Buluh Nipis, Siak Hulu, Kampar
Buluh Nipis | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Riau |
Kabupaten | Kampar |
Kecamatan | Siak Hulu |
Kode pos | 28452 |
Kode Kemendagri | 14.01.06.2007 |
Luas | ±11.325 km² |
Jumlah penduduk | 1.812 jiwa |
Kepadatan | 0,1518 jiwa/km² |
Jumlah RT | 15 |
Jumlah RW | 7 |
Jumlah KK | 540 |
Situs web | https://buluhnipis.rf.gd/ |
Buluh Nipis merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, provinsi Riau, Indonesia.
Desa ini dikenal dengan kegiatan utama penduduknya yang mencakup Petanian, Pertenakan, Perkebunan, dan Nelayan. Kehidupan masyarakat di desa ini tercermin dalam beragam aktivitas yang berkaitan dengan sektor-sektor ekonomi tersebut.
DEMOGRAFI
[sunting | sunting sumber]Wilayah Desa Buluh Nipis memiliki luas sekitar ±11.325 KM2 dan terbagi menjadi 3 dusun, 7 RW, dan 15 RT. Desa ini dihuni oleh sekitar 1.812 orang yang terdiri dari 540 kepala keluarga (KK), menjadikan desa ini sebagai komunitas yang relatif padat.
GEOGRAFI DAN PERBATASAN
[sunting | sunting sumber]Secara administratif, Desa Buluh Nipis berbatasan dengan desa-desa tetangga sebagai berikut:
- Sebelah utara: Berbatasan dengan Desa Pangkalan Baru, Kecamatan Siak Hulu.
- Sebelah timur: Berbatasan dengan Desa Masako, Kecamatan Langgam.
- Sebelah selatan: Berbatasan dengan Desa Pangkalan Serik, Kecamatan Siak Hulu.
- Sebelah barat: Berbatasan dengan Desa Kepau Jaya, Kecamatan Siak Hulu.
Desa Buluh Nipis dengan segala potensinya dan keberagaman ekonominya merupakan bagian yang berharga dari wilayah ini.
POTENSI DAN SUMBER DAYA
[sunting | sunting sumber]Desa Buluh Nipis memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan. Potensi sumber daya alam meliputi danau Teluk Petai dan Sungai Kampar yang menjadi sumber ikan bagi para nelayan, serta kebun sawit yang merupakan sektor ekonomi utama di desa ini. Selain itu, budidaya sarang wallet juga menjadi potensi ekonomi di desa ini. Sumber daya manusia di desa ini terdiri dari petani, nelayan, dan buruh. Desa Buluh Nipis juga memiliki pasar yang buka setiap hari Sabtu dan terdapat rumah adat putri sulung sebagai warisan budaya yang bernilai.
PENDIDIKAN
[sunting | sunting sumber]NO | TINGKAT PENDIDIKAN | LAKI-LAKI
(ORANG) |
PEREMPUAN
(ORANG) |
JUMLAH |
---|---|---|---|---|
1 | Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK | 79 | 84 | 163 |
2 | Usia 3-6 tahun yang sedang TK/ playgroup | 11 | 12 | 23 |
3 | Usia 7–18 tahun yang tidak pernah sekolah | - | - | - |
4 | Usia 7–18 tahun yang sedang sekolah | 183 | 201 | 384 |
5 | Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah | 156 | 188 | 344 |
6 | Usia 18-56 tahun tidak tamat SD | 30 | 32 | 62 |
7 | Usia 18- 56 tahun tidak tamat SLTP | 22 | 21 | 43 |
8 | Usia 18 – 56 tahun tidak tamat SLTA | 10 | 9 | 19 |
9 | Tamat SD/ sederajat | 147 | 144 | 291 |
10 | Tamat SMP/ sederajat | 133 | 87 | 220 |
11 | Tamat SMA/ sederajat | 124 | 94 | 218 |
12 | Tamat D-1/ sederajat | 1 | 1 | 2 |
13 | Tamat D-2/ sederajat | 2 | 3 | 5 |
14 | Tamat D-3/ sederajat | - | - | - |
15 | Tamat S-1/ sederajat | 13 | 23 | 36 |
16 | Tamat S-2/ sederajat | 1 | 1 | 2 |
17 | Tamat S-3/ sederajat | - | - | - |
18 | Tamat SLB A | - | - | - |
19 | Tamat SLB B | - | - | - |
20 | Tamat SLB C | - | - | - |
Jumlah | 912 | 900 | 1812 |
AGAMA
[sunting | sunting sumber]NO | AGAMA | LAKI-LAKI
(ORANG) |
PEREMPUAN
(ORANG) |
---|---|---|---|
1. | Islam | 885 | 879 |
2. | Kristen | 27 | 21 |
3. | Katholik | - | - |
4. | Hindu | - | - |
5. | Budha | - | - |
6. | Khonghucu | - | - |
7. | Kepercayaan Kepada Tuhan YME | - | - |
8. | Aliran Kepercayaan lainnya | - | - |
Jumlah | 912 | 900 |
INFRASTRUKTUR DAN FASILITAS
[sunting | sunting sumber]Desa Buluh Nipis memiliki beberapa fasilitas pendidikan, antara lain:
- TK Mutiara
- SDN 003 Buluh Nipis
- Madrasah Aliyah Babunnajah Siak Hulu
- MDA Buluh Nipis
Selain itu, desa ini juga dilengkapi dengan 1 Unit Ambulance yang berfungsi untuk pelayanan kesehatan masyarakat.
POTENSI PENGEMBANGAN
[sunting | sunting sumber]Dengan berbagai potensi yang dimiliki, Desa Buluh Nipis memiliki peluang untuk mengembangkan sektor pertanian, perikanan, dan pariwisata. Pengembangan sarang wallet juga dapat menjadi sumber pendapatan alternatif bagi masyarakat desa. Selain itu, penguatan infrastruktur dan pelayanan kesehatan juga menjadi fokus untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk.
SEJARAH[1]
[sunting | sunting sumber]Negeri Buluh Nipis memiliki sejarah yang kaya dan bermula dengan sosok penting bernama Saimangun Gelar Bagindo Maha Raja Besar, yang berasal dari Pagaruyung. Bagindo Maha Raja Besar memiliki tujuan untuk mengembangkan adat istiadat yang ia anut di daerahnya. Sebelum berangkat ke rantau (perantauan), ia mengadakan musyawarah dengan anak kemenakan dan tokoh adat di Pagaruyung.
Setelah pertemuan itu, Bagindo Maha Raja Besar memutuskan untuk pergi ke rantau dan menebarluaskan adat istiadat tersebut. Meskipun banyak anak kemenakan yang bersedih karena kepergian Bagindo Maha Raja Besar, mereka mendukung keputusannya. Bagindo Maha Raja Besar merencanakan untuk mendirikan sebuah Rumah Gadang di tempat tujuan baru.
Dalam proses pembangunan Rumah Gadang, anak kemenakan bekerja bergotong royong untuk mencari dan merangkai kayu. Namun, pembangunan Rumah Gadang terhambat karena tiang utama tidak dapat didirikan. Bagindo Maha Raja Besar bermimpi bahwa tiang itu baru dapat didirikan jika diberi sondi (perempuan hamil sulung) dari kemenakan. Setelah beberapa perundingan, akhirnya seorang kemenakan yang hamil sepakat menjadi sondi untuk mendirikan tiang.
Setelah Rumah Gadang selesai dibangun, Bagindo Maha Raja Besar bersiap-siap untuk pergi ke rantau menggunakan rakit dari buluh. Ia membawa berbagai barang penting, termasuk tombak bertataran sogar, dacing, cupak, tepak, dan peminang, yang merupakan simbol-simbol penting dalam adat istiadat Minangkabau.
Bagindo Maha Raja Besar melakukan perjalanan yang panjang dan singgah di banyak negeri sebelum akhirnya menetap di daerah yang sekarang dikenal sebagai Buluh Nipis. Ia membangun sebuah kerajaan di sana dan menjadi pemimpinnya. Negeri Buluh Nipis tumbuh dan berkembang dengan Bagindo Maha Raja Besar sebagai pemimpinnya.
Bagindo Maha Raja Besar menikahi seorang gadis dari Kuala Kampar bernama Datuk Hakim Putih dan membawa istrinya ke Buluh Nipis. Di sana, ia mengatur sistem pemerintahan dan mengangkat penghulu-penghulu untuk membantu mengelola kerajaannya. Bagindo Maha Raja Besar menjadi tokoh penting dan kebesarannya diakui oleh banyak orang.
Setelah hidup di Buluh Nipis selama beberapa tahun, Bagindo Maha Raja Besar akhirnya meninggal dunia di Tanjung Putui (Buluh Nipis). Kini, kebesaran Bagindo Maha Raja Besar masih dikenang oleh masyarakat Buluh Nipis, dan makamnya terletak di Tanjung Putui.
Perbatasan wilayah Ulayat Datuk Maharaja Besar Buluh Nipis dengan wilayah-wilayah lainnya ditandai dengan batas-batas alam seperti sungai, rawa, dan pematang. Negeri Buluh Nipis memiliki empat desa yaitu Desa Buluh Nipis (desa induk), Desa Kepau Jaya, Desa Pangkalan Serik, dan Desa Pangkalan Baru.
Sejak zaman dahulu, tanah ulayat di Buluh Nipis telah dikuasai oleh anak kemenakan, dan berdasarkan Hukum Adat yang berlaku, jika tanah itu tidak dikelola selama lima tahun, maka akan kembali menjadi Hak Tanah Ulayat Adat.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]Buluh Nipis Website
Kukerta Buluh Nipis Universitas Riau on Instagram
Kukerta Buluh Nipis Universitas Riau on Tiktok
- ^ "Sejarah Negeri Buluh Nipis". Buluh Nipis. 2023-07-24. Diakses tanggal 2023-08-03.