Caksusa Manu
Caksusa Manu (Dewanagari: चाक्षुष मनु; IAST: Cākṣuṣa manu ) adalah pemimpin manwantara keenam menurut kepercayaan Hindu. Menurut kitab Markandeyapurana, Caksusa Manu pernah dilahirkan dari mata dewa Brahma (bahasa Sanskerta, cākṣu = mata). Dalam kehidupan selanjutnya, ia dilahirkan sebagai putra Resi Anamitra dan Badra, dan dibesarkan oleh Raja Wikranta, hingga akhirnya menjadi Manu yang keenam.
Pada manwantara keenam, yang menjadi dewa adalah para Adya, Prasuta, Bhawya, Perthuka, dan Lekha. Yang bergelar sebagai Indra adalah Manojawa, sedangkan yang menjadi tujuh resi agung (saptaresi) yaitu: Sumeda, Wiraja, Hawismana, Utama, Madu, Ati (Kurmapurana menyebut Abimana), dan Sahisnu. Menurut kitab Matsyapurana, saptaresi pada manwantara tersebut yaitu: Sudama, Wiraja, Wiwaswana, Nada, Bregu, Atinama, dan Sahisnu.
Legenda
[sunting | sunting sumber]Caksusa Manu terlahir sebagai seorang jatismara, yaitu orang/makhluk yang mampu mengingat kehidupannya pada masa lampau. Saat ia berumur tujuh hari, ia sudah mampu berbicara. Ketika ibunya memeluk dan menciumnya, ia berkata bahwa ibunya tidak mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya. Badra menjadi tersinggung dengan kata-kata anaknya, lalu ia meninggalkan anaknya sendirian. Kemudian, seorang raksasa perempuan bernama Jataharini menculik anak Badra. Pada saat itu, seorang raja bernama Wikranta baru saja menyambut kelahiran putranya. Tanpa diketahui, Jataharini menculik anak Wikranta yang sedang tidur di sisi ibunya. Ia menukarnya dengan anak Badra. Kemudian, anak Wikranta ditukar dengan seorang anak dari keluarga brahmana. Anak brahmana itu disantap oleh Jataharini. Wikranta yang tidak mengetahui bahwa anak yang tidur di sisi istrinya bukanlah anaknya, kemudian mengasuhnya dan membesarkannya selayaknya putra seorang kesatria. Anak tersebut diberi nama Ananda, dan ditakdirkan sebagai calon Manu keenam.
Ananda dididik oleh seorang guru, yang di kemudian hari menyuruh Ananda untuk bersujud di kaki ibunya. Namun Ananda berkata, "Kaki ibu yang mana yang harus kusentuh? Ibu yang melahirkanku atau yang membesarkanku?" Mendengar hal tersebut, sang guru menjadi terkejut. Kemudian Ananda menjelaskan bahwa dirinya adalah putra Anamitra dan Badra yang diculik oleh Jataharini. Putra Wikranta yang asli sedang diasuh oleh keluarga brahmana, dan putra keluarga brahmana tersebut disantap oleh Jataharini. Sang guru terkejut dan tidak mengetahui bagaimana hal itu bisa terjadi. Ananda menyarankan agar putra Wikranta dijemput dari rumah keluarga brahmana tersebut dan dikembalikan kepada orangtuanya yang sesungguhnya, yaitu Wikranta. Sedangkan Ananda memutuskan pergi hutan untuk bermeditasi.
Di dalam hutan, dewa Brahma muncul di hadapan Ananda dan menghentikan meditasinya. Ia memberitahu bahwa Ananda sesungguhnya ditakdirkan menjadi Manu keenam. Semua yang telah terjadi semata-mata untuk mengantarkan Ananda menuju kebahagiaan sejati. Kemudian, Brahma mengganti nama Ananda menjadi Caksusa. Caksusa menikahi Widarba, putri Raja Ugra. Caksusa menyandang gelar Manu, dan memerintah seluruh dunia pada manwantara tersebut.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Didahului oleh: Raiwata Manu |
Manu ke-6 Manwantara VI |
Diteruskan oleh: Waiwaswata Manu |