Paleolitikum
Zaman Batu Tua atau Paleolitikum (bahasa Yunani: παλαιός (palaios)—purba dan λίθος (lithos)—batu) adalah zaman yang memiliki ciri khas berupa perkembangan alat-alat batu. Zaman ini mencakup sekitar 95% masa prasejarah teknologi manusia.[1] Zaman ini dimulai dari penggunaan alat batu pertama oleh hominin sekitar 3,3 juta tahun yang lalu hingga akhir Pleistosen sekitar 11.650 tahun yang lalu.[2] Zaman Paleolitikum digantikan oleh zaman Mesolitikum, walaupun masa transisinya berbeda-beda di setiap wilayah.
Jika divisualisasikan kondisi manusia paling awal. Mereka telanjang, tanpa api, tanpa rumah, tanpa peralatan dan senjata, bahkan tanpa bahasa, dan tanpa apa-apa kecuali tangan dan otak mereka untuk mencari makan dan melindungi diri dari binatang di sekitar mereka. Tidak ada manusia liar yang hidup begitu rendah seperti manusia paling awal ini, Manusia paling awal ini memulai segalanya tanpa kebudayaan. Mereka harus memprolehnya melalui usaha-usaha tanpa bantuan yang mereka lakukan sendiri.[3]
Alat dan senjata pertama manusia ialah segala sesuatu yang berada di tangan mereka, Sebuah cabang pohon bisa menjadi tombak; tongkat kayu yang besar bisa menjadi alat pemukul; sementara bebatuan yang diambil secara sembarangan bisa menjadi peluru ketika dilemparkan atau digunakan sebagai alat pukul untuk memecah kacang dan menghancurkan tulang-tulang besar. Akhirnya, manusia menemukan bahwa alat yang dibentuk bisa digunakan dengan lebih baik daripada alat tanpa bentuk, dan kemudian manusia mulai menyumbing batu api menjadi kapak batu, pisau, mata tombak, alat bor, dan lain-lain, Obyekobyek semacam ini dinamakan paleolith (batu tua), dan periode ketika obyek-obyek ini dibuat karenanya dikenal sebagai paleolitikum atau Jaman Batu Tua Jaman Batu Tua ini tampaknya mulai di tahapan interglacial ketiga dan mungkin berlangsung lebih dari seratus ribu tahun.[3]
Tidak dibutuhkan ketrampilan untuk menyumbing batu api di sepanjang satu Sisi atau dua Sisi batu, hingga batu tersebut berbentuk simeteris. Tetapi latihan menjadikannya sempurna, dan Jaman paleolitikum sebagian besar menunjukkan kemajuan berarti dalam pembuatan obyek-obyek, tidak hanya alat batu, tetapi juga peralatan dari tulang, gading mamoth, dan tanduk rusa kutub. Beragam jenis peralatan berbeda, diadaptasi untuk penggunaan khususnya, diproduksi secara bertahap. Lebih lanjut tentang peralatan yang telah disebutkan, kita menemukan alat penusuk, baji, gergaji, alat bor, alat pahat, tombak berduri, dan bahkan peralatan yang begitu rapi sepeåi pelontar tombaki tulang dan kayu juga digunakan sebagai gagang senjata dan peralatan sehingga senjata dan peralatan bisa digunakan dengan lebih efektif. Manusia paleolitikum belajar membuat api. Tetapi bagaimana caranya, kita tidak tahu. Mungkin ia menggesekkan sepotong pirit besi dengan batu api dan kemudian menimbulkan percikan api yang jatuh ke tumpukan daun atau lumut kering, Beberapa manusia liar masih melakukan hal ini, walaupun lebih sering mereka membuat api dengan cara menggosokkan dua potong kayu bersama-sama. Penemuan api membuat manusia bisa memasak makanan, daripada memakannya mentah-mentah, Mereka juga menggunakan api untuk mengasapi daging sehingga bisa disimpan untuk waktu yang lama Api juga digunakan untuk melindungi diri di malam hari dari binatang-binatang buas dan untuk membuat rumah gua mereka menjadi nyaman, Lebih lanjut, penggunaan api memungkinkan manusia membakar tanah liat menjadi gerabah dan melelehkan logam, tetapi langkah-langkah besar ini tidak berlangsung di jaman paleolitikum.[3]
Manusia Jaman Batu Tua tidak diragukan lagi melewatkan sebagian besar waktu mereka di ruang terbuka, dengan mengikuti hewanhewan buruan dari satu tempat ke tempat Iainnya, dan, ketika malam datang, mereka berkemah di bawah bintang-bintang. Mereka membangun gubuk juga. Beberapa gambar mereka menunjukkan struktur kasar gubuk mereka dengan sebuah tonggak tunggal di bagian tengah dan kadang-kadang dengan beberapa tiang penyangga di Sisi Iainnya Pada umumnya mereka bertempat tinggal di bawah tepian bebatuan dan di gua, seperti yang dilakukan manusia liar saat ini. Gua-gua kapur, yang sering sangat dalam dan lapang, jumlahnya sangat banyak di Eropa barat. Gua-gua tersebut tampaknya telah dihuni selama beberapa generasi selama berabad-abad. Kumpulan besar abu dan arang, peralatan batu, tulang binatang, dan kadang-kadang tulang manusia menutupi lantai gua yang cukup dalam. Obyek-obyek ini sering ditemukan terperangkap dalam stalaktit yang dibentuk oleh air mengandung kapur yang jatuh dari atap gua. Apa yang dulunya menjadi rumah manusia gua kini menjadi sebuah museum, yang sedang menunggu penyelidikan oleh para ahli untuk mengungkap cerita masa lalu.[3]
Manusia Paleolitikum pada awalnya pasti hidup bergantung pada suplai alam seperti beri liar, kacang-kacangan, umbi-umbian, daundaunan, madu, telur unggas liar, kerang, dan tempayak dan juga bergantung pada binatang-binatang kecil yang mereka bisa bunuh dengan lemparan batu dan tongkat kayu. Ketika peralatan mereka berkembang dan ketrampilan mereka meningkat, mereka menjadi pemburu ikan, penjerat hewan dan pemburu hewan-hewan besar. Mereka membunuh dan memakan mamoth berbulu, kuda nil, bison Eropa, rusa kutub, dan terutama kuda stepa, yang saat itu berkembang dalam kumpulankumpulan besar di seluruh Eropa barat. Ada sebuah Situs Paleolithik di Prancis yang diperkirakan mengandung tulang-tulang seratus ribu kudag Kulit dari binatang buruan dijadikan alat pelindung dan pakaian, seperti yang kita ketahui dari penemuan alat pengerik kulit yang terbuat dari batu api dan jarum dari tulang.[3]
Beberapa penghuni gua ini adalah seniman berbakatu Mereka menghiasi peralatan batu dan tulang dengan ukiran, figur-figur yang terbuat dari tanah liat, patung-patung yang terbuat dari batu dan gading, dan menutup dinding gua tempat tinggal mereka dengan berbagai lukisan berwarna merah, kuning, coklat, dan warna-warna cerah Iainnya. Subyek lukisan itu pada umumnya adalah binatang, walaupun beberapa representasi bentuk manusia juga telah dltemukan, Lukisanlukisan paleolitikum terbaik sungguh mengagumkan, melampaui usaha-usaha manusia liar modern. Manusia yang membuat lukisan ini jelas pengamat dekat kehidupan binatang, Para penghuni gua rupanya telah memiliki bentuk kasar agarna, Mayat-mayat yang dikubur di dalam gua kadang-kadang dikelilingi dengan persembahan berupa makanan, peralatan, dan ornamen-ornamen, yang pastinya ditujukan untuk si mayat agar bisa digunakan di alam lain setelah kematiannya.[3]
Ada aspek-aspek lain kebudayaan paleolitikum tentangnya hanya sedikit atau tidak ada yang bisa dipelajari dengan pasti. Kita hanya bisa menduga, dari apa yang diketahui tentang orang liar saat ini, bahwa di periode yang sangat lampau ini orang-orang mulai bekerja sama dalam berburu dan membela diri melawan binatang dan manusia lain yang jadi musuhnya, Setiap kelompok anggotanya sedikit beberapa ratus individu yang paling besar karena populasi masih sangat jarang. Pemerintahan tidak diragukan lagi telah ada, tetapi apakah dipimpin oleh para tetua atau oleh para sesepuh komunitas kecil kami tidak tahu. Mungkin bentuk keluarga juga telah muncul, dan laki-laki dan wanita mulai hidup bersama lebih kurang secara permanen di bawah beberapa bentuk perkawinan, Kehidupan sosial manusia sangat kuno, demikian juga agama, seni dan kebudayaan materialnya.[3]
Beberapa perkembangan kebudayaan ditemukan di Indonesia sekitar Pacitan, Jawa Timur (ditemukan oleh von Koenigswald) dan Ngandong, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Pada zaman ini, manusia hidup secara nomaden atau berpindah-pindah tempat dalam kumpulan kecil/koloni untuk mencari makanan. Pekerjaan kaum perempuan adalah mengumpulkan dedaunan, ubi, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Sedangkan, tugas kaum laki-laki adalah memburu binatang untuk dimakan.
Peninggalan yang ditemukan antara lain berupa peralatan batu seperti flakes (alat penyerpih berfungsi misalnya untuk mengupas, menguliti), chopper (kapak genggam/alat penetak), selain itu terdapat pula peralatan dari tulang.[4]
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan, biasa disebut chopper (alat penetak/pemotong). Dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara menggunakannya dengan cara menggenggam bagian kapaknya. Pembuatannya dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam.
Alat-alat peninggalan Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong juga dapat ditemukan di beberapa lokasi lain. Sebagai contoh, alat-alat batu dan tulang dapat ditemukan di Sidorejo, Ngawi.[5] Alat penyerpih atau flakes dapat ditemukan di Sangiran, Sragen.[5] Selain di Jawa Tengah dan Jawa Timur, peralatan yang mirip dengan peninggalan kedua kebudayaan tersebut juga dapat ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Kepulauan Maluku.[5]
Spesies manusia purba yang telah ada pada zaman ini adalah Meganthropus paleojavanicus dan Pithecanthropus erectus (Pithecanthropus mojokertensis, Pithecanthropus robustus).[6]
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- ^ Christian, David (2014). Big History: Between Nothing and Everything. New York: McGraw Hill Education. hlm. 93.
- ^ Toth, Nicholas; Schick, Kathy (2007). "Handbook of Paleoanthropology". Handbook of Paleoanthropology: 1943–1963. doi:10.1007/978-3-540-33761-4_64.[pranala nonaktif permanen] In Henke, H.C. Winfried; Hardt, Thorolf; Tatersall, Ian. Handbook of Paleoanthropology. Volume 3. Berlin; Heidelberg; New York: Springer-Verlag. p. 1944. (PRINT: ISBN 978-3-540-32474-4 ONLINE: ISBN 978-3-540-33761-4)
- ^ a b c d e f g Webster, Hutton (2021). World History: Sejarah Dunia Lengkap. Yogyakarta: IndoLiterasi. hlm. 10–14. ISBN 978-602-0869-902.
- ^ "Ruang Sejarah: Revolusi Kebudayaan Prasejarah: Dari Kebudayaan Kapak Hingga Nekara". Ruang Sejarah. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-22. Diakses tanggal 2019-04-22.
- ^ a b c Ningsih, Widya Lestari (2021-04-19). Nailufar, Nibras Nada, ed. "Kebudayaan Ngandong: Peninggalan dan Persebaran". Kompas.com. Diakses tanggal 2021-12-03.
- ^ "Ruang Sejarah: Sejarah, Ciri-Ciri dan hasil kebudayaan Zaman Palaeolitikum". Ruang Sejarah. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-22. Diakses tanggal 2019-04-22.