Saur Sepuh: Satria Madangkara
Saur Sepuh: Satria Madangkara | |
---|---|
Sutradara | Imam Tantowi |
Produser | Handi Muljono |
Ditulis oleh | Niki Kosasih |
Pemeran | Fendy Pradana Harto Kawel Sirjon De Gaut Murti Sari Dewi Hengky Tornando Anneke Putri Elly Ermawati Wenny Rosaline Atut Agustinanto Baron Hermanto Belkiez Rachman Chitra Dewi |
Penata musik | Harry Sabar |
Sinematografer | Herman Susilo |
Penyunting | Janis Badar |
Distributor | Kanta Indah Film |
Tanggal rilis | 1988 |
Durasi | 90 menit |
Negara | Indonesia |
Penghargaan |
---|
Festival Film Indonesia 1988 |
|
Saur Sepuh: Satria Madangkara adalah film aksi laga fiksi kolosal tahun 1988 dari Indonesia yang disutradarai oleh Imam Tantowi dan dibintangi oleh Fendy Pradana dan Harto Kawel. Film ini dibuat berdasarkan sandiwara radio Saur Sepuh yang populer di Indonesia tahun 1980-an karya Niki Kosasih, berlatar Nusantara pada zaman kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk.
Film ini meraih nominasi pada Festival Film Indonesia 1988 untuk penata musik dan penata artistik terbaik. Film ini meraih Piala Citra untuk penyunting film terbaik.
Pemeran
[sunting | sunting sumber]- Fendy Pradana sebagai Brama Kumbara
- Anneke Putri sebagai Harnum
- Elly Ermawati sebagai Mantili
- Murti Sari Dewi sebagai Lasmini
- Hengky Tornando sebagai Gotawa
- Baron Hermanto
- Halomoan Manurung sebagai "'guru besar"'
Sinopsis
[sunting | sunting sumber]Bhre Wirabhumi (Harto Kawel), putra Hayam Wuruk dari selir, menuntut hak sebagai Raja Majapahit yang saat itu diperintah Wikramawardhana (Sirjon De Gaut), menantu Hayam Wuruk. Untuk menandingi Majapahit, Bhre Wirabhumi mendirikan Kerajaan Pamotan dan mencari dukungan dari kerajaan-kerajaan sahabat Majapahit. Brama Kumbara (Fendy Pradana) dari Kerajaan Madangkara mencoba mendamaikan perselisihan ini. Yang terjadi kemudian malah salah paham, hingga utusan Brama terbunuh. Kumbara lalu menyamar sabagai Satria Madangkara dan berhasil membunuh pembunuh utusannya. Celakanya, kekasih pembunuh tadi, Lasmini (Murti Sari Dewi), menuntut balas lagi dengan menculik istri Brama. Konflik-konflik ini memuncak pada Perang Paregreg antara Majapahit dan Pamotan dalam sebuah adegan . kolosal.[1]
Penghargaan
[sunting | sunting sumber]- Penyunting film terbaik (Penghargaan Piala Citra) - Festival Film Indonesia 1988
- Nominasi untuk penata musik dan penata artistik terbaik - Festival Film Indonesia 1988
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Laman Saur Sepuh (Satria Madangkara)[pranala nonaktif permanen], diakses pada 15 Februari 2010
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Saur Sepuh : Satria Madangkara di IMDb (dalam bahasa Inggris)
- (Indonesia) Resensi@Perfilmanjibis.pnri[pranala nonaktif permanen]
- Main & End Titles