Lompat ke isi

Bedono Kluwung, Kemiri, Purworejo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bedono Kluwung
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenPurworejo
KecamatanKemiri
Kode pos
54262
Kode Kemendagri33.06.12.2009 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk.4000.. jiwa
Kepadatan.500.. jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 7°40′40″S 109°54′3″E / 7.67778°S 109.90083°E / -7.67778; 109.90083

Bedono Kluwung atau Bedonokluwung (dalam urusan administrasi pemerintah) adalah desa di kecamatan Kemiri, Purworejo, Jawa Tengah.

Desa Bedono Kluwung memiliki sejarah yang kaya, meskipun asal-usulnya masih belum jelas secara pasti hingga saat ini. Cerita-cerita lisan dari masa lampau turut menguatkan kepercayaan akan keberadaan makam-makam tua (punden) di sekitar desa ini, yang diyakini sebagai peninggalan dari para pendiri desa.

Di antara tokoh-tokoh pendiri tersebut, Mbah Zainal Mustofa menonjol sebagai sosok yang memimpin dalam penyebaran agama Islam di wilayah ini. Pengaruhnya begitu besar sehingga sebuah masjid di desa ini diberi nama Masjid Zainal Mustofa untuk mengenang perannya yang mendalam dalam syiar agama. Selain itu, Mbah Gusti juga dikenal sebagai tokoh yang berpengaruh dalam pengembangan kebudayaan di Desa Bedono Kluwung, sementara Mbah Abdul Jalal terkenal sebagai ahli pemerintahan yang aktif dalam membimbing dan memimpin masyarakat pada masanya.

Ketiga tokoh tersebut berasal dari Yogyakarta dengan tujuan khusus untuk menyebarkan agama Islam sesuai dengan bakat dan keahlian mereka masing-masing. Warisan mereka tidak hanya terbatas pada bidang agama, tetapi juga telah mengubah dan mempengaruhi kehidupan sosial, budaya, dan keagamaan di Desa Bedono Kluwung hingga saat ini, menguatkan semangat Ukhuwah Islamiyah di kalangan penduduk desa.

Pada awalnya, Desa Bedono Kluwung direncanakan akan memiliki banyak sungai, tetapi karena beberapa hambatan yang menghalangi pelaksanaan proyek ini, akhirnya proyek tersebut tidak jadi dilaksanakan atau dalam bahasa Jawa disebut "Bedu". Dari situlah muncul istilah "Bedono", sedangkan "Kluwung" memiliki arti "Pelangi".

Selain itu, selama Perang Diponegoro, banyak pejuang yang tidak mampu melanjutkan perjuangan mereka melawan pemerintah kolonial Belanda. Mereka akhirnya memutuskan untuk mengungsi dan menetap di Desa Bedono Kluwung. Akibatnya, kehidupan sosial-budaya di desa ini sangat dipengaruhi oleh agama Islam, dan masyarakat secara rutin melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan ajaran agama Islam.

Pemerintahan

[sunting | sunting sumber]

Secara administratif, pemerintahan Desa Bedono Kluwung terdiri dari beberapa komponen utama. Kepala desa memegang peran kepemimpinan tertinggi di tingkat desa. Selain itu, terdapat perangkat desa yang mencakup sekretaris desa (carik), kasi (kepala seksi), Kaur (kepala urusan administrasi), serta kepala dusun. Mereka bekerja sama dalam mengelola berbagai urusan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat di Desa Bedono Kluwung.

Desa Bedono Kluwung terbagi menjadi lima dusun, yaitu Dusun Sido Truko, Sido Koyo, Sido Luhur, Sido Asri, dan Sido Mulyo. Setiap dusun dipimpin oleh seorang kepala dusun yang bertanggung jawab dalam memimpin dan mengatur kegiatan serta urusan dusun tersebut.

Nama Dusun RW RT
Sido Truko 1 1,2
Sido Koyo 2 1,2
Sido Luhur 3 1,2,3
Sido Mulyo 4 1,2
Sido Asri 5 1,2

Desa Bedono Kluwung dapat dikatakan unik dikarenakan satu rukun warga juga mencakup satu dusun. Dusun di Desa Bedono Kluwung memiliki struktur organisasi yang terdiri dari beberapa tingkatan kepemimpinan untuk mengatur kehidupan masyarakatnya. Struktur ini meliputi:

  1. Kepala Dusun: Bertanggung jawab sebagai pemimpin tingkat dusun, mengkoordinasi kegiatan dan urusan masyarakat di dusun.
  2. Ketua RW (Rukun Warga): Memimpin tingkat RW, yang merupakan unit administratif di bawah tingkat dusun. Bertugas mengorganisir kegiatan dan pelayanan masyarakat di RW.
  3. Ketua RT (Rukun Tetangga): Bertanggung jawab untuk mengatur urusan masyarakat di tingkat RT, termasuk koordinasi kegiatan sosial dan keagamaan di antara tetangga yang termasuk dalam RT mereka.

Daftar Kepala Desa

[sunting | sunting sumber]
Nomor Urut Nama Kepala Desa Awal Akhir
1 Sastropawiro Tidak diketahui 1986
2 Muchtadi Azhar 1986 1994
3 Sutrisno 1994 2002
4 Makhmudin 2004 2014
2014 2021
5 Jumanto 2021 Petahana

Perekonomian

[sunting | sunting sumber]

Desa Bedono Kluwung sebagian besar terdiri dari sawah, mencakup hampir 70% dari total wilayahnya, dan menjadi pekerjaan utama bagi penduduk setempat. Meskipun desa ini dilalui oleh saluran induk Waduk Wadaslintang, tanahnya berada pada posisi lebih tinggi dibandingkan aliran air, sehingga warga mengandalkan hujan sebagai sumber utama pengairan, dikenal sebagai sawah tadah hujan.

Pembibitan merupakan kegiatan sampingan yang lazim dilakukan oleh warga desa ini. Biasanya dilakukan pada musim hujan dan bibitnya siap untuk dijual saat musim kemarau. Jenis bibit yang dibibitkan bervariasi, mulai dari pohon kayu seperti albasia atau sengon, pohon taman, hingga pohon buah.

Demografi

[sunting | sunting sumber]

Secara umum, penduduk Desa Bedono Kluwung mayoritas berprofesi sebagai petani atau pekebun. Sebagian besar dari mereka mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian utama. Selain itu, ada juga yang bekerja sebagai buruh harian lepas, pembantu rumah tangga, ustadz, wiraswasta, atau pedagang. Pekerjaan ini mencerminkan beragamnya sumber penghasilan dan kegiatan ekonomi yang ada di desa ini.

Pendapatan penduduk di desa ini bervariasi, dengan sebagian besar memperoleh pendapatan di bawah Rp. 1.000.000 per bulan. Meskipun mayoritas penduduk berada dalam kategori berpendapatan rendah, ada juga yang mampu mencapai pendapatan menengah hingga tinggi, terutama dari sektor wiraswasta atau pedagang yang mengoptimalkan potensi ekonomi seperti sawah, kebun, atau ternak ayam/kambing.

Kondisi ini menunjukkan bahwa penduduk Desa Bedono Kluwung, meskipun mayoritas sebagai petani, memiliki diversifikasi pekerjaan yang mencerminkan dinamika ekonomi lokal serta potensi untuk pengembangan lebih lanjut melalui pendekatan yang tepat dalam pemberdayaan ekonomi lokal dan bantuan yang sesuai dari pemerintah atau lembaga terkait,

Kebudayaan

[sunting | sunting sumber]

Di Desa Bedono Kluwung, kebudayaan memiliki peran yang penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap dusun memiliki adat dan kebudayaannya masing-masing. Salah satu kebudayaan yang sangat terkenal di dusun ini adalah kesenian tradisional kuda lumping yang disebut Krido Budoyo. Kesenian ini telah menjadi bagian integral dari identitas budaya dusun, dan sering kali diundang untuk pertunjukan di sekitar Purworejo dan daerah sekitarnya. Selain itu, kegiatan keagamaan juga menjadi bagian penting dari kehidupan budaya masyarakat Bedono Kluwung. Anak-anak di dusun ini mengikuti kegiatan mengaji setiap sore di masjid desa atau di rumah ketua RW. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang pembelajaran agama, tetapi juga memperkuat nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas antarwarga dusun.

Masyarakat Bedono Kluwung juga memiliki tradisi yasinan dan pengajian yang dilakukan secara bergantian di rumah-rumah warga setiap malam Jumat. Tradisi ini tidak hanya sebagai kegiatan keagamaan, tetapi juga sebagai momen untuk mempererat silaturahmi antarwarga. Secara keseluruhan, kebudayaan di Bedono Kluwung tidak hanya menjadi warisan leluhur yang dijaga dengan baik, tetapi juga sebagai wujud dari kehidupan sosial dan spiritual masyarakat yang berakar kuat dalam nilai-nilai tradisional dan agama.

Sarana dan Prasarana

[sunting | sunting sumber]

Pemerintahan

[sunting | sunting sumber]
  • Kantor Desa Bedono Kluwung
  • Balai Desa Bedono Kluwung

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]
  • TK Pelangi
  • SD Negeri Kluwung
  • SMA Negeri 4 Purworejo

Keagamaan

[sunting | sunting sumber]
  • Masjid Zaenal Mustofa
  • Musholla Al-Ikhlas
  • Musholla Nurul Huda

Kesehatan

[sunting | sunting sumber]
  • Posyandu Melati