Pesona superfisial
Pesona superfisial, pesona tak tulus atau pesona bermuka dua mengacu pada tindakan sosial berupa seseorang mengatakan atau melakukan suatu hal karena hal itu diterima baik oleh orang lain, alih-alih apa yang orang itu sebenarnya yakini atau ingin lakukan. Ini kadang disebut sebagai "memberi tahu orang lain apa yang ingin mereka dengar".[1] Umumnya, pesona superfisial adalah cara yang efektif untuk mengambil hati atau membujuk[2] dan ini adalah salah satu unsur dari pengelolaan kesan/perwakilan diri.[3] Ini sangat bersangkut paut dengan gangguan kepribadian antisosial.
Sanjungan dan pesona disertai dengan motif tersembunyi yang jelas umumnya tidak dihargai secara sosial, ditambah kebanyakan orang mengganggap diri mereka tahu membedakan pujian yang tulus dengan yang dangkal;[2] namun, para peneliti telah menunjukkan bahwa pesona manipulatif pun bisa efektif.[4] Walau sikap demikian yang terungkap langsung bersifat negatif atau meremehkan, sikap demikian yang tersirat sering kali berdampak positif.[2][4] Keefektifan pesona dan sanjungan, secara umum, berasal dari keinginan alami si pendengar untuk merasa nyaman dengan dirinya sendiri.[4]
Walau pesona superfisial dapat merugikan diri, kemampuan untuk menjadi menawan secara superfisial sering kali menghasilkan keberhasilan di bidang-bidang seperti teater, keahlian menjual, atau politik dan diplomasi. Terlebih lagi, mahir dalam kecerdasan sosial dan terus-menerus menerima isyarat sosial demikian dari orang lain, dapat mengakibatkan pengorbanan motivasi dan harga diri.[5]
Pesona superfisial bisa bersifat eksploitatif. Individu dengan gangguan kepribadian antisosial, misal, diketahui memiliki rasa bersalah atau kecemasan yang terbatas ketika memanfaatkan orang lain dengan cara yang berbahaya. Walau intimidasi dan kekerasan merupakan bentuk eksploitasi yang umum, penggunaan pesona superfisial bukanlah hal yang jarang terjadi.[6] Pesona superfisial tercantum dalam Hare Psychopathy Checklist.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ Jones, E.E. (1964). Ingratiation: A social psychologist analysis. New York, New York: Appleton-Century-Croft.
- ^ a b c Valdesolo, Piercarlo. "Flattery Will Get You Far". Scientific American United scientificamerican.com. Scientific American, a Division of Springer Nature America, Inc. Diakses tanggal January 12, 2010.
- ^ Sanaria, A. D. (2016). A conceptual framework for understanding the impression management strategies used by women in indian organizations. South Asian Journal of Human Resources Management, 3(1), 25-39. https://doi.org/10.1177/2322093716631118 https://www.researchgate.net/publication/299373178_A_Conceptual_Framework_for_Understanding_the_Impression_Management_Strategies_Used_by_Women_in_Indian_Organizations
- ^ a b c Chan, Elaine; Sengupta, Jaideep (February 1, 2010). "Insincere Flattery Actually Works: A Dual Attitudes Perspective". Journal of Marketing Research. 47 (1): 122–133. doi:10.1509/jmkr.47.1.122. Diakses tanggal 4 January 2022.
- ^ Goleman, Daniel (1995). Emotional Intelligence. United States: Bantam Books. ISBN 978-0553383713.
- ^ "Antisocial Personality Disorder". Psychology Today (dalam bahasa Inggris). New York City: Sussex Publishers. Diakses tanggal 18 February 2018.