Abdul Muthalib Manyabar
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada November 2022. |
Syekh Haji Abdul Muthalib Manyabar | |||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Nama dan Gelar | |||||||||||||||||
Semua Gelar | |||||||||||||||||
Gelar (Islam) | Syekh Haji | ||||||||||||||||
Nama | |||||||||||||||||
Nama | Abdul Muthalib | ||||||||||||||||
Nisbah | Manyabar | ||||||||||||||||
Kelahirannya | |||||||||||||||||
Tahun lahir (M) | 1874 | ||||||||||||||||
Agama: Islam (Muslim) | |||||||||||||||||
| |||||||||||||||||
| |||||||||||||||||
| |||||||||||||||||
| |||||||||||||||||
Panduan Infobox |
Syekh Haji Abdul Muthalib Manyabar (1874-1937) adalah seorang yang gigih dalam hidup dan menuntut ilmu.[1] Ulama tarikat ini menyebarkan agama di daerah Mandailing, khususnya Barbaran, Hutabargot, Mompang Jae, Laru, Tambangan, Simangambat, Bangkudu, Raorao dan Siladang.[1] Ulama inilah yang menemukan mata air di Aek Banir yang digunakan untuk bersuci mengambil wudhu sebelum shalat.[1] Sehingga penduduk di daerah itu yang sebelumnya tidak menunaikan shalat dengan alasan karena ketiadaan air, akhirnya dapat melaksanakan shalat dalam keadaan suci.[1]
Ia seorang piatu.[1] Ayahnya Japidondang.[1] Masa kecilnya dihabiskan sebagai penggemabala kerbau-kerbau milik Jamaniangi di padang rumput Siladang.[1] Pada usia 12 tahun merantau ke Deli mengikuti abangnya, Abdul Latif.[1] Ia bekerja sebagai penyabit rumput untuk makanan kuda bendi yang ketika itu menjadi angkutan umum di Medan. Usahanya meningkat bersama abangnya.[1] Mereka menjual kain ke perkebunan-perkebunan di Tanah Deli.[1] Pada usia 17, 1864, ia naik haji atas biaya sendiri dari hasil tabungan usahanya sendiri.[1] Selama 10 tahun (1864-1874) belajar di Makkah dan menjadi musafir menziarahi Baitul Maqdis.[1] Ia belajar Tarekat Naqsyabandiyah di Jabal Qubeis.
Syekh Abdul Muthalib Manyabar bermukim 50 tahun di Makkah.[1] Ia menikah dengan perempuan Aceh yang bermukim di Makkah, yang melahirkan 6 putera puterinya dan isteri keduanya dari Manambin yang dinikahinya di Kelang, Tanah semenanjung, melahirkan 2 orang anak.[1] Ia mendirikan rumah di Makkah yang sampai tahun 2000-an masih ada.[1] Ulama yang sering kali pulang kampung ini kembali dan menatap di Manyabar pada tahun 1923 bersama seluruh keluarganya.[1]
Catatan akhir
[sunting | sunting sumber]Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Harahap, Basyral Hamidi (2017-03-08). "Seri HUT Madina : Mandailing Melahirkan Banyak Ulama Kharismatik (2)". Mandailing Online. Diakses tanggal 2018-05-21.
.