Lompat ke isi

Batalyon Infanteri V (KNIL)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Anggota Batalyon Infanteri V (KNIL) "Andjing NICA" sedang menonton pertandingan sepak bola

Batalyon Infanteri V (Belanda: 5e Bataljon Infanterie),[1] atau terkenal dengan sebutan Batalyon Andjing NICA,[2] adalah sebuah batalyon dari Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) yang beroperasi antara tahun 1945-1950, di bawah komando Administrasi Sipil Hindia Belanda (NICA),[2] terutama di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Batalyon ini disegani keberanian dan kekejamannya dalam operasi kontra gerilya,[2] dan turut serta dalam Agresi Militer I dan Agresi Militer II. Batalyon ini kemudian ditugaskan ke di Banjarmasin hingga saat pembubarannya,[3] yaitu sesuai dengan keputusan Konferensi Meja Bundar; di mana sebagian anggota batalyon bergabung dengan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS), sebagian memilih demisioner, dan sebagian lagi bergabung dengan Tentara Kerajaan Belanda.[3]

Acara kuda kepang dalam peringatan ulang tahun Batalyon Infanteri V "Andjing NICA". Foto tertanggal 17 December 1947.

Batalyon ini dibentuk di Bandung pada tanggal 2 Desember 1945, dalam masa Bersiap,[1][2] yaitu masa konflik dan kekacauan sosial sejak takluknya Jepang kepada Sekutu. Batalyon ini terdiri dari bekas tawanan perang dan interniran orang Belanda dan Indo, serta orang pribumi yang mendaftar, terutama Ambon, Manado, Timor, Jawa, dan Sunda.[2][4][5] Komandan batalyon pertama ialah Kapten J.C. Pascua, dan batalyon ini awalnya dilatih di gedung bekas Akademi Militer Kerajaan (Koninklijke Militaire Academie) di Bandung, yang sebelumnya juga digunakan sebagai penjara (kamp) militer Allied Prisoners of War and Interness (APWI).[1][6]

Julukan 'Andjing NICA' ialah karena mereka menggunakan lencana 'anjing menyalak' sebagai identitas batalyonnya,[7] serta oleh pihak nasionalis Indonesia juga merupakan semacam hinaan bagi kaum pendukung pihak Belanda.[2] Pada awalnya batalyon ini melakukan patroli dan operasi 'pembersihan' di wilayah Cimahi.[8] Setelah kedatangan tiga batalyon militer sukarelawan dari Belanda pada bulan April 1946, yaitu Batalyon 1-3 RI (de Watermannen), Batalyon 1-5 RI (de Krokodillen), dan Batalyon 1-9 RI (de Friezen), maka daerah operasi mereka pun diperluas sehingga mencakup Bandung utara dan selatan.[8] Batalyon Andjing NICA saat itu telah menjadi bagian dari Brigade V, yang bertanggung jawab menjaga Bandung dari berbagai aktivitas 'para teroris'.[8]

Agresi Militer I

[sunting | sunting sumber]

Pada masa Agresi Militer I, antara 21 Juli s.d. 4 Agustus 1947, batalyon ini termasuk dalam operasi yang dimulai dari Bandung, kemudian ke Palintang, Tanjungsari, Cirebon, Tegal, Purwokerto, dan Gombong. Pada kwartal keempat tahun 1947, batalyon ini diterjunkan di Pangandaran, serta melakukan juga operasi ke Karanganyar. Pada masa gencatan senjata setelah Agresi Militer I, batalyon ini melakukan operasi 'pembersihan' di Kroya dan Ajibarang.[8]

Agresi Militer II

[sunting | sunting sumber]

Pada masa Agresi Militer II, batalyon ini bergerak dari Gombong ke Purworejo, dan kemudian ke Magelang.[9] Saat Perjanjian Roem-Roijen tidak dapat dipertahankan lagi, maka Batalyon Andjing NICA ditugaskan untuk mengamankan jalur evakuasi Salam, Muntilan, Pabelan, dan Blondo. Selanjutnya tugas batalyon ini beralih pada penjagaan keamanan.[8]

Berikut ini daftar para komandan batalyon Andjing NICA, sbb.:[8]

  1. Kapten J.C. Pasqua (2 Desember 1945 s.d. 21 Januari 1946)
  2. Mayor T. Willer (21 Januari 1946 s.d. 2 Desember 1946)
  3. Mayor J.A. Scheffelaar (2 Desember 1946 s.d. 5 Mei 1947)
  4. Mayor A. van Zanten (5 Mei 1947 s.d. 25 Juli 1949)
  5. Mayor Loon (25 Juli 1949 s.d. 13 Desember 1949)
  6. Kapten A.E.J. Schlosmacher (13 Desember 1949 s.d. dibubarkan)

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c Saleh, R. H. A. (2000). Mari bung, rebut kembali!. Pustaka Sinar Harapan. 
  2. ^ a b c d e f Oostindie, Gert; bekerja sama dengan Ireen Hoogenboom dan Jonathan Verwey (2016). Serdadu Belanda di Indonesia 1945-1950: Kesaksian perang pada sisi sejarah yang salah. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 9789794616840. 
  3. ^ a b Gin, Ooi Keat (2013-05-29). Post-War Borneo, 1945-1950: Nationalism, Empire and State-Building (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 1134058101. 
  4. ^ Matanasi, Petrik (2011-07-01). Para Jagoan: Dari Ken Arok sampai Kusni Kasdut. Trompet Book. ISBN 9786029913118. 
  5. ^ Storm, Eric; Tuma, Ali Al (2015-12-22). Colonial Soldiers in Europe, 1914-1945: "Aliens in Uniform" in Wartime Societies (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 9781317330974. 
  6. ^ Ips 3a. Yudhistira Ghalia Indonesia. ISBN 9789797469511. 
  7. ^ Mimbar Penerangan. 1954-01. 
  8. ^ a b c d e f Groot, Menke de. "De Nederlandse Krijgsmacht - Andjing Nica Bataljon". www.nederlandsekrijgsmacht.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2017-08-15. 
  9. ^ Madjalah Angkatan Darat. 1957-02. 

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]

Pautan luar

[sunting | sunting sumber]