Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia
Singkatan | YLBHI |
---|---|
Tanggal pendirian | 28 Oktober 1970 |
Pendiri | Adnan Buyung Nasution |
Tipe | Organisasi bantuan hukum |
Kantor pusat | Jl. Pangeran Diponegoro No. 74, Menteng |
Lokasi | |
Wilayah layanan | Indonesia |
Ketua Dewan Pembina | Nursyahbani Katjasungkana[1] |
Ketua Badan Pengurus | Muhamad Isnur, S.H.I., M.H. |
Situs web | ylbhi.or.id |
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) adalah sebuah organisasi yang bergerak dalam penyediaan bantuan hukum di Indonesia.
Sejarah[2]
[sunting | sunting sumber]Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia didirikan pada tanggal 28 Oktober 1970 atas inisiatif Adnan Buyung Nasution yang didukung penuh oleh Ali Sadikin sebagai Gubernur Jakarta saat itu. Pendirian Lembaga Bantuan Hukum di Jakarta diikuti dengan pendirian kantor-kantor cabang LBH di daerah seperti Banda Aceh, Medan, Palembang, Padang, Bandar Lampung, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Bali, Makassar, Manado, Papua dan Pekanbaru. Saat ini YLBHI memiliki 17 kantor cabang LBH di 17 Provinsi.
YLBHI sebagai Yayasan, didirikan dengan tujuan untuk mendukung kinerja LBH yang tersebar di 17 Provinsi, dan saat ini dipimpin oleh Asfinawati sebagai Ketua Badan Pengurus dan Nursyahbani Katjasungkana sebagai Dewan Pembina menggantikan Adnan Buyung Nasution yang diangkat oleh Presiden sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden tahun 2007.
Persoalan bantuan hukum terkait erat dengan kemiskinan struktural yang terjadi di Indonesia, kemiskinan struktural membuat rakyat tidak mampu untuk mengakses keadilan (bantuan hukum), berpijak dari kondisi tersebut YLBHI LBH hadir untuk memberikan bantuan hukum dan memperjuangkan hak rakyat miskin, buta hukum dan korban pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Semasa rezim Soeharto (Orde Baru), peran YLBHI-LBH menjadi salah satu aktor kunci dalam menentang dan menumbangkan rezim Otoritarianisme Orde Baru, selain itu YLBHI-LBH menjadi simpul dan lokomotif bagi gerakan pro demokrasi di Indonesia.
Selain sebagai lembaga yang tetap konsisten memperjuangkan penegakan hukum, demokrasi dan HAM, YLBHI juga menjadi tempat lahirnya organisasi masyarakat sipil yang saat ini memegang peran penting sebagai gerakan penyeimbang negara. ICW, KontraS, KRHN, Baku Bae, RACA, K3JHAM, adalah beberapa organisasi masyarakat sipil yang dahulunya adalah desk-desk tersendiri dan dikelola langsung oleh YLBHI.
Kondisi negara yang sampai saat ini masih tetap menciptakan ruang anti demokrasi, anti gerakan, dan sengaja menciptakan politik kekerasan serta membuka ruang bagi militerisme membuat rakyat apatis dan frustasi. Disisi penegakan Hukum dan HAM, kondisi perubahan terasa mengalami kemandekan, peristiwa 27 Juli, kerusuhan Mei 1998, pelanggaran HAM Timor Timur, peristiwa Tanjung Priok, Penghilangan dan Kekerasan di Aceh dan Papua, adalah deretan kasus yang tidak pernah terselesaikan hingga saat ini.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ https://ylbhi.or.id/organisasi/
- ^ "Sejarah - YLBHI". ylbhi.or.id. Diakses tanggal 2024-07-10.