Cedera trakeobronkial
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Februari 2023. |
Cedera trakeobronkial | |
---|---|
Rekontruksi dari trakea dan bronkus dilihat menggunakan x-ray tomografi terkomputasi menampilkan gangguan pada bronkus utama dengan daerah bagian gelap yang tidak normal (berbentuk panah)[1] | |
Informasi umum | |
Spesialisasi | Kedaruratan medis |
Cedera trakebronkial (atau biasa disingkat TBI dari Bahasa Inggrisnya tracheobronchial injury) adalah kerusakan yang terjadi pada pohon trakeobronkial (struktur jalan nafas yang melibatkan trakea dan bronkus).[2] Kerusakan tersebut dapat berasal dari trauma tumpul atau tajam di bagian leher atau dada,[3] karena menghirup udara, asap, atau uap cairan atau objek yang berbahaya.[4]
Gejala
[sunting | sunting sumber]Gejala cedera trakeobronkial berbeda-beda pada setiap orang tergantung pada bagian mana orang tersebut terluka dan sebera parah luka tersebut.[5] Ada beberapa gejala yang cukup umum pada penderita cedera trakeobronkial seperti dispnea (kesulitan bernapas) yang ditemukan pada sekitar 76–100% penderita cedera trakeobronkial dan emfisema subkutan yang ditemukan pada hingga 85% penderita cedera trakeobronkial.[6]
Selain itu, juga terdapat gejala yang lebih langka namun lebih spesifik seperti pneumothoraks, dimana paru-paru terjatuh jauh dari mediastinum sebagai akibat dari transeksi bronkial.[7][8] Gejala lain yang tidak terlalu umum adalah batuk darah yang ditemukan pada 25% penderita cedera trakeobronkial.[6]
Pengobatan
[sunting | sunting sumber]Pengobatan cedera trakeobronkial berbeda-beda tergantung pada gejala dan tingkat keparahan pasien.[2] Karena kebanyakan pasien penderita cedera trakeobronkial akan mengalami kesulitan bernapas, hal pertama yang harus dipastikan adalah kondisi jalan udara pasien.[6] Jika ada gangguan pada jalan udara, intubasi, yang merupakan salah satu cara pengamanan jalan udara, dapat dilakukan untuk mengirim udara ke paru-paru. Jika diperlukan, sebuah tabung dapat diletakkan pada bagian bronkus yang tidak terluka dan salah satu paru-paru dapat dilubangi.[3]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Le Guen M, Beigelman C, Bouhemad B, Wenjïe Y, Marmion F, Rouby JJ (2007). "Chest computed tomography with multiplanar reformatted images for diagnosing traumatic bronchial rupture: A case report". Critical Care. 11 (5): R94. doi:10.1186/cc6109. PMC 2556736 . PMID 17767714. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-02-28. Diakses tanggal 2020-02-14.
- ^ a b Chu CP, Chen PP (2002). "Tracheobronchial injury secondary to blunt chest trauma: Diagnosis and management". Anaesthesia and Intensive Care. 30 (2): 145–52. PMID 12002920.
- ^ a b Johnson SB (2008). "Tracheobronchial injury". Seminars in Thoracic and Cardiovascular Surgery. 20 (1): 52–57. doi:10.1053/j.semtcvs.2007.09.001. PMID 18420127.
- ^ Stark P (1995). "Imaging of tracheobronchial injuries". Journal of Thoracic Imaging. 10 (3): 206–19. doi:10.1097/00005382-199522000-00006. PMID 7674433.
- ^ Riley et al. (2004). pp. 544–7.
- ^ a b c Karmy-Jones R, Wood DE (2007). "Traumatic injury to the trachea and bronchus". Thoracic Surgery Clinics. 17 (1): 35–46. doi:10.1016/j.thorsurg.2007.03.005. PMID 17650695.
- ^ Nakayama DK, Rowe MI (1988). "Intrathoracic tracheobronchial injuries in childhood". International Anesthesiology Clinics. 26 (1): 42–9. doi:10.1097/00004311-198802610-00009. PMID 3283046.
- ^ "Chapter 6: Imaging Chest Trauma" (dalam bahasa Inggris). Science Direct. Diakses tanggal 14 Februari 2020.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]Klasifikasi | |
---|---|
Sumber luar |