]Kemerdekaan Republik Belanda secara resmi diakui dalam Perdamaian Westfalen pada tahun 1648, yang mengakhiri Perang Delapan Puluh Tahun sekaligus Perang Tiga Puluh Tahun di Eropa.
Struktur Pemerintahan
[sunting | sunting sumber]Provinsi dan Federalisme
[sunting | sunting sumber]Republik Belanda adalah sebuah federasi yang terdiri dari tujuh provinsi:
Setiap provinsi memiliki otonomi tinggi dan dikelola oleh Staten (dewan provinsi). Pemerintahan pusat diwakili oleh Staten-Generaal, yang berfungsi sebagai badan legislatif dan eksekutif kolektif.
Jabatan Stadtholder
[sunting | sunting sumber]Meskipun republik, Republik Belanda memiliki Stadtholder, yang merupakan jabatan semi-monarkis. Stadtholder biasanya berasal dari keluarga Oranye-Nassau. Mereka memegang kekuasaan eksekutif yang signifikan, terutama dalam bidang militer dan diplomasi.
Pusat Kekuasaan
[sunting | sunting sumber]Provinsi Holland, sebagai provinsi terkaya dan paling berpengaruh, sering mendominasi politik republik. Amsterdam, ibu kota dagang di Holland, menjadi pusat ekonomi dan budaya.
Ekonomi
[sunting | sunting sumber]Republik Belanda mengalami kemakmuran ekonomi luar biasa selama abad ke-17. Faktor-faktor utama keberhasilan ekonominya meliputi:
Perdagangan Maritim
[sunting | sunting sumber]Republik Belanda menjadi kekuatan maritim utama, dengan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) dan West-Indische Compagnie (WIC) sebagai perusahaan dagang terbesar. VOC, didirikan pada tahun 1602, dianggap sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia.
Inovasi Keuangan
[sunting | sunting sumber]Republik Belanda memperkenalkan inovasi keuangan seperti pasar saham modern dan bank sentral pertama di dunia, yaitu Bank of Amsterdam.
Kolonialisme
[sunting | sunting sumber]Republik Belanda membangun jaringan koloni di Asia, Afrika, dan Amerika. Wilayah-wilayah penting termasuk Hindia Belanda (sekarang Indonesia), Suriname, dan Antillen Belanda.
Budaya dan Ilmu Pengetahuan
[sunting | sunting sumber]Zaman Keemasan
[sunting | sunting sumber]Abad ke-17 menjadi masa kejayaan seni, ilmu pengetahuan, dan sastra. Tokoh-tokoh penting dalam budaya Belanda meliputi:
- Rembrandt van Rijn dan Johannes Vermeer dalam seni rupa.
- Baruch Spinoza dan René Descartes dalam filsafat.
- Hugo Grotius dalam hukum internasional.
Toleransi Agama
[sunting | sunting sumber]Meskipun mayoritas penduduk adalah Kalvinis, Republik Belanda dikenal sebagai tempat perlindungan bagi kelompok minoritas agama, termasuk Yahudi Sephardi dan Huguenot Prancis.
Penurunan dan Kejatuhan
[sunting | sunting sumber]Persaingan dengan Inggris dan Prancis
[sunting | sunting sumber]Pada abad ke-18, Republik Belanda mulai kehilangan keunggulan ekonominya akibat persaingan dengan Inggris dan Prancis. Serangkaian perang, termasuk Perang Inggris-Belanda, melemahkan kekuatan militer dan ekonominya.
Invasi Prancis
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1795, Republik Belanda runtuh setelah invasi oleh pasukan Revolusi Prancis. Republik digantikan oleh Republik Batavia, yang menjadi negara boneka Prancis.
Warisan
[sunting | sunting sumber]Republik Belanda meninggalkan warisan yang signifikan dalam sejarah dunia, termasuk dalam bidang hukum internasional, perdagangan, dan seni. Konsep federalisme dan kebebasan ekonomi yang diterapkan di republik ini menjadi model bagi banyak negara modern.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Motto penuh: Concordia res parvae crescunt, discordia maximae dilabuntur. Hubert de Vries, Wapens van de Nederlanden. De historische ontwikkeling van de heraldische symbolen van Nederland, België, hun provincies en Luxemburg. Uitgeverij Jan Mets, Amsterdam, 1995, p. 31–32.
- Israel, Jonathan I. The Dutch Republic: Its Rise, Greatness, and Fall 1477-1806. Oxford University Press, 1995.
- Schama, Simon. The Embarrassment of Riches: An Interpretation of Dutch Culture in the Golden Age. Alfred A. Knopf, 1987.
- Parker, Geoffrey. The Dutch Revolt. Penguin Books, 1977.
Daftar Pustaka
[sunting | sunting sumber]- Adams, J. (2005). The Familial State: Ruling Families and Merchant Capitalism in Early Modern Europe. Ithaca: Cornell University Press. ISBN 0-8014-3308-8.
- Boxe, C. R. (1990). The Dutch Seaborne Empire, 1600–1800. London: Penguin Books. ISBN 0-14-013618-5.
- Ertl, A. W. (2008). Toward an Understanding of Europe: A Political Economic Précis of Continental Integration. Universal Publishers. ISBN 978-1599429830.
- Hoftijzer, Paul G., The Dutch Republic, Centre of the European Book Trade in the 17th Century Diarsipkan 12 April 2021 di Wayback Machine., EGO – European History Online Diarsipkan 8 February 2013 di Wayback Machine., Mainz: Institute of European History Diarsipkan 19 February 2016 di Wayback Machine., 2015, retrieved: 8 March 2020 (pdf Diarsipkan 27 February 2022 di Wayback Machine.).
- Israel, J. I. (1995). The Dutch Republic: Its Rise, Greatness, and Fall, 1477–1806. Oxford: Clarendon Press. ISBN 0-19-873072-1.
- Kuznicki, J. T. (2008). "Dutch Republic". The Encyclopedia of Libertarianism. Thousand Oaks: Sage. hlm. 130–131. ISBN 978-1412965804.
- Reynolds, C. G. (1998). Navies in History. Annapolis: Naval Institute Press.
- Schama, S. (1987). The Embarrassment of Riches: An Interpretation of Dutch Culture in the Golden Age. New York: Knopf. ISBN 978-0394510750.
- Van der Burg, M. (2010). "Transforming the Dutch Republic into the Kingdom of Holland". European Review of History. 17 (2): 151–170. doi:10.1080/13507481003660811.
- Van Nimwegen, Olaf (2020). De Veertigjarige Oorlog 1672–1712: de strijd van de Nederlanders tegen de Zonnekoning [The 40 Years' War 1672–1712: the Dutch struggle against the Sun King] (dalam bahasa Belanda). Prometheus. ISBN 978-90-446-3871-4.