Ayah Menyayangi Tanpa Akhir
Pengarang | Kirana Kejora |
---|---|
Bahasa | Indonesia |
Genre | Fiksi berlatar isah nyata |
Penerbit | Zettu |
Tanggal terbit | Cetakan: I, Mei 2013 |
Halaman | 372 |
ISBN | ISBN 978-602-77-3546-0 |
Ayah Menyayangi Tanpa Akhir adalah judul novel karya penulis Kirana Kejora yang ditulis berdasarkan kisah nyata. Novel setebal 372 halaman ini, diterbitkan oleh Penerbit Zettu pada tahun 2013, dengan ISBN 978-602-7735-46-0. Pada tahun 2015, novel ini diangkat ke layar lebar dengan judul sama, dibintangi oleh Fedi Nuril, Kelly Tandiono, Naufal Azhar, dan disutradarai oleh Hanny R. Saputra.[1][2][3][4]
Latar belakang
[sunting | sunting sumber]Ayah Menyayangi Tanpa Akhir merupakan karya penulis Kirana Kejora yang ditulis berdasarkan kisah nyata. Dalam novel itu, mengangkat tokoh Arjuna yang akrab dipanggil Juna, seorang ayah single parent bersama anaknya, Mada tokoh sentral dalam kisah ini. Kirana berusaha membuktikan bahwa pria pun dapat menjadi makhluk serbabisa, apabila dihadapkan pada keadaan di mana ia harus mampu menjalankan berbagai peran dengan baik. Dan Juna dalam kisah ini pun menjalani hari demi harinya dengan tabah dan tegar. Juna berjuang mendidik dan membesarkan Mada seorang diri sejak bayi. Beragam kisah lucu, mengharukan, penuh emosi dan intrik keseharian namun dibalut dengan kalimat sederhana. Bahasa yang digunakan, selain sederhana, ringan dan renyah. Begitu tangguh penulis ini mengambarkan sosok Juna sebagai single dad bagi Mada, walau di sisi lain ada kesan hidup Juna terlalu sempurna dari segi karier dan materi. Kesempurnaan seorang Juna mendapatkan porsi yang cukup dominan.
Juna yang hidupnya terlalu sempurna bagi ukuran pria mana pun tetap memilih sendiri dan mencurahkan seluruh kasih sayangnya untuk Mada, buah hatinya. Lika-liku tentang Mada yang meminta Ibu baru pun digambarkan secara apik. Juna digambarkan sebagai pria konsekuen dengan pilihan hidupnya. Melepaskan kehidupan dari keraton Solo yang penuh aturan dan tatakrama, dan memilih mencintai wanita keturunan Jepang dengan segala risikonya. Cerita tentang bagaimana ia berpisah dengan ibu Mada pun terasa cukup seru. Kirana ingin berbagi cara menghargai waktu belajar banyak tentang perjuangan orang tua tunggal. Bagaimana mengatur dan mengharmonisasi waktu antara pekerjaan sekaligus mendidik dan membesarkan anak seorang diri. Bagaimana meraih kesuksesan berkarier namun tidak mengabaikan dan membagi perhatian menyeluruh kepada sang buah hati. Novel ini pun memberi pesan moral akan berharganya waktu yang tidak dapat diputar kembali, tidak ada ruang untuk penyesalan. Menghargai waktu berarti melakukan sesuatu yang berguna bagi dengan sesama, dengan orang yang kita kasihi.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Buku Kita: Ayah Menyayangi Tanpa Akhir, diakses 3 Juli 2015
- ^ Movie.co.id: Ayah Menyayangi Tanpa Akhir Diarsipkan 2015-07-04 di Wayback Machine., diakses 3 Juli 2015
- ^ Kinomedia: Ayah Menyayangi Tanpa Akhir Diarsipkan 2015-07-13 di Wayback Machine., diakses 3 Juli 2015
- ^ TB Zikra: Ayah Menyayangi Tanpa Akhir Diarsipkan 2015-06-26 di Wayback Machine., diakses 3 Juli 2015