Lompat ke isi

Arto Soebiantoro

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Arto Biantoro (lahir 17 Juni 1973) adalah putra kedua dari pasangan Kris Biantoro dan Maria Nguyen Kim Dung, adalah seorang praktisi, moderator, pembicara, pemerhati dan penggiat brand lokal di Indonesia.

Riwayat Hidup

[sunting | sunting sumber]

Melalui sang ayah Kris Biantoro, Arto kecil digembleng dengan semangat nasionalisme yang tinggi dan cinta tanah air. Sejak kecil ia telah di didik untuk menghargai keanekaragaman Indonesia yang kelak menjadi semangatnya untuk membuat berbagai kegiatan pembangunan brand dengan nafas nasionalisme. Sejak masa SMP Arto aktif mengikuti berbagai organisasi kepemudaan dan pramuka selain juga berbagai kegiatan bela diri mulai dari karate, pencak silat dan terakhir Tae Kwon Do dimana ia menyandang sabuk hitam Dan II. Setelah lulus dari SMA Kolese Kanisius, Jakarta ia melanjutkan studi ke Amerika dan terus aktif di berbagai bidang kepemudaan dan mahasiswa seperti Permias, Porami dan KKIA.

Arto, Karier dan Dunia Merek

[sunting | sunting sumber]

Delapan belas tahun adalah waktu yang relatif panjang bagi Arto Soebiantoro yang pernah mengenyam pendidikan di bidang Sistem Informatika dan Design Periklanan dari California State University of Fresno dan Academy of Art University, San Francisco, Amerika Serikat, untuk aktif di dunia brand Indonesia. Bekerja menangani lebih dari 120 brand dan aktif berkecimpung di berbagai kegiatan pembangunan brand mulai dari pelatihan, proyek profesional hingga gerakan kesadaran cinta brand lokal seperti Brand Adventure, Brandstart, Brand Outlook dan Citra Kemasan.

Pengenalan Arto tentang brand dimulai ketika menjadi seorang junior Art Director di Amerika dan kemudian kembali pulang ke tanah air pada tahun 1999 untuk melanjutkan karier sebagai senior Art Director di McCann Errikson Indonesia. Beberapa karyanya di bidang iklan memenangi kompetisi antar mahasiswa dan memberinya kesempatan untuk magang dan bekerja di Amerika untuk beberapa waktu di antaranya DAE Advertising dan California Pacific Lab. Sepulang dari California, Amerika, Arto mendapatkan surat referensi dari Dekan Academy of Art, Jim McCarthy, mantan Creative Director McCann Errikson San Francisco. Lewat surat itu Arto mendapatkan kesempatan pertamanya untuk bekerja di Indonesia di bawah bimbingan Marianne Waller, Creative Director dari McCann Erickson Indonesia pimpinan Ibu Lote Mohammad. Bersama Marianne dan beberapa art director senior, Arto di tugaskan untuk bertanggung jawab mengerjakan akun Coca Cola Group.

Penghargaan Citra Pariwara kategori TV komersial pernah diraihnya untuk brand Coca Cola yang merupakan salah satu klien utama perusahaannya. Dan pada tahun 2002, Arto diangkat menjadi Creative Director di Chuo Senko, sebuah biro iklan dari Jepang dan bertanggung jawab dalam sejumlah klien penting seperti Honda, BCA, Ajinomoto dan Masako. Posisinya sebagai Creative Director kala itulah yang menjadikannya sebagai salah satu Creative Director termuda Indonesia.

Tahun 2004 ia memutuskan hengkang dari Perusahaan yang memberinya banyak kesempatan. Kalimat sang ayah yang selalu menantangnya untuk melakukan sesuatu yang lebih nyata bagi Indonesia, membuatnya semakin tergerak untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Arto yang dengan berat hati mengundurkan diri dari tawaran menjadi CEO bagi sebuah kreatif butik di Jakarta, akhirnya bersolo karier mendirikan Concept Box sebuah butik brand lokal di bilangan Kemang yang banyak berfokus pada bidang design dan komunikasi.

Kecintaannya pada dunia merek, menggiringnya sampai pada awal tahun 2007, dimana Arto mendirikan Gambaranbrand Group.

Gambaranbrand dan Networking

[sunting | sunting sumber]

Gambaranbrand adalah sebuah komunitas berbasis perusahaan profesional, yang didirikan Arto diawal tahun 2007. Didalamnya terhimpun para spesialis yang aktif dalam usaha membangun dan mengembangkan brand-brand lokal di Indonesia. Kisah berdirinya Gambaranbrand bukan sebuah hal yang mudah. Diawali dengan kisah keinginannya untuk membangun brand lokal mengalami kendala. Terutama karena kemampuannya memahami brand yang masih terbatas. Hal yang menyedihkan adalah 3 dari klien pertamanya gagal total di pasaran. Arto mengalami permenungan, dia menyadari bahwa untuk membangun sebuah brand tidaklah cukup hanya dengan memiliki kemampuan design dan komunikasi namun harus memahami secara utuh. Disanalah dia bertemu dengan Roy Kuntjoro, seorang mantan banker dan direktur di salah satu bank swasta nasional. Pertemuannya dengan Roy membuka wawasannya dan memahami brand dari berbagai sudut pandang. Dalam risetnya, Arto menemukan 11 disiplin ilmu yang berhubungan dengan brand. Oleh karenanya membangun brand lewat aspek-aspek itu adalah keharusan. Bermodal impian dan network yang cukup banyak timbullah ide untuk membentuk komunitas berbasis perusahaan professional. Anggota Gambaranbrand para senior dan spesialis dari 11 disiplin ilmu di antaranya: Design, Manajemen, Hospitality, IT, Kehumasan, Hukum, Riset, Sumber Daya Manusia, Keuangan, Pemasaran, Bisnis. Komunitasnya memiliki idealisme yang sama yakni membangun brand lokal yang tangguh. Lewat komunitas ini para spesialis bisa berbagi informasi, proyek dan berbagi kegiatan lain seputar pengembangan brand.

Lewat pengalaman langsung dengan para pemilik brand inilah kemudian Arto membuat sebuah metodologi sederhana tentang bagaimana sebuah brand harus di kembangkan yang dia sebut Brandsteps. Metodologi inilah yang kemudian ia tulis dalam buku Merek Indonesia Harus Bisa yang kemudian menjadi panduan bagi banyak pelaku dan pemilik brand lokal.

Merek Indonesia Harus Bisa

[sunting | sunting sumber]

Dalam buku Merek Indonesia Harus Bisa, tentang langkah-langkah nyata yang harus dilakukan oleh seseorang pemilik brand untuk menjalankan brand-nya secara sistematis. Arto menjelaskan kondisi dan persaingan yang sudah tidak lagi sama. Dunia akan dipenuhi oleh brand dan mereka yang memliki brandlah yang akan menjadi pemenang. Ia memberikan contoh-contohnya dan kutipan-kutipan singkat dari para tokoh yang secara personal memberikan kutipannya bagi buku ini, diantaranya: Martha Tilaar dari Martha Tilaar Group, Emirsyah Satar dari Garuda Indonesia, Yongky Susilo dari AC Nielsen, Fabian Gelael dari KFC, Morgan Sutanto dari Equil dan masih banyak lagi.

Dalam bab lain Arto juga menjelaskan terminologi branding dari sudut pandang yang mudah untuk dipahami, keuntungan dan hal-hal yang dibutuhkan untuk membangun dan mengembangkan sebuah brand. Kini, Arto juga berperan sebagai mentor dalam acara TV Big Circle yang ditayangkan di Metro TV bersama Andy F. Noya dan tujuh mentor lainnya.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. http://www.beritasatu.com/figur/213804-hidup-itu-sederhana.html
  2. https://swa.co.id/swa/profile/arto-soebiantoro
  3. http://peluangusaha.kontan.co.id/news/arto-membesarkan-brand-lokal-negeri-sendiri
  4. http://bisnisupdate.com/analisa-utama/read/untuk-jadi-digital-popular-brand-biayanya-nyaris-sama-dengan-branding-secara-konvensional.html[pranala nonaktif permanen]
  5. http://www.hipwee.com/event/menaikan-profit-dengan-branding-apakah-mungkin/
  6. http://thepresidentpostindonesia.com/2013/07/01/peluncuran-buku-merek-indonesia-harus-bisa/ Diarsipkan 2017-08-22 di Wayback Machine.