Teologi kodrati
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Februari 2023. |
Teologi Kodrati adalah teologi yang mengakui bahwa manusia sanggup mengenal Allah dengan akal budinya.[1] Teologi yang dapat memaknai setiap pengalaman untuk mewartakan kebesaran Allah.[1] Pemikiran yang didasarkan atas ide-ide Aristoteles.[2] Teologi ini disebut juga teologi naturalis.[1] Gagasan yang memahami bahwa segala sesuat termasuk pikiran atau jiwa adalah bagian dari alam.[2] Teologi yang menekankan, bagaimana pikiran atau jiwa seseorang manusia melihat dan memahami dunia dalam tujuan dan makna kehidupan serta keteraturan universal menuju Allah sebagai tujuan terakhir.[1] M. Sastrapratedja menyimpulkan teologi kodrati adalah dasar dari filsafat moral.[3] Thomas Aquinas menjabarkan teologi Kodrati secara tradisional yang berbeda dari ajaran Anselmus dari bukti-bukti adanya Allah dan sifat-sifat Allah.[1]
Bukti-Bukti Keberadaan Allah
[sunting | sunting sumber]Pengetahuan manusia tidak terlepas dari alam indrawi.[1] Menurut Thomas Aquinas, pengetahuan manusia dapat mengetahui eksistensi Tuhan melalui alam indrawi.[1] Pemikiran Thomas Aquinas atas eksistensi Allah ditemukan dalam lima jalan atau Quinque viae dengan prinsip kausalitas.[1] Allah dipandang sebagai prinsip pertama yang menjadi sebab (causa) tertinggi dari setiap gejala alamiah di bumi.[1] Adapun lima jalan kausalitas tersebut yakni jalan gerak atau motus ; jalan sebab-akibat atau ex ratione causae efficiens ; jalan kemungkinan dan keniscayaan atau ex possibili et necessario ; jalan derajat kausalitas atau ex gradibus qui in rebus inveniuntur dan jalan finalitas (kenyataan dunia terselenggara dengan baik) atau ex gubernatione rerum.[4]
Pertama, fakta adanya gerak di dunia jasmani.[1] Seperti perubahan fisik terjadi disebabkan oleh gerak dan sesuatu yang menggerakkan pasti digerakkan oleh sesuatu yang lain.[1] Gerakan tersebut tidak dapat berjalan tanpa batas sampai tidak terhingga.[1] Fakta tersebut menyimpulkan adanya gerak pertama yang tidak digerakkan oleh pengerakkan yang lain.[1] Thomas Aquinas menyebut pengerak pertama adalah Allah.[1]
Kedua, fakta adanya sebab-akibat.[1] Akibat disebabkan oleh sesuatu, di mana tidak semua merupakan penyebab yang menghasilkan dirinya sendiri dan penyebab pertama tidak mungkin terbatas (infinitum).[1] Thomas Aquinas menyebut pengerak pertama yang tidak disebab sesuatu yang lain adalah Allah.[1]
Ketiga, adanya kemungkinan dan keniscayaan di dunia jasmani.[1] Di dalam dunia, ada yang bisa berubah dan bisa musnah.[1] Maka, perubahan dapat terjadi bila diadakan oleh sesuatu yang telah ada sebelum yang telah ada.[1] Thomas Aquinas menyebut sesuatu yang ada sebelum yang lain ada adalah yang niscaya dan mutlak yaitu Allah.[1]
Keempat, pembuktian tingkat kausalitas.[1] Di dunia jasmani ada ukuran, ada kurang ada lebih seperti kurang adil atau lebih adil, dll.[1] Thomas Aquinas menyebut ukuran yang superlatif dan sempurna adalah Allah.[1]
Kelima, kenyataan dunia terselenggara dengan baik.[1] Segala ciptaan dapat mencapai tujuan yang yang terbaik, baik yang tidak berakal budi maupun berakal budi.[1] Thomas Aquinas menyebut penyelenggara tertinggi di dunia jasmani adalah Allah.[1]
Sifat-sifat Allah
[sunting | sunting sumber]Sifat-sifat Allah dapat ditemukan dalam ajaran Thomas Aquinas tentang jalan triganda atau Triplex via.[1] Jalan triganda didasarkan pada analogia entis.[1] Ajaran yang tentang perbedaan dan persamaan Allah sang infinitum dan semua ciptaanNya termasuk manusia.[1] Dalam hal ini, Thomas Aquinas menekankan corak atau wujud / entis Allah dan ciptanNya.[1] Adapun sifat-sifat Allah dapat dilihat melalui akal budi manusia yakni jalan positif via positiva atau jalan afirmatif; jalan negatif via negativa dan jalan keunggulan via eminentiae.[1]
Pertama, jalan positif melihat Allah dan ciptaanNya memiliki sifat baik atau positif. Contoh, manusia baik, maka Allah juga baik, dll.[1]
Kedua, jalan negatif melihat perbedaan Allah dan ciptaanNya.[1] Thomas Aquinas memahami bahwa segala yang terdapat pada ciptaan tidak berada pada entis Allah.[1] Contoh, Allah baik, tetapi baiknya Allah tidak sama dengan baiknya ciptaanNya.[1]
Ketiga, jalan keunggulan melihat Allah dan ciptaanNya memiliki perbedaan keunggulan.[1] Jalan ini melihat adanya jarak tidak terhingga antara Allah dan ciptanNya bahkan melebihi keadaan ciptaan.[1] Analogi entis yang mengacu pada eksistensi Allah dan tercermin dalam diri ciptaan. Contoh, manusia itu baik, tetapi Allah adalah maha baik.[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am (Indonesia) Simon Petrus L Tjahjadi, Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. 2004. 139, 142, 140, 141, 143.
- ^ a b (Indonesia) Neil Turnbull, Bengkel Ilmu: Filsafat. Indonesia: PT Erlangga. 2005. 90-91, 93.
- ^ (Indonesia) M. Sastrapratedja, Etika & hukum, relevansi teori hukum kodrat Thomas Aquinas. Yogyakarta: Kanisius. 2002. 106-107.
- ^ (Inggris) Moris Engel and Engelica Soldan, The Study of Philosophy. USA: Rowman & Litlefield Publisher. 2008