Abida Sultan
Biografi | |
---|---|
Kelahiran | 28 Agustus 1913 Bhopal |
Kematian | 11 Mei 2002 (88 tahun) Karachi |
Data pribadi | |
Agama | Islam |
Kegiatan | |
Pekerjaan | politikus, diplomat |
Keluarga | |
Anak | Shahryar Khan (en) |
Orang tua | Hamidullah Khan I of Bhopal (en) , Maimoona Sultan Shahbanu of Bhopal (en) |
Saudara | Sajida Sultan (en) |
Abida Sultan adalah anak tertua dari Hamidullah Khan, nawab terakhir di Negara Bagian Bhopal. Ia lahir di Bhopal pada 28 Agustus 1913. Di bawah bimbingan neneknya, Sultan Jehan, ia dididik untuk menjadi penguasa negara bagian tersebut.
Latar belakang
[sunting | sunting sumber]Abida Sultan lahir pada tanggal 28 Agustus 1913 di Negara Bagian Bhopal.[1] Ia adalah anak tertua dari Nawab Hamidullah Khan, nawab terakhir di negara bagian tersebut.[1][2] Dua adik perempuannya ialah Sajida Sultan dan Rabia Sultan.[3][4]
Sejak kecil, ia telah dididik untuk menjadi seorang penguasa di bawah bimbingan neneknya, Sultan Jehan, sosok yang dikenal disiplin dan pernah menjadi penguasa Bhopal.[2] Ia mendapatkan pendidikan yang mendalam mengenai administrasi, urusan publik, dan ketatanegaraan.[1]
Melalui otobiografinya yang diterbitkan pada 2004, Memoirs of a Rebel Princess, Abida bercerita bahwa ia diwajibkan bangun pada pukul empat pagi untuk membaca Al-Qur'an. Sesudah itu, ia melanjutkan harinya dengan berbagai kegiatan, seperti berolahraga, bermusik, dan menunggang kuda. Di samping itu, ia juga melakukan tugas-tugas rumah tangga seperti menyapu dan membersihkan kamar mandi.[2]
Pernikahan
[sunting | sunting sumber]Ketika berusia 12 tahun, Abida dinikahkan dengan Sarwar Ali Khan. Suaminya merupakan teman masa kecilnya dari keluarga kerajaan tetangga, Negara Bagian Kurwai.[2]
Pernikahan tersebut terjadi tanpa sepengetahuannya. Dalam bukunya, Memoirs of a Rebel Princess, ia menulis bahwa pada suatu hari ketika sedang bermain perang bantal bersama sepupunya, neneknya masuk ke kamar dan menyuruhnya berdandan untuk menghadiri sebuah pernikahan. Namun, ia tidak diberitahu bahwa pengantin dalam pernikahan tersebut ialah dirinya sendiri.[2]
Pernikahan pasangan suami istri itu bertahan kurang dari satu dekade. Abida kemudian bercerai dengan suaminya dan memiliki hak asuh atas anak mereka satu-satunya. Proses mendapatkan hak asuh anaknya sangat buruk dan berlarut-larut. Ia bahkan nekat mengancam dan berkelahi secara fisik dengan suaminya pada malam hari bulan Maret 1935.[2]
Kematian
[sunting | sunting sumber]Abida Sultan meninggal dunia pada Sabtu pagi tanggal 11 Mei 2002 setelah sakit yang berkepanjangan.[1][5] Ia dimakamkan seusai salat zuhur di Bhopal House, Malir, Karachi.[1] Ia meninggalkan putra semata wayangnya, Shahryar Khan, yang berprofesi sebagai diplomat.[1][5]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f "Princess Abida Sultaan passes away". Dawn (dalam bahasa Inggris). 12 Mei 2002. Diakses tanggal 9 Desember 2024.
- ^ a b c d e f Mollan, Cherylann (1 Desember 2024). "Kisah putri pewaris takhta Bhopal di India yang menentang stereotip perempuan Muslim". BBC News Indonesia. Diakses tanggal 11 Desember 2024.
- ^ "Princess Abida Sultan Interview Text". old.harappa.com. Diakses tanggal 11 Desember 2024.
- ^ Mirza, Priya (3 Juni 2019). "The remarkable Begums who defied patriarchal norms to rule Bhopal for more than a century". Dawn (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 11 Desember 2024.
- ^ a b Cowasjee, Ardeshir (19 Mei 2002). "Truth about Bhopal House". Dawn (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 11 Desember 2024.