Atap Alang-alang
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Februari 2023. |
Atap alang-alang adalah atap dengan penutup menggunakan bahan rumput alang-alang (Imperata Cylindrica Sp.). Helai demi helai rumput alang-alang dirangkaikan serta diikat pada sebilah bambu sehingga membentuk sebuah lembaran dengan ukuran tertentu. Bahan tali pengikat biasanya menggunakan bahan serat ijuk atau serat bambu. Lembaran alang-alang tersebut yang nantinya diletakkan dan disusun pada rangka atau struktur atap, sehingga akan menutupi seluruh permukaan atap -serta melindungi secara fisik ruang di bawahnya.
Atap alang-alang sudah digunakan sejak dahulu kala diseluruh penjuru dunia, dari Eropa, Afrika, serta Asia. Hanya saja bahan atau jenis rumput yang digunakan berbeda-beda -sesuai dengan jenis rumput di tiap-tiap wilayah. Teknis serta proses pembuatan dan pemasangannya juga berbeda-beda sesuai dengan tradisi di wilayah masing-masing. Hal tersebut dimungkinkan karena proses produksi alang-alang sangat tradisional serta konvensional karena tidak memerlukan teknolgi yang canggih.
Seiring dengan perjalanan waktu atap alang-alang mulai ditinggalkan dan jarang dipakai pada bangunan-bangunan modern. Hal itu disebabkan kemajuan teknologi manusia yang mampu menciptakan bahan penutup atap yang lebih kuat serta cepat proses produksi dan pemasangannya. Seperti bahan atap dari terakota (tanah), beton, dan bahkan logam, bahan atap jenis tersebut digunakan pada bangunan-bangunan modern.