Lompat ke isi

Aminah binti Wahb

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Aminah)

Aminah binti Wahb
Lahir549
Madinah
Meninggal577
Sebab meninggalSakit
MakamAl-Abwa, Arab Saudi
Suami/istriAbdullah (Juli 570 - Januari 571)
AnakMuhammad
Orang tua

Aminah binti Wahb (bahasa Arab: آمنة بنت وهب; ʾĀminah binti Wahb', wafat tahun 577 Masehi) adalah ibu dari Nabi Muhammad saw.[1]

Kelahiran & Kehidupan Keluarga

[sunting | sunting sumber]

Aminah dilahirkan di Mekkah. Ayah Aminah adalah pemimpin Bani Zuhrah, yang bernama Wahb bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr.[2] Sedangkan ibu Aminah adalah Labirah binti Abdil 'Uzza bin Utsman bin Abd ad-Dar bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr.[3]

Ia dilahirkan pada pertengahan abad ke-6 M. dari keluarga yang dianggap sebagai kabilah yang paling terhormat dan memiliki keturunan yang mulia, sehingga Rasulullah saw. pernah bersabda:

"Allah terus-menerus memindahkanku dari rusuk yang baik ke rahim suci, terpilih, dan terdidik. Tiada jalan yang tercabang menjadi dua, kecuali aku berada di jalan yang terbaik."

Berbagai sumber mengatakan bahwa Aminah adalah wanita Quraisy yang terbaik, mulai dari nasab maupun kedudukan. Ia adalah ibu yang selalu diberkahi dan selalu dikelilingi oleh kabar gembira karena namanya selalu abadi selama-lamanya.

Silsilah Keluarga

[sunting | sunting sumber]

Berikut ini adalah silsilah keluarga Aminah binti Wahb:[4]

Kilab
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
ZuhrahQushay
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Abdu ManafAbdul UzzaAbduddarAbdulmanaf
 
 
 
 
 
 
 
 
WahbAsadUsmanHasyim
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ummu Hubaib
 
 
 
 
 
AbduluzzaAbdul-Muththalib
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BarrahAbdullah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Aminah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Muhammad


Pernikahan

[sunting | sunting sumber]

Aminah binti Wahb menikah dengan sepupunya yang bernama Abdullah bin Abdul Mutthallib. Saat itu, Aminah merupakan wanita paling mulia di kalangan kaum Quraisy baik dari segi nasab maupun kedudukan di masyarakat. Dari kemuliaan itulah, Aminah dianggap mampu untuk mengumpulkan atau menyatukan dua kemuliaan dari keturunan Abdi Manaf yang akan diturunkan ke anaknya kelak, yakni dari keturunan Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab, dan Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab.[5] Hal tersebut membuktikan bahwa Nabi Muhammad adalah orang mulia yang diturunkan dari orang mulia yang telah Allah pilih. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw dalam sebuah hadits shahih:

"Sesungguhnya Allah Swt telah memilih Kianah dari anak keturunan Ismail, dan telah memilih Quraisy dari Kinanah, dan telah memilih Bani Hasyim dari Quraisy, dan memilihku dari Bani Hasyim".

Aminah telah kenal dengan Abdullah sejak kecil karena keluarga Bani Hasyim adalah keluarga paling dekat dengan Bani Zuhrah. Dari sekian banyak lelaki yang datang meminang Aminah, salah satunya yaitu Abdullah bin Abdul Mutthallib. Dimana ketika itu tidak ada lelaki yang lebih mulia dari ABdullah baik dari segi nasab maupun kemuliaan kepemimpinan di tengah masyarakat.[5]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Muhammad Mustafa Al-A'zami (2003), The History of The Qur'anic Text: From Revelation to Compilation: A Comparative Study with the Old and New Testaments, hal. 22, 24. UK Islamic Academy. ISBN 978-1872531656.
  2. ^ Hisyam, Ibnu (1990). [- "As-Sirah an-Nabawiyah"] Periksa nilai |url= (bantuan). Penerbit. Beirut: Ihya at-Turats al-'Arabi), jld. 1, hlm. 156. Diakses tanggal 9 Maret 2024. 
  3. ^ Hamami, Bassam Muhammad (2015). 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam. Jakarta: Qisthi Press. hlm. 10. 
  4. ^ Aisyah Abdurahman binti Syathi. Sayidah Aminah: Ibunda Nabi Muhammad. Jakarta: Lentera, 2004. ISBN 979-3018-73-9
  5. ^ a b Abdurrahman, Aisyah (2018). Biografi Istri dan Putri Nabi. Sukoharjo: Ummul Qura. 

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]
  • An extract from Beacons of Light: Muhammad, the Prophet, and Fatimah, the Radiant: A Partial Translation of I'lamu 'l Wara bi Alami 'l-Huda by Abu Ali al Fadl ibn al Hasan ibn al Fadl at Tabarsi (c468-548), translated by Dr Mahmoud Ayoub and Dr Lynda Clarke and published in 1986 by the World Organization For Islamic Services, Tehran, Iran: Beacons of Light, Chapter 1: The Holy Prophet of Islam

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]