Aban bin Sa'id
Aban bin Sa'id (bahasa Arab: أبان بن سعيد), nama lengkapnya adalah Aban bin Sa'id bin al-'Ash bin Umayyah bin Abdi Syams al-Umawiy. Nama panggilan (kunyah) beliau adalah Abu Walid, dan tercatat sebagai salah satu sahabat Nabi Muhammad.[1] Ayahnya yang bernama Sa'id bin al-'Ash merupakan tokoh terpandang di kalangan masyarakat suku quraisy dan memiliki anak-anak yang cerdas seperti Khalid dan 'Amr, keduanya masuk islam lebih dahulu dan ikut dalam hijrah ke negeri Habasyah (sekarang Ethiopia) sewaktu penganiayaan terhadap kaum Muslimin di Makkah sudah semakin menjadi-jadi, lalu menetap di sana.
Aban bin Sa'id ikut dalam Pertempuran Badar di pihak kafir Quraisy karena ia saat itu belum masuk Islam, dalam pertempuran tersebut dua saudaranya yang bernama al-'Ash dan 'Ubaidah terbunuh dalam keadaan masih kafir, dan hanya ia seorang yang masih hidup, untuk kemudian kembali ke Makkah.[2]
Kisah Keislaman
[sunting | sunting sumber]Pada mulanya, Aban merupakan tokoh Quraisy yang amat getol dalam memusuhi Nabi Muhammad dan para kaum Muslimin selama berada di Makkah. Adapun sebab ia masuk Islam adalah pertemuannya dengan salah satu rahib/pendeta ketika ia pergi berdagang ke daerah Syam sebelum Perjanjian Hudaibiyah (tahun ke-6 hijrah) yang membeberkan padanya semua ciri-ciri dan sifat dari Nabi akhir zaman yang ternyata ada pada diri Muhammad, akhirnya ia mengakui kenabian beliau dan masuk Islam di saat itu pula, kemudian sang rahib berkata: sampaikan salamku kepada orang shaleh tersebut (Muhammad).[3]
Beliau adalah tokoh Quraisy yang memberikan perlindungan kepada Ustman bin 'Affan ra. ketika diutus oleh Nabi Muhammad ke Makkah tepat sebelum peristiwa Hudaibiyah, ia memberikan tumpangan bagi Ustman di atas kudanya sampai tiba di kota Makkah dengan selamat sembari berkata : berjalanlah di kota ini sesukamu dengan rasa aman.
Ketika kedua saudaranya (Khalid dan Amr) pulang dari negeri Habasyah, mereka saling berkirim surat, sampai pada akhirnya Aban diajak untuk menghadap kepada Nabi Muhammad sembari menyatakan keislamannya, ini terjadi sebelum peristiwa Khaibar. Ia tercatat sebagai seorang Muslimin yang ta'at, ia pernah diutus oleh Nabi Muhammad dalam sebuah pasukan ke daerah Najed dan kembali ke Madinah setelah selesainya Perang Khaibar.
Aban juga tercatat pernah menjadi wali di kawasan Bahrain pasca kepemimpinan al-'Ala bin al-Hadhrami yang diturunkan oleh Rasulullah, lalu diangkat menjadi wali di kawasan Yaman di masa kekhalifahan Abu Bakar as-Shiddiq.
Kematian
[sunting | sunting sumber]Beliau ikut serta dalam usaha pembebasan wilayah di era Abu Bakar dan meninggal sabagai martir pada peristiwa pertempuran di daerah Ajnadin tahun ke-12 Hijrah, beberapa saat sebelum datang kabar wafatnya Abu Bakar di Madinah. Adapula pendapat yang mengatakan bahwa ia wafat pada pertempuran Yarmuk (16 H).[4]