Andropause
Andropause atau menopause pada laki-laki adalah kumpulan gejala yang timbul akibat penurunan kadar hormon testosteron ketika pria berusia lanjut. Gejala-gejala yang terjadi dapat berupa penurunan gairah seksual, sulit tidur, dan perubahan suasana hati. Berbeda dari proses penuaan pada wanita, andropause tidak selalu dialami oleh pria berusia lanjut. [1]
Penyebab
[sunting | sunting sumber]Penyebab andropause adalah penurunan kadar hormon testosteron atau yang disebut dengan hipogonadisme. Hipogonadisme umumnya terjadi di kemudian hari karena obesitas, diabetes yang tidak terkontrol, pola hidup tidak sehat, serta kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol.[2]
Pada kasus yang jarang, hipogonadisme juga bisa terjadi sejak lahir, misalnya pada penderita sindrom Klinefelter, serta kelainan posisi atau tidak terbentuknya testis sejak di dalam kandungan (kriptorkismus).
Namun, seiring bertambahnya usia, tidak hanya tubuh mulai membuat lebih sedikit testosteron, tetapi juga kadar hormon lain, termasuk globulin pengikat hormon seks (SHBG), yang menarik testosteron dari darah, mulai meningkat. Hormon ini mengikat beberapa testosteron yang tersedia dan beredar dalam darah. [3]
Gejala
[sunting | sunting sumber]Andropause memiliki beberapa gejala seperti: hilangnya konsentrasi, mudah lelah, perubahan perilaku dan perubahan mood, depresi, peningkatan berat badan atau lemak tubuh, penurunan massa otot, penurunan massa tulang, disfungsi ereksi, gangguan kesuburan, hasrat seksual yang rendah, tekanan darah tinggi, dan peningkatan risiko osteoporosis serta masalah kardiovaskular.
Meskipun andropause menyebabkan gejala yang mirip dengan menopause, keduanya mempengaruhi pria dan wanita dengan cara yang berbeda. Selama menopause, produksi hormon wanita terhenti sepenuhnya, sedangkan pria biasanya akan mengalami penurunan testosteron secara bertahap selama paruh kedua kehidupan mereka. Setelah pria berusia 30 tahun, kadar testosteron mereka biasanya menurun sebesar 1% setiap tahun seiring bertambahnya usia. Saat andropause mulai terjadi, perubahan hormonal yang tidak kentara pada pria dapat menyebabkan kerusakan tubuh secara perlahan dan memengaruhi fungsi testis, yang menyebabkan komplikasi seksual seperti ejakulasi dini, disfungsi ereksi, dan ketidakmampuan memproduksi sperma. Disfungsi seksual ini biasanya dikaitkan dengan hipogonadisme yang terjadi lambat, suatu sindrom defisiensi testosteron yang secara drastis dapat mempengaruhi sifat seksual pria karena kadar testosteronnya terus menurun seiring bertambahnya usia.[4]
Karena andropause menyebabkan komplikasi medis yang berbeda dengan menopause, dokter biasanya tidak menyebut penurunan testosteron yang berkaitan dengan usia sebagai “menopause” pada pria.
Pengobatan
[sunting | sunting sumber]Pengobatan testosteron merupakan pilihan utama yang diberikan untuk peningkatan kadar testosteron ke standar yang sehat. Namun, kondisi medis yang memiliki komplikasi lain, seperti kanker prostat, gagal jantung, ataupun stroke disarankan untuk menghindari terapi testosteron, karena menjalani pengobatan dapat meningkatkan risiko dan keparahan masalah medis tersebut.
Terapi pengganti hormon. Karena andropause disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, cara paling umum dan efektif untuk mengatasi kondisi ini adalah dengan memasukkan lebih banyak hormon yang menurun ke dalam tubuh dan meningkatkan kadar testosteron rendah ke standar optimal. Dengan terapi penggantian hormon (HRT) , pasien dapat menggunakan krim hormon, pil, patch, dan suntikan untuk memberikan dosis hormon esensial yang disesuaikan untuk meningkatkan kadar testosteron mereka. Dengan melakukan hal tersebut, pria dapat membangun massa otot tanpa lemak.
Perubahan gaya hidup. Menjalani pola hidup sehat merupakan salah satu cara alami mengatasi gejala menopause pria. Dokter biasanya akan membuat rencana gaya hidup individual yang mengutamakan: latihan rutin, mendapatkan tidur yang cukup, mengurangi stres, berhenti merokok dan minum, dan diet. Konsumsi makanan yang lebih sehat juga dapat membantu mengatasi andropause. Misalnya saja makanan seperti daging tanpa lemak, ayam, ikan, dan sayuran seperti kedelai dapat membantu meningkatkan produksi testosteron.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Andropause". Alodokter. 2023-04-17. Diakses tanggal 2024-05-23.
- ^ "Andropause". Alodokter. 2023-04-17. Diakses tanggal 2024-05-23.
- ^ Halodoc. "Andropause - Gejala, Penyebab, dan Pengobatan". halodoc. Diakses tanggal 2024-05-23.
- ^ "Andropause Treatment, Male Menopause Symptoms". Renew Vitality (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-05-23.