Bahan bakar penerbangan
Bahan bakar penerbangan adalah bahan bakar dengan jenis khusus yang berasal dari minyak bumi yang digunakan sebagai bahan bakar pesawat udara. Bahan bakar penerbangan harus memenuhi persyaratan serta karakteristik yang ketat, seperti titik nyala dan titik beku yang harus sesuai dengan aturan yang ada. Ada beberapa jenis bahan bakar utama penerbangan, diantaranya yaitu avtur (Jet A-1) yang digunakan untuk pesawat udara dengan tipe mesin turbin, avgas yang digunakan untuk pesawat udara dengan tipe mesin piston, dan Jet B, biofuel, ataupun biokerosene.[1]
Jenis-jenis
[sunting | sunting sumber]Bahan bakar penerbangan konvensional
[sunting | sunting sumber]Bahan bakar jet
[sunting | sunting sumber]Bahan bakar jet adalah bahan bakar berwarna bening hingga berwarna kekuningan (straw).[2] Bahan bakar tersebut berasal dari minyak tanah tanpa timbal (Jet A-1) atau campuran nafta dengan minyak tanah (Jet-B). Bahan bakar jet mirip dengan bahan bakar diesel, karena dapat digunakan baik pada mesin pengapian kompresi atau mesin turbin.
Jet A
[sunting | sunting sumber]Jet A dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk pesawat komersial modern dan merupakan campuran minyak tanah yang sangat halus, yang terbakar pada suhu pada atau di atas 49 °C (120 °F). Bahan bakar tersebut berbahan dasar minyak tanah dan memiliki titik nyala yang jauh lebih tinggi daripada bahan bakar berbahan bakar bensin, hal tersebut membuatnya membutuhkan suhu yang jauh lebih tinggi untuk menyalakannya.
Jet A-1
[sunting | sunting sumber]Avtur (Aviation Turbine Fuel) atau secara internasional lebih dikenal dengan nama Jet A-1, karena banyak sekali pesawat terbang jenis jet yang menggunakan bahan bakar ini. Avtur merupakan bahan bakar yang digunakan untuk pesawat terbang jenis jet. Pada umumnya avtur memiliki spesifikasi yang diperketat, terutama mengenai titik uap dan titik beku. Bahan bakar minyak (BBM) tersebut merupakan BBM jenis khusus yang dihasilkan dari fraksi minyak bumi.[3]
Avtur memiliki titik nyala lebih tinggi dari 38 °C dan titik beku -47 °C.[4] Avtur didesain khusus untuk bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin turbin (external combution).[5] Performa atau nilai mutu jenis bahan bakar avtur ditentukan oleh karakteristik kemurnian, model pembakaran turbin, dan daya tahan struktur pada suhu yang rendah . Selain digunakan sebagai sumber energi penggerak mesin pesawat terbang, avtur juga dapat digunakan sebagai cairan hidrolik pada sistem kontrol mesin dan sebagai pendingin bagi beberapa komponen sistem pembakaran.[3]
Berikut adalah perbedaan dari Jet A dengan Jet A-1, sebagai berikut :
- Titik beku Jet A-1 (−47 °C atau −53 °F) lebih rendah dibandingkan dengan Jet A (−40 °C atau −40 °F);
- Perbedaan lainnya adalah penambahan wajib anti-statis aditif ke Jet A-1;
- Truk Jet A, tangki penyimpanan, dan pipa ledeng yang membawa Jet A pada umumnya ditandai dengan stiker hitam bertuliskan “Jet A” berwarna putih yang tercetak di atasnya, yang bersebelahan dengan garis hitam lainnya.[6]
Avgas
[sunting | sunting sumber]Avgas (aviation gasoline) pada umumnya lebih sering digunakan sebagai bahan bakar pesawat berukuran relatif lebih kecil (pesawat pribadi) yang bermesin piston.[7] Avgas memiliki suhu titik beku antara -100 °C atau lebih rendah dari Jet A dan Jet A-1.[8]
Ada berbagai standar dari American Society for Testing and Materials (ASTM) untuk avgas, dan hampir semua avgas yang ada di pasar Amerika Serikat saat ini memiliki kandungan timbal rendah, yaitu avgas 100LL. Meskipun kadar kandungan timbal tersebut tergolong rendah, apabila terhirup atau tertelan maka timbal dapat menimbulkan keracunan. Selain itu, timbal dapat memengaruhi kesehatan manusia dalam berbagai cara, termasuk berdampak pada sistem saraf, sel darah merah, dan sistem kardiovaskular.[9]
Bahan bakar penerbangan yang sedang berkembang
[sunting | sunting sumber]Bahan bakar hayati atau biofuel
[sunting | sunting sumber]Biofuel adalah salah satu jenis sumber energi terbarukan yang berasal dari bahan seperti mikroba, tumbuhan, ataupun hewan.[10] Contoh dari biofuel diantaranya yaitu :
- Etanol yang terbuat dari biji-bijian atau tanaman dengan kadar pati dan gula yang tinggi seperti jagung, sorgum, barley, tebu, dan gula bit.[11]
- Biodiesel yang berasal dari minyak nabati dan lemak hewani.
- Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik (termasuk kotoran manusia, kotoran hewan, limbah domestik, dan sampah ataupun limbah organik).[12]
Biofuel penerbangan atau yang dikenal dengan bio-jet fuel adalah biofuel yang digunakan sebagai bahan bakar pesawat.[13] Salah satu keuntungan dari penggunaan bio-jet fuel adalah bahan bakar tersebut menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar avtur dan avgas.[14]
Perbedaan avtur dan avgas
[sunting | sunting sumber]Dalam penerbangan terdapat dua bahan bakar utama yang digunakan, yaitu avtur (Jet-A) dan avgas. Avtur dirancang sebagai bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin turbin (external combution), sedangkan avgas dirancang sebagai bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin piston (internal combution).[15]
Pada umumnya pesawat modern yang berukuran besar menggunakan tipe mesin turbin, sedangkan pesawat yang berukuran relatif lebih kecil (pesawat pribadi) menggunakan tipe mesin piston.[15] Avgas yang paling umum digunakan yaitu 100LL dan berwarna biru.[16]
Mesin turbin dirancang dengan menggunakan bahan bakar avtur karena desain bahan bakar tersebut sangat stabil di berbagai kondisi lingkungan, terutama pada suhu ekstrem dan kepadatan energinya yang tinggi. Selain itu, avtur juga lebih aman ditangani dalam jumlah banyak karena titik nyala yang jauh lebih tinggi, dan jika menangani bahan bakar dalam jumlah besar, akan bermanfaat untuk menggunakan bahan bakar yang tidak akan mudah terbakar di luar ruang bakar mesin.[15]
Gas alam terkompresi dan gas alam cair
[sunting | sunting sumber]Gas alam terkompresi (Compressed natural gas atau CNG) dan gas alam cair (Liquefied natural gas atau LNG) juga merupakan bahan bakar yang dapat digunakan untuk pesawat terbang.
Gas alam terkompresi (CNG) adalah produk gas dari minyak bumi yang merupakan produk pertama yang dipisahkan selama proses distilasi. Gas alam terkompresi tidak berbau, tidak berasa dan juga tidak beracun. Gas alam terkompresi terdiri dari 93,05% metana, nitrogen, karbon dioksida, propana, dan sisa-sisa etana. Gas alam terkompresi termasuk dalam kategori bahan bakar alternatif yang bersih lingkungan, karena proses pembakarannya mengeluarkan persentase gas rumah kaca yang lebih rendah jika dibandingkan dengan bahan bakar lainnya.[17] Gas alam terkompresi (CNG) telah digunakan di beberapa pesawat terbang, seperti Aviat Husky 200 [18] dan Chromarat VX-1 KittyHawk.[19]
Gas alam cair (LNG) juga telah digunakan sebagai bahan bakar untuk pesawat terbang, misalnya yaitu yang dilakukan oleh perusahaan Tupolev (produsen pesawat) asal Rusia.[20] Tupolev menjalankan program pengembangan untuk memproduksi pesawat terbang bertenaga gas alam cair (LNG) dan hidrogen.[21] Program tersebut telah dimulai sejak pertengahan tahun 1970-an, dengan upaya untuk mengembangkan varian dari LNG dan hidrogren untuk pesawat penumpang sipil dengan tipe Tu-204 dan Tu-334, serta pesawat angkut menengah bertipe Tu-330.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Aviation Fuel vs. Gasoline | Mid-Continent Instruments". www.mcico.com. Diakses tanggal 2020-12-24.
- ^ "Jet Fuel - SKYbrary Aviation Safety". www.skybrary.aero. Diakses tanggal 2020-12-18.
- ^ a b Ginting, Jadinta; Prabu, Ubaidillah Anwar; Abro, M.Akib (2014). "Evaluasi proses pembuatan avtur (aviaton turbine) berdasarkan analisa sifat fisik dan kimia minyak mentah (crude oil) di PT Pertamina RU II Dumai" (PDF). media.neliti.com. hlm. 2. Diakses tanggal 18 Desember 2020.
- ^ "Aviation Fuels | Glossary | Skytanking". www.skytanking.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-15. Diakses tanggal 2020-12-18.
- ^ Sasongko, Nugroho Adi; Marini, Asih Tri; Chrisnanto, F.X (2019). "Study of bio-jet fuel resources potential development as alternative sources of air fuel supply in Indonesia". isbb.site. hlm. 1. Diakses tanggal 18 Desember 2020.
- ^ "RUSSIAN AVATION TURBINE FUEL JET A1". MODUL LLC (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-12-18.
- ^ "AVGAS - SKYbrary Aviation Safety". www.skybrary.aero. Diakses tanggal 2020-12-18.
- ^ "Freezing point determination of avgas and jet fuel" (PDF). www.paclp.com. Diakses tanggal 19 Desember 2020.
- ^ "Does the Continued Use of Lead in Aviation Fuel Endanger Public Health and the Environment?". Scientific American (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-12-22.
- ^ Chen, James. "Biofuel Definition". Investopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-12-18.
- ^ "Ethanol explained - U.S. Energy Information Administration (EIA)". www.eia.gov. Diakses tanggal 2020-12-18.
- ^ "Biofuels Basics". Energy.gov (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-12-18.
- ^ Universe, Investable (2020-12-04). "Sustainable aviation fuel market demand drives new product launches". Investable Universe (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-12-22.
- ^ "Algae Fuels - All About Algae". allaboutalgae.com. Diakses tanggal 2020-12-18.
- ^ a b c Herbert, Allen. "The Differences Between AvGas, Jet Fuel, Auto Fuel, and Diesel". AirplaneAcademy.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-12-18.
- ^ "How to | Understand | Learn About | Aviation | Avgas | Jet-A | Fuel | BusinessAircraftCenter.com". www.businessaircraftcenter.com. Diakses tanggal 2020-12-18.
- ^ "Understanding the Differences Between CNG, LPG & LNG Fuel". UTI Corporate (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-12-22.
- ^ "American Firm Debuts First Airplane to Run on Natural Gas". Wired (dalam bahasa Inggris). ISSN 1059-1028. Diakses tanggal 2020-12-19.
- ^ "Chomarat Present C-Ply KittyHawk with CNG Potential | NGV Global". www.ngvglobal.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-12-05. Diakses tanggal 2020-12-19.
- ^ "About". Tupolev (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-12-19.
- ^ Shah, Yatish T. (2017-03-16). Chemical Energy from Natural and Synthetic Gas (dalam bahasa Inggris). CRC Press. hlm. 615. ISBN 978-1-315-30234-8.