Taman Wisata Alam Gunung Meja Manokwari
artikel ini tidak memiliki pranala ke artikel lain. |
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Februari 2023. |
Taman Wisata Alam Gunung Meja merupakan taman wisata alam yang terletak di Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Jarak dari pusat kota ke Taman Wisata Alam Gunung Meja sekitar 2,5 km. Fungsi utama Taman Wisata Alam Gunung Meja yaitu untuk pariwisata dan rekreasi alam, sebagai tempat penelitian serta perlindungan sistem penyangga kehidupan bagi keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan.
Lokasi
[sunting | sunting sumber]Taman Wisata Alam Gunung Meja terletak di Kelurahan Manokwari Timur , Distrik Manokwari Timur dan Distrik Manokwari Barat, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Letak geografis Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja : 134 ° 03′ 17″ – 134 ° 04′ 05″ LS dan 0 ° 51′ 29″ – 0 ° 52′ 59″ BT.
Untuk mencapai lokasi Taman Wisata Alam Gunung Meja dapat ditempuh melalui jalan darat, air dan udara. Jalur darat dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat dengan jarak 10 sampai 15 menit dari pusat Kota manokwari. Jalur air dapat menggunakan sarana pelayaran PT. Pelni dari berbagai daerah di Papua. Melalui udara dapat ditempuh dari bandar udara Rendani Manokwari yang berjarak sekitar 10 km dari kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja.[1]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Hutan Gunung Meja ditetapkan sebagai kawasan konservasi sejak zaman Pemerintahan Hindia Belanda. Gagasan itu berawal pada bulan Agustus 1953, yaitu saat kunjungan Tim Kehutanan Pemerintah Hindia Belanda, yang terdiri dari : Ir. J.F.V.Zieck (Kepala Seksi Inventarisasi Hutan); Ir. J. Fokkinga (Ketua Komisi Pertanian) dan H. Schrijn (Kepala Pemangkuhan Hutan) ke Gunung Meja. Pada saat itu, disepakati bahwa area hutan primer seluas 100 ha dan hutan sekunder seluas 360 ha termasuk jurang dan tebing-tebing karang yang ada diusulkan sebagai hutan lindung dengan fungsi utama pengatur tata air (Hidrologi).
Untuk mendukung kesepakatan tersebut pada tahun 1954 dilakukan inventarisasi hutan primer seluas 100 ha, dan pada tahun 1956 dan 1957 mencapai 360 ha. Selain itu juga dilakukan survey tanah dan analisis vegatasi untuk jenis-jenis pohon yang mencapai diameter 35 cm dengan intensitas sampling 10 % oleh Jance Ainusi (pengenal jenis lokal) dan Ir. Faber (ahli botani Belanda).
Dalam rangka pemanfaatan fungsi hidrologis tersebut, pada tahun 1957 Perusahaan Air Minum (PDAM) Manokwari menggagas untuk memasang pipa dari sumber mata air di Gunung Meja ke daerah Kuawi dan Fanindi Unjung (Surat PDAM Manokwari nomor 574 tanggal 4 Maret 1957). Kemudian dengan pertimbangan letak dan jarak dari pusat Kota Manokwari yang sangat dekat, Pemerintah Hindia Belanda mengembangkan aneka fungsi Hutan Lindung Gunung Meja.
Tahun 1959 Pemerintah Hindia Belanda juga mendorong kawasan Hutan Lindung Hidrologis Gunung Meja untuk perlindungan satwa (Surat Kepala Seksi Pemangkuan Hutan nomor 6486/99, tanggal September 1959, tentang Monumen Alam Hutan Lindung Gunung Meja). Namun demikian pengelolaan aneka fungsi Hutan Lindung Gunung Meja tersebut belum sempat terwujud, karena situasi politik yang mengharuskan pemerintah Hindia Belanda untuk meninggalkan Nederland Neuw Guinea (Tanah Papua) dan menyerahkan kekuasaannya di Tanah Papua (termasuk pengelolaan Hutan Lindung Gunung Meja) ke Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1963. Kemudian Pemerintah Republik Indonesia mempercayakan kepada Provinsi Irian Barat.
Tahun 1980 sampai sekarang dengan tetap memperhatikan fungsi hidrologinya Pemerintah Republik Indonesia menunjuk Hutan Lindung Gunung Meja sebagai Kawasan Taman Wisata Gunung Meja dengan luas 500 ha (SK Menteri Pertanian nomor 19/Kpts/Um.1/1980 tanggal 12 Januari 1980).[2]
Kemudian pada tahun 1990, berdasarkan Undang-undang nomor 5 tahun 1990, nama Taman Wisata Gunung Meja berubah menjadi Taman Wisata Alam Gunung Meja.
Iklim
[sunting | sunting sumber]Klasifikasi iklim menurut Schmidt and Furguson, kawasan ini termasuk dalam tipe iklim A. Tipe iklim hutan hujan tropika basah yang dicirikan oleh tingginya jumlah curah hujan tahunan tanpa ada perbedaan yang jelas antara musim penghujan dan musim kemarau dengan curah hujan tahunan sebesar 2.684,5 mm per tahun atau sekitar 220,71 mm per bulan. Rata-rata suhu maksimum berkisar pada 30,30C dan suhu minimum berisar pada 23,5 0C, dengan kelembaban maksimum 88,6% dan minimum sekitar 84%. Suhu mikro didalam kawasan hutan Taman Wisata Alam Gunung Meja pada hutan sekunder 30-310C.[3]
Flora dan Fauna
[sunting | sunting sumber]Taman Wisata Alam Gunung Meja merupakan jenis hutan dataran rendah yang memiliki kekayaan flora dan fauna yang beragam. Kawasan hutan yang hijau, lembap, serta kaya akan sumber pangan menjadikan kawasan ini sebagai habitat berbagai tumbuhan dan hewan lokal maupun yang sudah terancam punah. Dari hasil penelitian sejak 2003 menunjukan potensi luar biasa yang dimiliki Taman Wisata Alam Gunung Meja, baik flora maupun fauna. Setidaknya Taman Wisata Alam Gunung Meja ini memiliki 101 jenis pohon tumbuhan berkayu yang telah dikategorikan langka oleh LIPI. Jenis-jenis flora tersebut terdiri dari 34 family, 9 jenis palem, 3 jenis rotan, 26 jenis anggrek, 8 jenis bambu, 35 jenis pakua-pakuan, 28 jenis semak/perdu, 8 jenis pandan dan 41 jenis liana, serta dapat dijumpai 52 jenis herbal (18 rumput-rumputan, 16 herbal berpembuluh lunak dan 18 herbal berpembulum keras).[4]
Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja juga merupakan habitat yang berpotensial bagi kehidupan satwa liar. Menurut laporan Leppe D dan Tokede MJ. 2008. dikawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja dapat dijumpai 15 jenis dari 6 famili mamalia, 35 jenis burung (aves) dari 20 famili, 20 jenis herpetofaona (7 kadal, 3 ampibia, 9 jenis ular dan 1 jenis kura-kura).
Dari jumlah satwa yang dapat dijumpai di Taman Wisata Alam Gunung Meja tersebut terdapat 24 jenis satwa yang merupakan pemakan daging atau (carnivora). 54 jenis merupakan pemakan tumbuhan (herbivore), dan 15 jenis merupakan pemakan serangga (insectifora).[1]
Potensi Wisata
[sunting | sunting sumber]Nilai estetika kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja terbentuk atas perpaduan antara posisi kawasan terhadap kota Manokwari, karakteristik fisiografi lahan, keanekaragaman dan keendemikan flora dan fauna serta nilai historis. Empat faktor tersebut bagi pemerhati dan pencinta alam adalah suatu keunikan yang mengandung nilai artistik alam yang penuh kerahasiaan dan keajaiban ciptaan Tuhan.
Beberapa potensi alam yang dapat dijadikan unggulan wisata di Taman Wisata Alam Gunung Meja adalah:
Tugu Jepang
[sunting | sunting sumber]Didalam kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja terdapat suatu monumen bersejarah pada masa penjajahan Jepang. Monumen tersebut dikenal dengan nama Tugu Jepang. Tugu Jepang merupakan tugu peringatan pendaratan dan pendudukan tentara Jepang di Kabupaten Manokwari. Potensi situs ini menjadi daya tarik tersendiri bagi warga negara Jepang, karena memiliki sejarah bagi bangsa mereka.
Mata Air
[sunting | sunting sumber]Taman Wisata Alam Gunung Meja memiliki mata air yang cukup banyak dan tersebar di seluruh kawasan. Mata air yang ada dipergunakan oleh masyarakat dan PDAM Kabupaten Manokwari untuk keperluan sehari-hari. Menurut Basna (2007) terdapat 44 (empat puluh empat) mata air yang masih aktif digunakan oleh masyarakat, yaitu tujuh mata air dikelola oleh pihak pemerintah, satu mata air dikelola dan dimanfaatkan oleh Korem 1703 Manokwari dan tiga puluh enam dimanfaatkan oleh masyarakat.
Pemanfaatan air oleh masyarakat, ada yang sudah dibuat dengan baik dengan menggunakan bak dan ditarik menggunakan selang. Pasokan mata air Gunung Meja tersebut menyumbangkan 10,30% dari total pasokan sumber mata air yang dimanfaatkan oleh PDAM Manokwari.[1]
Goa
[sunting | sunting sumber]Dari 19 goa alam yang ditemukan, terdapat 4 goa alam yang berukuran besar. di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja yang sebetulnya sangat potensial untuk objek wisata. Namun hingga saat ini belum adanya penangganan khusus bagi objek ini. Goa tersebut menurut masyarakat setempat adalah goa alami yang terjadi dan ada sejak dari dahulu.
Hutan Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Di bagian Utara, dapat dijumpai beberapa petak tanaman kehutanan yang terpelihara dengan baik, kondisi tersebut sampai saat ini masih dapat terlihat. Hal ini disebabkan, petak tanaman tersebut merupakan hutan pendidikan yang masih dikelola dan dipelihara dengan baik oleh instansi terkait. Selain petak tersebut, pada bagian Timur telah dibuatkan areal plot monitoring sebagai kawasan penelitian/pendidikan biodiversitas flora di Gunung Meja. Sebagai maksud dari pembuatan plot, untuk mengetahui keanekaragaman jenis, potensi dan menetapkan kawasan ini sebagai Areal Sumber Daya Genetik (ASDG) penyimpan maupun pengawetan keanekaragaman jenis baik flora dan ekosisemnya.[2]
Fasilitas Wisata
[sunting | sunting sumber]Sarana prasarana yang terdapat di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja, yaitu:
· 1 Unit Gapura
· 1 Unit Kantor Pusat Informasi kawasan
· 1 Unit Gazebo
· Makam peninggalan perang dunia ke dua
· Goa-goa Alam
· Track Wisata (jalan aspal)[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d cariowisata (2017-03-07). "SEPUTAR TAMAN WISATA GUNUNG MEJA MANOKWARI". Tourism in Indonesia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-03-05.
- ^ a b Jopie, Saiba (2013-11-08). "BLAK JOPIE SAIBA: TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA MANOKWARI"". BLAK JOPIE SAIBA. Diakses tanggal 2020-03-05.
- ^ "Sinar Sopae: Komposisi dan Struktur Vegetasi Hutan TWGA - Manokwari". Sinar Sopae. 2013-09-01. Diakses tanggal 2020-03-05.
- ^ "Gunung Meja, Jantung Manokwari yang Terancam". Radar Papua Online - Portal Berita Online Papua Barat. 2019-01-17. Diakses tanggal 2020-03-09.[pranala nonaktif permanen]
Artikel ini tidak memiliki kategori atau memiliki terlalu sedikit kategori. Bantulah dengan menambahi kategori yang sesuai. Lihat artikel yang sejenis untuk menentukan apa kategori yang sesuai. Tolong bantu Wikipedia untuk menambahkan kategori. Tag ini diberikan pada Februari 2023. |