Bodhisatwa Tafakur
Bodhisatwa Tafakur (Bangasayusang ;반가사유상;半跏思惟像) adalah karya seni Buddhisme yang berasal dari zaman Tiga Kerajaan Korea (Goguryeo, Silla dan Baekje).[1][2]
Sejarah dan harta nasional
[sunting | sunting sumber]Patung ini dikenal akan posturnya yang sedang duduk bertafakur, dengan kaki kanan bersandar pada lutut sebelah kiri dan jari menyentuh pipi kanan, suatu poisisi yang dirupa berdasarkan peristiwa dalam kehidupan Shakyamuni sebelum mendapat pencerahan, ketika ia masih menjadi seorang pangeran.[2] Suatu hari saat menyaksikan petani bekerja di ladang, burung-burung menyambar serangga-serangga yang dikacaukan oleh pacul petani, membuatnya mulai berpikir tentang penderitaan mahkluk-mahkluk lemah.[2]
Sejarahnya pembuatan patung Bodhisatwa Tafakur bermula dari India dan menyebar lewat Asia Tengah dan Cina sebelum mencapai Korea.[2] Pembuatannya dimulai pada abad ke-7 di Tiga Kerajaan.[2] Gaya patung ini dinilai banyak sejarawan sebagai "bentuk khas Tiga Kerajaan".[2]
Berdasarkan rasa kasihannya terhadap mahkluk lain, orang zaman Tiga Kerajaan mengukir Bodhisatwa Tafakur dibuat tanpa dekorasi berlebihan untuk mencerminkan nilai kesederhanaan dan cara pikir Buddha yang mulia.[2] Tubuhnya yang ramping tidak memperlihatkan rupa yang sensual maupun duniawi.[2]
Di Korea, patung Bodhisatwa ini diagungkan sebagai Bodhisatwa Maitreya atau Buddha dari masa depan.[2] Saat ini hanya ada 2 buah patung Bodhisatwa Tafakur yang tersisa di Korea, keduanya dilindungi sebagai harta nasional Nomor 78 dan 83.[2]
Di Jepang
[sunting | sunting sumber]Di kuil Koryuji, Kyoto, Jepang, terdapat sebuah patung serupa yang dilindungi pemerintah Jepang yang hampir mirip dengan harta nasional nomor 83 milik Korea, tidak hanya dari posisi, tetapi pada bentuk kepala, lipatan pakaian dan sabuk yang di samping bangku duduk.[2] Perbedaannya hanya pada material pembuat, patung Korea terbuat dari perunggu sepuh dan patung Jepang terbuat dari kayu.[2] Penelitian menunjukkan bahwa patung di Koryuji dibuat di Korea dan dibawa ke Jepang pada awal abad ke-7.[2]
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Inggris)Japanese Art and Its Korean Secret