Pangauban, Batujajar, Bandung Barat
Pangauban | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Barat |
Kabupaten | Bandung Barat |
Kecamatan | Batujajar |
Kode pos | 40761[1] |
Kode Kemendagri | 32.17.09.2008 |
Luas | ... km² |
Jumlah penduduk | ... jiwa |
Kepadatan | ... jiwa/km² |
Pangauban adalah desa di kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Indonesia.
Referensi
[sunting | sunting sumber]Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Indonesia) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-145 Tahun 2022 tentang Pemberian dan Pemutakhiran Kode, Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, dan Pulau tahun 2021
- (Indonesia) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
- (Indonesia) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
Desa Pangauban adalah desa pemekaran dari Desa Galanggang yang secara geografis terletak antara waduk genangan Saguling, kehidupan masyarakat didominasi oleh pertanian dan pembuatan bata merah setidaknya sampai tahun 1980an tempat yang menarik di Pangauban pada periode tersebut adalah "Ranca Dukun" (saat ini lokasi tersebut menjadi SMPN 2 Batujajar) hal yang menarik dari Ranca Dukun karena air kolam tersebut tidak pernah surut walau musim kemarau panjang, luas kolam ranca dukun sekitar 600 meter persegi di tengah kolam terdapat palung "kokombongan" yang dipercaya terhubung dengan hulu sungai Citarum dan hal itu pula yang menyebabkan airnya tidak pernah surut pemilik kolam tersebut adalah H. Mukmin beliau bukan asli orang Pangauban atau daerah sekitarnya melainkan perantau Jati Seeng Cirebon dengan nama kecil Santa bin Lahiun orang tua H. Mukmin telah merantau ke daerah Bandung di akhir tahun 1800-an dan menetap di daerah Pangauban dengan 5 saudara yang juga menyebar ke Cianjur dan Betawi. Pada tahun 1916 pada usia 30 tahun H. Mukmin meningah dengan gadis bernama Sarah yang juga perantauan asal Kuningan setelah menunaikan ibadah haji mengubah nama menjadi Hj. Zainab dan ia menjadi tokoh futuristik di desa Pangauban ada beberapa pandangan yang pada saat beliau masih hidup banyak tidak dipercayai bahkan jadi bahan tertawaan, antara lain pandangan beliau yang sering tidak dianggap yakni:
- "Engke mah bakal kajadian dokter keder pandita ilang japane, lalaki jadi awewe - awewe jadi lalaki, jalma ngaromong sorangan" artinya "Nanti akan terjadi keadaan dimana dokter tidak mampu mengobati para cerdik pandai hilang wibawa dan pengaruh serta perubahan gender / trangender serta kemajuan zaman yang terlihat bicara sendiri".
- "Harga nyawa marurah" = "banyak pembunuhan yang tidak beralasan kuat"
- "Bakal loba baramaen kasep" artinya "Banyak orang minta-minta itu adalah pejabat atau orang kaya"
Hj. Zainab telah memberikan pandangan futuristik yang hampir seluruh terjadi pada saat ini, padahal pada saat beliau hidup pandangan tersebut terus digaungkan pada setiap orang tetapi sebagian besar mereka yang mendengarkan tidak mempercayai bahkan menertawakan selain futuristik yang pada saat itu sering disebut paranormal Hj. Zaenab juga ahli pengobatan Herbal serta ada satu resep yang selalu manjur yakni obat typus dengan air keramatnya.
Rt. 03 Rw. 10