Édouard Louis
Édouard Louis | |
---|---|
Lahir | Eddy Bellegueule 10 Oktober 1992 Picardie, Prancis |
Pekerjaan | Penulis |
Bahasa | Bahasa Prancis |
Genre | Novel, drama; Non-Fiksi, sosiologi |
Édouard Louis (lahir dengan nama Eddy Bellegueule;[1] 30 Oktober 1992)[2] adalah seorang penulis Prancis.
Biografi
[sunting | sunting sumber]Édouard lahir dan dibesarkan di Hallencourt, Picardie. Keluarganya miskin dan bergantung pada bantuan dair pemerintah. Ayahnya bekerja sebagai pekerja pabrik sebelum akhirnya menjadi pengangguran, sementara ibunya kadang-kadang mendapat pekerjaan dengan memandikan lansia.[3] Kemiskinan, rasisme dan alkoholisme yang ia hadapi pada masa kecilnya menjadi subjek salah satu karyanya.[4]
Dari antara anggota keluarganya, ia adalah orang pertama yang mengenyam pendidikan di universitas, dan pada tahun 2011 ia diterima di École Normale Supérieure di Paris.[5] Pada tahun 2013, ia secara resmi mengganti namanya menjadi Édouard Louis.[6] Pada tahun yang sama, ia menyunting karya kolektif Pierre Bourdieu. L'insoumission en héritage, yang menganalisis pengaruh Pierre Bourdieu terhadap pemikiran kritis dan emansipasi politik.[7]
Pada tahun 2014, ia menerbitkan novel autobiografi En finir avec Eddy Bellegueule. Buku ini memperoleh perhatian media dan dipuji karena gaya penulisan dan kisahnya. Buku ini juga memicu perdebatan mengenai persepsi atas kaum pekerja.[8] Buku ini sempat menjadi buku paling laris di Prancis dan telah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa.[9][10]
Pada September 2015, Edouard Louis menulis Manifesto Serangan Balasan Intelektual dan Politik bersama dengan filsuf Geoffroy de Lagasnerie.[11] Dalam surat yang diterbitkan di halam utama surat kabar Le Monde, Louis dan Lagasnerie menentang legitimasi agenda sayap kanan di ruang publik dan menjabarkan asas-asas yang perlu diperhatikan oleh intelektual kiri dalam perdebatan umum.[12][13]
Pada tahun 2016, Louis menerbitkan novel keduanya, History of Violence.[14] Novel autobiografi ini berkisah tentang kasus pemerkosaan dan percobaan pembunuhan yang ia hadapi pada Malam Natal tahun 2012 dan berpusat pada tema kekerasan yang terus terjadi di masyarakat.[15][16]
Gaya dan pengaruh
[sunting | sunting sumber]Karya Édouard Louis berhubungan erat dengan sosiologi: keberadaan Pierre Bourdieu dapat terlihat dalam novel-novelnya yang bertema eksklusi sosial, dominasi dan kemiskinan.[17] Pengaruh William Faulkner juga dapat terlihat dalam gaya penulisan Louis yang menempatkan berbagai tingkatan bahasa dalam kalimat yang sama, seperti menempatkan dialog bahasa gaul di dalam karyanya.[18] Selain itu, di dalam novel Louis Histoire de la Violence juga terdapat esai mengenai novel Faulker Sanctuary. Sang penulis mengatakan bahwa ia ingin menjadikan kekerasan sebagai subjek literer, "seperti Marguerite Duras membuat ruang literer dari kegilaan atau Claude Simon yang menjadikan perang sebagai ruang literer."[19]
Pengaruh terbesar berasal dari sosiolog Prancis Didier Eribon; menurut Louis, buku Didier Eribon yang berjudul "Kembali ke Reims" menjadi titik balik kariernya sebagai seorang penulis.[20]
Karya
[sunting | sunting sumber]Novel
[sunting | sunting sumber]- En finir avec Eddy Bellegueule. Le Seuil. 2014. ISBN 9782021117707.
- Histoire de la violence. Le Seuil. 2016. ISBN 2021177785.
Non-Fiksi
[sunting | sunting sumber]- Pierre Bourdieu. L'insoumission en héritage, Édouard Louis (editor), Annie Ernaux, Didier Eribon, Arlette Farge, Frédéric Lordon, Geoffroy de Lagasnerie et Frédéric Lebaron, (Presses Universitaires de France, 2013; ISBN 978-2-13-061935-2)
- Foucault contre lui-même ["Foucault against himself"]: François Caillat (editor), Édouard Louis (director), avec Geoffroy de Lagasnerie, Arlette Farge, Didier Eribon, (Presses Universitaires de France, 2014; ISBN 978-2-13-063289-4)
Penghargaan
[sunting | sunting sumber]- 2014: Hadiah Pierre Guénin Prize melawan homofobia dan untuk kesetaraan hak, untuk karyanya En finir avec Eddy Bellegueule.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Curtet-Poulner, Isabelle (February 15, 2014). "En finir avec Eddy Bellegueule: chronique de la haine populaire" [En finir avec Eddy Bellegueule: chronicle of the popular hate] (dalam bahasa French). Marianne. Diarsipkan dari versi asli (Review) tanggal 2016-04-06. Diakses tanggal 13 July 2014.
Louis signe un premier roman époustouflant, En finir avec Eddy Bellegueule, son patronyme originel.
- ^ Notice autorité BnF
- ^ Pascaud, Fabienne (January 25, 2014). "En finir avec Eddy Bellegueule" (Review) (dalam bahasa French). Telerama. Diakses tanggal 13 July 2014.
le père est depuis longtemps au chômage après s'être bousillé le dos à l'usine, et où la mère nettoie les vieillards du village.
- ^ Fruchon-Toussaint, Catherine (March 13, 2014). "Edouard Louis, phénomène littéraire à 21 ans" [Édouard Louis, Literary Phenomenon at 21] (dalam bahasa French). Radio France Internationale. Diarsipkan dari versi asli (Radio Transcript) tanggal 2014-07-12. Diakses tanggal 13 July 2014.
Vous y racontez vos jeunes années, de 9 à 13 ans essentiellement, dans le nord de la France, où vous êtes né et vous avez été élevé dans une famille souffrant d’une grande misère, avec au quotidien l’alcoolisme, la pauvreté, le chômage, le désert culturel.
- ^ "Procès verbal des résultats d'admission" (PDF).
- ^ Biography in Le Monde des Livres
- ^ Présentation de l'ouvrage sur le Site de l'éditeur Diarsipkan 2014-03-12 di Wayback Machine..
- ^ Philippe, Elizabeth (March 15, 2014). "Edouard Louis: "Ce que j'écris dans 'Eddy Bellegueule' a été vécu"" [Edouard Louis: "What I wrote in 'Eddy Bellegueule' has been lived"] (Interview) (dalam bahasa French). Les Inrocks. Diakses tanggal 13 July 2014.
lLe journaliste se permet des choses à l’égard des classes populaires qu’il ne se serait pas permis à l’égard des dominants. C’est l’expression d’un racisme de classe insupportable.
- ^ Abescat, Michel (July 15, 2014). "Edouard Louis : "J'ai pris de plein fouet la haine du transfuge de classe"" [Edouard Louis:"I've been slammed by the hatred of those who change social classes] (Interview) (dalam bahasa French). Telerama. Diakses tanggal 15 July 2014.
Héritier du sociologue Pierre Bourdieu, sur l'oeuvre duquel il a dirigé un ouvrage collectif, infiniment sensible, et sincère, il porte un regard aigu sur la réception de son livre.
- ^ Swanson, Claire (February 21, 2014). "New Releases on Top in January" (News). Publishers Weekly. Diakses tanggal 13 July 2014.
lA handful of new titles topped the bestseller lists in the international markets at the start of 2014. In France, 21-year-old Edouard Louis’s debut novel, Finishing Off Eddy Bellegueule, came in at #1.
- ^ "Manifeste pour une contre-offensive intellectuelle et politique | Blog | Le Club de Mediapart". Club de Mediapart (dalam bahasa Prancis). Diakses tanggal 2016-01-07.
- ^ "Intellectuels de gauche, réengagez-vous!". Le Monde.fr (dalam bahasa Prancis). ISSN 1950-6244. Diakses tanggal 2016-01-07.
- ^ "Manifesto for an Intellectual and Political Counteroffensive - The..." The Los Angeles Review of Books (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2016-01-07.
- ^ Leyris, Raphaëlle. "Roman autobiographique : Edouard Louis et le mauvais garçon". Le Monde.fr (dalam bahasa Prancis). ISSN 1950-6244. Diakses tanggal 2016-01-07.
- ^ "Les illusions éperdues d'Edouard Louis". Bibliobs (dalam bahasa Prancis). Diakses tanggal 2016-01-07.
- ^ "Transfuge - Le Grand Entretien : Edouard Louis "écrire, c'est lutter contre les racismes"". www.transfuge.fr. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-28. Diakses tanggal 2016-01-07.
- ^ "Nos choix pour la rentrée littéraire d'hiver". Le Monde.fr (dalam bahasa Prancis). ISSN 1950-6244. Diakses tanggal 2016-01-07.
- ^ "Édouard Louis : « Mon livre a été écrit pour rendre justice aux dominés »". Salut. Diakses tanggal 2016-01-07.
- ^ Des Lys, Richard (April 29, 2014). "Édouard Louis : le choc littéraire" [Édouard Louis: The Literary Shock] (dalam bahasa French). Etre. Diarsipkan dari versi asli (Interview) tanggal 2014-07-15. Diakses tanggal 13 July 2014.
"La violence a été le projet fondateur de mon livre. Je voulais faire de la violence un espace littéraire, comme Duras a fait avec la passion, la folie. Ou comme Claude Simon a fait pour la guerre. Ou Hervé Guibert, pour la maladie. C’est une violence qui la plupart du temps ne se voit pas. Justement, la puissance de la littérature pour moi, c’est montrer avec les mots l’invisible. ".
- ^ Petrowski, Nathalie (May 28, 2014). "Édouard Louis: famille, je vous hais" [Family: I hate you] (Interview) (dalam bahasa French). La Presse. Diakses tanggal 14 July 2014.
Le premier livre qui marquera un tournant pour le futur écrivain paraît en 2009. C'est Retour de Reims de Didier Eribon.